faktor material. Perspektif ini bertumpu pada pemikiran Marx yang menyatakan bahwa kekuatan produksi berperan penting dalam membentuk masyarakat dan
perubahan sosial. Perspektif ini melihat bahwa bentuk pembagian kelas-kelas ekonomi merupakan dasar anatomi suatu masyarakat.
Perubahan dalam pandangan Marx bersifat otodinamis, terus-menerus dan berasal dari dalam. Perubahan didorong oleh kontradiksi endemik, penindasan dan
ketegangan dalam struktur. Sejalan dengan pandangan dinamis Marx, model kesatuan sosial sistem sosial dibangun dalam gerakan sosial internal yang
konstan yaitu perubahan yang digerakkan oleh kekuatan dari dalam sistem sosial itu sendiri. Marx melihat bahwa proses ini akan berlanjut hingga menuju pada
suatu keadaan yang sempurna. Pada kondisi tertentu, kekuatan material pada masyarakat akan mengalami konflik dengan hubungan produksi yang ada. Marx
melihat moda produksi kapitalis bersifat labil dan pada akhirnya akan hilang. Hal ini disebabkan pola hubungan antara kaum kapitalis modal dan kaum buruh
bercirikan pertentangan akibat eksploitasi besar-besaran oleh kaum kapitalis. Selanjutnya adalah perspektif idealistik, yang menjelaskan faktor utama
perubahan sosial ada pada ide. Perspektif idealistik digagas oleh Max Weber. Berbeda dengan perspektif materialistik yang memandang bahwa faktor material
menyebabkan perubahan sosial, perspektif idealistik melihat perubahan sosial disebabkan oleh faktor non material seperti ide, nilai dan ideologi. Ide merujuk
pada pengetahuan dan kepercayaan, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu yang pantas dan tidak, sedangkan ideologi merujuk pada serangkaian kepercayaan
dan nilai yang digunakan untuk membenarkan tindakan masyarakat.
2.1.2. Modernisasi dan Perubahan Sosial
Modernisasi merupakan salah satu teori pembangunan. Terdapat beberapa konsep kunci sosiologi yang berhubungan dengan proses-proses modernisasi
seperti industrialisasi, pertumbuhan ekonomi, kapitalisasi, perubahan struktur masyarakat baik melalui kemajuan politik maupun mobilitas penduduk,
perkembangan teknologi sebagai peningkatan pengetahuan. Menurut Schoorl 1982, modernisasi adalah sesuatu yang mutlak untuk dilakukan oleh negara-
negara berkembang dan dapat dilakukan jika bersentuhan dengan negara-negara
maju. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa modernisasi itu adalah sesuatu yang baik.
Perubahan sosial atau budaya yang berlangsung di masyarakat dapat merupakan dampak dari modernisasi. Schoorl 1982 melihat modernisasi sebagai
suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek- aspeknya. Dalam bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks
industri dengan pertumbuhan ekonomi sebagai aksen utama. Tujuan akhir dari modernisasi adalah terwujudnya masyarakat modern yang dicirikan oleh
kompleksitas organisasi serta perubahan fungsi dan struktur masyarakat. Secara lebih jelas, Schoorl 1982 menyebutkan proses pertumbuhan struktur sosial yang
dimulai dari proses perbesaran skala melalui integrasi. Proses ini kemudian dilanjutkan hingga pembentukan stratifikasi dan hierarki.
Usaha modernisasi untuk mengubah cara produksi masyarakat berkembang sebenarnya merupakan usaha untuk mengubah cara produksi pra-
kapitalis ke
kapitalis, sebagaimana
negara-negara maju
yang telah
menerapkannya. Prosesnya mencakup proses yang sangat luas yang batasannya tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Modernisasi mencakup suatu transformasi
total kehidupan bersama yang tradisional dalam arti teknologi atau organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis Soekanto 2006. Dampak sosial
muncul ketika aktivitas modernisasi seperti proyek, program atau kebijakan yang berasal dari luar diterapkan dalam suatu masyarakat. Aktivitas tersebut
mempengaruhi keseimbangan pada suatu sistem masyarakat. Pengaruhnya bisa positif atau negatif. Hal ini hanya dapat diuji dari nilai, norma, aspirasi dan
kebiasaan masyarakat yang bersangkutan Hadi dalam Waluyo 2009.
2.1.3. Konsep Industrialisasi