Interpretive Structural Modelling Rancang bangun sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu
pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan protektif untuk melindungi kekurangan pada agroindustri gula tebu dengan kebijakan Penerapan Tarif Bea Masuk
nilai mutlak 1.0, diikuti oleh keputusan yang mendorong terlaksananya kebijakan Pengembangan Produk Alternatifnilai 0.6108 dan terakhir bila para penentu
kebijakan melakukan keputusan Dukungan Kebijakan Moneter nilai 0.4313. Hasil ini rasional dan logis sesuai dengan kaedah protektif bagi menjaga kelemahan yang ada
dan bahwa para pelaku usaha dalam sistem agroindustri gula tebu siap melakukan kegiatan produk alternatif melebihi urgensi kebijakan Dukungan Kebijakan Moneter.
8. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Opportunity sama dengan Opportunity menunjukan bahwa pengembangan kinerja agroindustri gula tebu akan mencapai titik
optimal bila pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan protektif berupa Penerapan Tarif Bea Masuk untuk menghadang pengganggu yang akan menyaingi
pencapaian peluang usaha. Dilanjutkan dengan kebijakan yang mendorong Pengembangan Produk Alternatif dan terakhir bila dilakukan keputusan Dukungan
Kebijakan Moneter. 9. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Risk sama dengan Threat menunjukan
bahwa pengembangan kinerja agroindustri gula tebu akan mencapai titik optimal bila pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan protektif berupa Penerapan Tarif
Bea Masuk nilai mutlak 1.0 dan bila diambil keputusan kebijakan Pengembangan Produk Alternatif nilai 0.5797 dan bila diputuskan kebijakan Dukungan Kebijakan
Moneter sebagai peringkat terakhir nilai 0.4103 10. Hasil olah software ISM menunjukan bahwa visi para pemangku kepentingan dalam
sistem ini dapat dicapai dengan hasil optimal bila peningkatan produktifitas dapat dijadikan sebagai program prioritas utama dalam rangka upaya bersama meningkatkan
kinerja agroindustri gula tebu untuk mencapai tingkat swa sembada gula di tahun 2014. Selanjutnya secara struktur terlihat bahwa ada tiga rencana aksi yang dapat memacu
peningkatan kinerja yaitu: Penentuan Rendemen yang baik, Peremajaan Mesin Pabrik Gula, dan Penerapan Proses Produksi Gula yang Baik. Ketiganya dapat dilakukan
secara serentak dan paralel. 11. Hasil olah software ISM menunjukan bahwa setelah empat langkah rencana aksi di atas
dilaksanakan, maka menurut struktur pemeringkatan ISM menempatkan rencana aksi Pengembangan Produk berbasis gula tebu selain produk gula itu sendiri. Rencana aksi
strategis ini merupakan langkah strategis dalam rangka meningkatkan daya keberlangsungan usaha agroindustri gula tebu dan daya saing di masa depan.
12. Hasil olah software ISM secara struktur setelah pengambilan keputusan pengembangan poroduk alternatif, akan terlihat menjadi dua cabang yang secara paralel dapat
dilaksanakan secara simultan, yaitu cabang pertama berupa rencana aksi strategis untuk memperoleh Dukungan Sosial dan Politis di daerah kepentingan kerja dan cabang
kedua berisi dua rencana aksi strategis berupa upaya Perbaikan Irigasi dan Penyediaan Fasilitas Kredit Bank dengan Suku bunga pinjaman kompetitif.
13. Hasil akhir olah software ISM secara struktur menunjukan urutan rencana ide aksi strategis berupa tercapainya tata kelola yang menjamin terjadinya Kelancaran Praktek
Perdagangan Gula Internasional pengaturan importasi. Hal ini secara struktur berada di belakang cabang pertama yang berisi ide strategis untuk memperoleh Dukungan
Sosial dan Politis di daerah. Sebagai rangkaian terakhir yang berisi dua ide rancangan aksi strategis berupa
Pengaturan Jadwal Kuantitas Impor Gula Pasir Putih dan Gula Mentah dan berupa Penerapan Penetapan Tingkat Pajak Bea Masuk importasi gula. Kedua ide rancangan
aksi strategis secara struktur berada tepat di belakang cabang kedua yang di dalamnya berisikan ide strategis berupa Perbaikan Irigasi dan Penyediaan Fasiltias Pendanaan.
14. Dari hasil laporan olah Jejaring Keyakinan Bayesian Bayesian Belief Network menunjukan bahwa produktifitas tebu akan dapat ditingkatkan secara baik di atas target
dengan probilitas 34, diikuti peningkatan produktifitas mencapai level normal dengan probabilitas 33 dan terakhir pencapaian yang relatif buruk akan terjadi dengan
probabilitas 32. 15. Kondisi hasil capaian di atas akan berubah-ubah sesuai dengan elemen-elemen
alamiah lain yang saling mempengaruhi, antara lain: ketersediaan sarana produksi, konservasi lahan, perluasan lahan, perbaikan irigasi, ketersediaan SDM, kondisi alam
cuaca, pemupukan, penanganan hama dan penyakit tanaman serta kualitas bibit.