Analytical Hierarchy Process dan Analytical Network Process

strategis ini merupakan langkah strategis dalam rangka meningkatkan daya keberlangsungan usaha agroindustri gula tebu dan daya saing di masa depan. 12. Hasil olah software ISM secara struktur setelah pengambilan keputusan pengembangan poroduk alternatif, akan terlihat menjadi dua cabang yang secara paralel dapat dilaksanakan secara simultan, yaitu cabang pertama berupa rencana aksi strategis untuk memperoleh Dukungan Sosial dan Politis di daerah kepentingan kerja dan cabang kedua berisi dua rencana aksi strategis berupa upaya Perbaikan Irigasi dan Penyediaan Fasilitas Kredit Bank dengan Suku bunga pinjaman kompetitif. 13. Hasil akhir olah software ISM secara struktur menunjukan urutan rencana ide aksi strategis berupa tercapainya tata kelola yang menjamin terjadinya Kelancaran Praktek Perdagangan Gula Internasional pengaturan importasi. Hal ini secara struktur berada di belakang cabang pertama yang berisi ide strategis untuk memperoleh Dukungan Sosial dan Politis di daerah. Sebagai rangkaian terakhir yang berisi dua ide rancangan aksi strategis berupa Pengaturan Jadwal Kuantitas Impor Gula Pasir Putih dan Gula Mentah dan berupa Penerapan Penetapan Tingkat Pajak Bea Masuk importasi gula. Kedua ide rancangan aksi strategis secara struktur berada tepat di belakang cabang kedua yang di dalamnya berisikan ide strategis berupa Perbaikan Irigasi dan Penyediaan Fasiltias Pendanaan. 14. Dari hasil laporan olah Jejaring Keyakinan Bayesian Bayesian Belief Network menunjukan bahwa produktifitas tebu akan dapat ditingkatkan secara baik di atas target dengan probilitas 34, diikuti peningkatan produktifitas mencapai level normal dengan probabilitas 33 dan terakhir pencapaian yang relatif buruk akan terjadi dengan probabilitas 32. 15. Kondisi hasil capaian di atas akan berubah-ubah sesuai dengan elemen-elemen alamiah lain yang saling mempengaruhi, antara lain: ketersediaan sarana produksi, konservasi lahan, perluasan lahan, perbaikan irigasi, ketersediaan SDM, kondisi alam cuaca, pemupukan, penanganan hama dan penyakit tanaman serta kualitas bibit.

