Hasil simulasi ISM menunjukan ide ”Peningkatan Produktifitas Hasil Panen Tebu” sebagai elemen  utama  dan  pertama  dalam  rangkaian  pengembangan  agroindustri  gula  tebu.
Elemen  ini  selanjutnya  dijadikan  sebagai  fokus  pengembangan  pada  tahapan-tahapan pemrograman dan simulasi berikutnya.
7.2 Simulasi jejaring keyakinan Bayesian
Jejaring  keyakinan  Bayesian  Bayesian  belief  network  merupaka  alat  bantu software yang dapat digunakan untuk membuat model probabilitas berkondisi yang proses
awal  hingga  hasil  perhitungan  dapat  dilihat  pada  Lampiran  13  sampai  dengan  Lampiran 16.  Dalam penelitian ini, dengan merujuk hasil simulasi ISM yang menempatkan elemen
”Peningkatan  Produktifitas  Hasil  Panen  Tebu”  sebagai  elemen  utama  dan  pertama,  maka elemen  ini  akan  digunakan  sebagai  ”elemen  tujuan”  dalam  model  jejaring  keyakinan
Bayesian, seperti pada Gambar 25.
Gambar 25  Model jejaring keyakinan Bayesian, peningkatan produktifitas sebagai tujuan model
Simulasi  model  jejaring  keyakinan  Bayesian  dilakukan  dengan  cara  melakukan skenario  perubahan  pada  elemen  intervensi  tindakan  secara  berulang.    Dari  berbagai
skenario, diperoleh laporan utama proses simulasi pada Gambar 26 yang menggambarkan mengenai penjelasan maksud model dan informasi mengenai keseluruhan jejaring.
Langkah berikut adalah simulasi hasil probabilitas bersyarat yang merupakan hasil utama  jejaring.    Dari  hasil  ini  dapat  dilihat  sejauh  mana  tujuan  model  jejaring  memiliki
probabilitas  peningkatan  produktifitas:  sedang,  baik,  baik  sekali.  Hasil  dapat  dilihat  pada Gambar 27.
Gambar 26 Hasil laporan utama proses simulasi Jejaring Keyakinan Bayesian Pada  Gambar  27  terlihat  bahwa  setelah  dilakukan  simulasi,  peluang  keyakinan
peningkatan  produktifitas,  menunjukan  urutan:  1  berhasil  meningkat  dengan  baik,  2 berhasil meningkat sangat baik, 3 berhasil meningkat sedang saja.
Gambar 27 Hasil simulasi model jejaring keyakinan Bayesian BBN
7.3 Simulasi Analytical Network Process
Berdasarkan  hasil  perhitungan  ISM  telah  diperoleh  elemen  ”peningkatan produktifitas hasil panen tebu” sebagai elemen pertama dalam struktur pemeringkatan, lalu
dilanjutkan  dengan  simulasi  jejaring  keyakinan  Bayesian  BBN  yang  menghasilkan keyakinan keberhasilan upaya peningkatan produktifitas dengan predikat ”berhasil dengan
baik”  mencapai  peringkat  pertama,  maka  sebagai  langkah  berikut  adalah  menjaga  hasil pemeringkatan ide utama ini dengan premis kebijakan.
Dalam penelitian ini akan digunakan tiga jenis kebijakan: 1 Kebijakan Moneter, 2 Kebijakan Fiskal, dan 3 Kebijakan Pengembangan Alternatif Produk berbasis tebu.  Alat
bantu  software  yang  digunakan  adalah  Superdecisions  Versi  Beta  2.4.  dengan  langkah awal membangun model ANP seperti pada Lampiran 5.  Pada teknik pemrograman ANP,
pertama-tama dilakukan pembuatan struktur pemrograman seperti pada Gambar 28.
Gambar 28  Interface model ANP penentuan kebijakan untuk pengembangan agroindustri gula tebu
Hasil simulasi yang dilakukan oleh para peserta FGD dapat dilihat secara keseluruhan pada Lampiran 17 dan secara spesifik pemeringkatan level strategis seperti pada Gambar 29.
Gambar 29 Hasil ANP level strategis management puncak
Bila ditinjau dari sisi Benefit, maka sejalan dengan makna Benefit yang setara dengan Strenght pada analisis  SWOT, hasil simulasi menjunjukan kondisi agroindustri gula tebu
saat  ini  seperti  pada  Gambar  30.    Para  pelaku  FGD  berpandangan  pengembangan agroindustri  gula  tebu  ke  depan  akan  memiliki  Benefit  bila  didukung  oleh  kebijakan
Pengembangan Produk Alternatif.
Gambar 30 Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Benefit
Bila ditinjau dari sisi Cost yang setara dengan Weakness, maka hasil simulasi ANP menunjukan pemeringkatan kebijakan seperti pada Gambar 31.
Gambar 31 Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Cost
Para  pelaku  FGD  berpandangan  pengembangan  agroindustri  gula  tebu  ke  depan  akan menghadapi Cost kelemahan dan mereka berpandangan untuk menghadapi kelemahan ini
perlu didukung oleh kebijakan yang protektif berupa Penerapan Tarif BM. Bila  ditinjau  dari  sisi  Opportunity,  maka  sejalan  dengan  makna  Opportunity  yang
setara  dengan  Opportunity  pada  analisis    SWOT,  hasil  simulasi  menjunjukan  kondisi agroindustri gula tebu saat ini seperti pada Gambar 32.
Para pelaku FGD berpandangan pengembangan agroindustri gula tebu ke depan akan memiliki  peluang  Opportunity    yang  baik  bila  didukung  oleh  kebijakan  yang  protektif,
seperti  Penerapan  Tarif  Bea  Masuk.    Hasil  simulasi  menunjukan  bahwa  antara  kebijakan Penerapan  Tarif  Bea  Masuk  dan  kebijakan  Pengembangan  Produk  Alternatif  tidak  terlalu
jauh  berbeda  meskipun  kebijakan  protektif  lebih  unggul.    Hal  ini  sejalan  dengan  kaidah strategi  bahwa  untuk  mengoptimalkan  peluang  maka  salah  satunya  adalah  berkembang
dengan dilindungi proteksi yang wajar.
Gambar 32  Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Opportunity Bila  ditinjau  dari  sisi  Risk  yang  setara  dengan  Threat,  maka  hasil  simulasi  ANP
menunjukan  pemeringkatan  kebijakan  seperti  pada  Gambar  33.  Para  pelaku  FGD berpandangan pengembangan agroindustri gula tebu ke depan akan memiliki ancaman Risk
yang  datang  sewaktu-waktu.    Untuk  menghadapi  ancaman  ini  perlu    didukung  oleh kebijakan yang protektif, seperti Penerapan Tarif Bea Masuk.  Hasil simulasi menunjukan
bahwa antara kebijakan Penerapan Tarif Bea Masuk dan kebijakan Pengembangan Produk Alternatif  jauh  berbeda.    Hal  ini  sejalan  dengan  kaidah  strategi  bahwa  untuk  melindungi
ancaman maka salah satunya perlu dilakukan kebijakan yang protektif.
Gambar 33 Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Risks
7.4 Simulasi model sistem dinamis