Menurunnya kesempatan kerja di sektor pertanian yang diikuti oleh menurunnya ketersediaan tenaga kerja pertanian, berbalikan dengan kesempatan
kerja dan ketersediaan tenaga kerja di sektor non pertanian yang dinilai meningkat. Responden menilai ada kecenderungan perubahan tenaga kerja dari
pertanian ke non pertanian, terutama dikaitkan dengan adanya industri di kawasan pedesaan. Namun, pada kenyataannya tidak mudah bagi tenaga kerja desa untuk
terlibat dalam sektor industri yang berada di Desa Pasawahan. Hal ini dikarenakan industri yang berkembang adalah industri padat modal yang menjadikan tingkat
pendidikan sebagai salah satu syarat perekrutannya, sementara tingkat pendidikan tenaga kerja desa umumnya masih tergolong rendah. Kesempatan kerja di sektor
non pertanian seperti industri juga menjadi peluang bagi pendatang untuk terlibat didalamnya.
Peningkatan jumlah tenaga kerja di desa yang disebabkan oleh masuknya para pekerja pendatang akan mempengaruhi keadaan ketenagakerjaan desa.
Pengembangan industri yang menyebabkan terkonversinya sejumlah lahan pertanian, mengurangi kemampuan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja.
Tenaga kerja yang tidak terserap oleh sektor pertanian dan non pertanian di desa, menyebabkan terjadinya surplus tenaga kerja di pedesaan.
5.2.2. Pengembangan Industri dan Perubahan Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa
Sebelum industri memasuki Desa Pasawahan, sektor pertanian merupakan basis utama perekonomian masyarakat daerah ini. Sebagian besar penduduknya
terlibat dalam pertanian karena kondisi alam, sosial, ekonomi dan budayanya sangat mendukung berjalannya sektor ini. Ketersediaan lahan pertanian yang
masih luas, pekerjaan yang relatif homogen, serta rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan menyebabkan sebagian besar penduduk desa lebih terpusat di
bidang pertanian. Meskipun ada sebagian kecil penduduk yang bekerja pada sektor non pertanian, tetapi umumnya masih terlibat dalam usaha pertanian karena
memiliki lahan yang digarap oleh orang lain. Masuknya industri ke daerah pedesaan, mengubah jenis mata pencaharian
penduduk yang semula didominasi oleh peran sektor pertanian ke sektor non pertanian, terutama perdagangan dan jasa. Perubahan pola mata pencaharian
tersebut sangatlah beralasan, karena proses perkembangan desa telah mengubah faktor produksi utama dalam pertanian, yaitu lahan.
Pergeseran pemilikan dan penggunaan lahan, serta munculnya sejumlah kesempatan usaha non pertanian akibat perkembangan desa, menyebabkan
sebagian penduduk desa mencoba beralih mengembangkan usaha di luar sektor pertanian. Ada yang memilih untuk terlibat langsung dalam kegiatan industri di
pedesaan dengan menjadi buruh industri, ada pula yang memanfaatkan kehadiran tenaga kerja industri dari luar desa dengan mendirikan rumah kontrakan, warung
makan atau warung kebutuhan rumahtangga, dan menyediakan jasa transportasi ojeg bagi tenaga kerja industri.
Peluang ekonomi dari adanya industri, pada pelaksanaannya hanya dapat dimanfaatkan dan dirasakan oleh masyarakat desa dari kalangan menengah ke
atas, termasuk petani berlahan luas. Pada petani berlahan luas misalnya, peluang ekonomi dari adanya industri dimanfaatkan dengan menjual sebagian lahan ke
penduduk desa lainnya atau penduduk dari luar desa. Keuntungan yang didapat dari hasil penjualan lahan digunakan untuk mengembangkan usaha lain, seperti
mendirikan rumah kontrakan, warung, warnet dan lainnya. Sedangkan masyarakat dari kalangan menengah ke bawah lebih mengandalkan fisik dan jasa, dalam
memanfaatkan peluang ekonomi dari adanya industri.
5.3. Industri di Pedesaan dan Perubahan Mobilitas Sosial Masyarakat Petani