9.2 Saran

1. Dalam rangka meningkatkan produktifitas hasil panen tebu, disarankan agar ada tindak lanjut berupa pembentukan gugus tugas yang melibatkan para pemangku kepentingan untuk memantau penentuan tingkat rendemen sehingga para pihak dapat mencapai kesepakatan yang adil dan obyektif. 2. Sehubungan dengan upaya untuk memperoleh dukungan sosial kemasyarakatan di masing-masing daerah kepentingan, disarankan agar para pemangku kepentingan membangun kondisi keamanan, ketertiban yang kondusif termasuk pengamanan dan kelancaran transportasi bahan baku hingga produk akhir 3. Terkait dengan upaya pengembangan produk alternatif selain produk gula tebu, disarankan agar dibentuk gugus tugas untuk menyiapkan studi kelayakan pengembangan produk berbasis tebu seperti yang telah berhasil dilakukan secara sukses di negara Jamaica, Brazil dan lain-lain yang telah mengembangkan produk alternatif berbasis tebu menjadi sumber energi alternatif seperti ethanol 4. Sehubungan dengan peningkatan produktifitas dan kaitanya dengan ketersediaan kualitas benih, hasil penelitian ini menyarankan agar dibentuk lembaga gugus tugas dan bila lembaga tersebut sudah ada maka dijaga efektifitas lembaga tersebut dalam rangka pengelolaan keunggulan teknologi dan ketersediaan benih tebu unggul, informasi fasilitas peremajaan ratoon, informasi tata kelola pupuk yang menjamin ketersediaa dengan harga yang stabil dan wajar. Disarankan keberadaan lembaga ini sebagai hasil keputusan bersama para pemangku kepentingan dandapat memberikan layanan yang terjangkau. 5. Hasil penelitian menyarankan adanya upaya serius atas penanganan masalah ketersediaan dan perluasan lahan tanam baru sebagai upaya mengatasi laju penurunan alih fungsi lahan tanam tebu yang secara gencar telah terjadi di kawasan pulau Jawa. 6. Dari rangkuman hasil FGD disarankan bahwa terkait dengan penerapan tarif pajak dan bea masuk impor gula mentah, gula pasir putih, dan gula rafinasi harus dilakukan kriteria nomor harmoni komoditas dengan kriteria berbasis standar ICUMSA yang jelas dan tidak saling tumpang tindih. Hal ini mutlak penting dilakukan sehingga batasan legal atas persyaatan komoditas dapat dengan jelas ditentukan. Hal serupa akan menghindari peluang yang merusak sistem dengan cara praktek tidak terpuji seperti pemanfaatan disparitas harga melalui kegiatan penyelundupan maupun permainan persyaratan ICUMSA untuk tujuan importasi yang merusak sistem karena memperlemah daya saing produk dalam negeri. 7. Penelitian ini mengakomodir para pemangku kepentingan yang menyarankan agar dibuat gugus tugas yang membidangi usaha penerapan proses produksi gula yang baik, dalam bentuk standard operasional yang perlu diterapkan secara nasional berkenaan dengan upaya peningkatan produktifitas nasional. 8. Sejalan dengan target swa sembada gula tahun 2014, para pemangku kepentingan menyarankan agar ada prioritas kemudahan pendanaan dari pihak tekait, kemudahan investasi berupa penundaan atau pembebasan bea masuk barang masuk peralatan permesinan. 5 KERAGAAN AGROINDUSTRI GULA TEBU Penelitian ini akan menganalisis dinamika perkembangan pelaku agroindustri gula tebu di bawah naungan BUMN yang terdiri dari 51 pabrik gula. Hal ini disebabkan karena pabrik gula BUMN bersifat lebih relevan sebagai obyek kajian yang berdasarkan fakta bahwa pabrik gula BUMN jauh banyak menghadapi berbagai persoalan. Secara umum kinerja pabrik gula BUMN yang menempati lahan 66 dari total luas lahan tanam hanya dapat menghasilkan 54 dari total produksi gula nasional. Selebihnya penggunaan sisa luas lahan tanam dan kontribusi produksi gula nasional dilakukan oleh pabrik gula swasta yang berjumlah 9 pabrik Revitalisasi Pabrik Gula BUMN 2011. Dengan analisis keragaan ini diharapkan penelitian dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang perilaku elemen pembentuk sistem dan kekhasan tentang hubungan saling keterkaitanya.

5.1 Penjelasan pelaku produsen agroindustri gula tebu Indonesia

Pabrik gula tebu di bawah naungan kepemilikan dan pengelolaan BUMN tersebar di berbagai lokasi dan terdiri dari berbagai ukuran kapasitas produksi. Pengelolaanya dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara, antara lain sebagai berikut:

a. PT. Perkebunan Nusantara II, PTPN II 2 PG

PTPN II berlokasi di kawasan Sumatra Utara, dan menurut perubahan legalitas pada tahun 1996 PTPN II berstatus sebagai BUMN yang merupakan hasil merger dari perusahaan-perusahaan di bawah naungan PTPN II dan PTPN IX. Bidang usaha PTPN II meliputi perkebunan kelapa sawit, karet, kako, gula dan tembakau. Keseluruhan konsiesi lahan mencapai 103,860 ha. Komoditas tanaman musiman tebu dilakukan di atas lahan kering seluas 16,046 ha yang terbagi ke dalam tebu sendiri TS seluas 14,474 ha dan tebu rakyat TR seluas 1,572 ha. Hasil perkebunan tebu diproses di 2 dua pabrik gula Kuala Madu 1984dan Sei Semayang 1983. Pada tahun 2010 hanya mampu memproduksi 31,000 Ton gula dengan rata-rata rendemen 6.