Faktor-faktor Eksternal Faktor-Faktor Penyebab Ketidakberdayaan Masyarakat

ekonomi dan pendidikan, sedangkan pada masyarakat perdesaan biasanya adat istiadat, budaya setempat dan agama Aziz, dalam Suhartini, et al. 2005. Faktor yang tidak kalah penting untuk diberikan perhatian adalah kendala- kendala struktural yang terdapat di dalam masyarakat, kendala-kendala struktural tersebut mendapat perhatian dari pendukung teori-teori struktural untuk melengkapi analisis mereka secara komprehensif mengenai faktor penyebab kemiskinan masyarakat.

2.1.5.2. Faktor-faktor Eksternal

Pendekatan eksternal berasumsi bahwa kemiskinan dan ketidakberdayaan yang melanda seseorang atau kelompok masyarakat lebih diakibatkan oleh adanya pengaruh yang berasal dari luar individu atau masyarakat itu sendiri, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi, kebijakan pembangunan yang terlalu terpusat, pola perencanaan yang kurang melibatkan institusi setempat sekaligus mengakomodir aspirasi masyarakat di tingkat bawah serta implementasi berbagai sistem yang tidak mencerminkan sistem sosial, ekonomi dan budaya setempat, sehingga dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya. Kemiskinan dan ketidakberdayaan model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan atau ketidakberdayaan struktural. Menurut pandangan ini, kemiskinan dan ketidakberdayaan terjadi bukan dikare nakan “ketidakmauan” si miskin untuk bekerja malas, melainkan karena “ketidakmampuan” sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja Suharto, 2004. Pernyataan Frank 1967 mengisyaratkan dengan tegas bahwa penyebab keterbelakangan dan kemiskinan yang dialami masyarakat terletak pada dimensi eksternal, yakni akibat proses ekploitasi yang terjadi, seperti yang berkaitan dengan penetrasi sistem kapitalisme sebagai penyebab keterbelakangan dan kemiskinan masyarakat, bahwa sistem kapitalisme yang dipraktikkan telah menyebabkan terjadinya pengambilalihan secara besar-besaran dan kontinyu surplus ekonomi yang dimiliki masyarakat, sehingga mengakibatkan keterbelakangan dan kemiskinan pada diri mereka. Berkaitan dengan itu, pendekatan eksternal struktural pada dasarnya bersumber dari pemikiran Marx, serta kaum neo-Marxis, dan teori ketergantungan. Intinya adalah mempersoalkan ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat akibat adanya dominasi dan praktik-praktik ekploitasi yang berlangsung dalam sistem ekonomi kapitalisme. Solomon 1979, Escap 1999 dan Adimihardja Hikmat 2004 juga menjelaskan bahwa ketidakberdayaan dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, antara lain seperti: 1 interaksi negatif dengan orang lain.; 2 berasal dari blokade dan hambatan yang berasal dari lingkungan yang lebih luas; 3 kebijakan yang keliru, implementasi kebijakan yang tidak konsisten dan tidak adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Kebijakan yang sentralistik dalam penanganan masalah sosial berakibat masalah sosial bukan masalah komunitas. Mereka juga kurang mampu memanfaatkan potensi dan sumberdaya sosial yang ada. Kondisi masyarakat berada dalam situasi struktural yang tidak memperoleh kesempatan secara bebas untuk memuaskan aspirasinya dan merealisasikan potensi mereka. Akibatnya, masyarakat berada dalam kondisi tidak berdaya Hikmat, 1999. Suharto, et al. 1997 menguraikan bahwa ketidakberdayaan juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti: ketiadaan jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan akses terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan, dan adanya ketegangan fisik maupun emosional. Rojek 1996 menambahkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses pemberdayaan adalah faktor-faktor determinan, antara lain, perubahan sistem sosial yang diperlukan sebelum proses pemberdayaan yang sebenarnya dimungkinkan terjadi. Karena itu, perubahan struktur sosial masyarakat dalam sistem sosial menjadi faktor terpenting dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat. Rojek menekankan bahwa sistem sosial yang dimaksud termasuk di dalamnya adalah ekonomi dan politik. Perubahan sosial budaya berjalan dengan lambat dan bertahap, sehingga para warga masyarakat yang bersangkutan tidak merasakan adanya tahapan disorgananisasi sosial yang sedang berjalan. Selain itu faktor-faktor kunci keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat adalah partisipasi dan kebijakan pemerintah serta pengakuan kedaulatan rakyat oleh pemerintah Hidayat 1997. Adapun partisipasi merupakan suatu bentuk interaksi dan komunikasi yang khas, yaitu berbagi dalam kekuasaan dan tanggungjawab Dusseldorf, 1981. Lebih lanjut dijelaskan Upe 2005, bahwa partisipasi adalah: 1 keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan tentang tindakan yang dilakukan; 2 bagaimana keterlibatan dalam pelaksanaan program dan keputusan dalam kontribusi sumberdaya atau bekerjasama dalam organisasi-organisasi atau kegiatan-kegiatan khusus; 3 berbagi manfaat dari program pembangunan; atau 4 keterlibatan dalam evaluasi program.

2.2. Kawasan Konservasi