Karakteristik Responden PROFIL DESA

dengan membeli lahan pertanian di daerah-daerah pinggiran desa. Oleh karena itu, saat ini banyak dijumpai lahan-lahan pertanian berukuran sempit di pojok-pojok desa. Bagi masyarakat sekitar yang tidak memiliki lahan pertanian namun menggantungkan hidupnya pada pertanian, perubahan kepemilikan lahan dari masyarakat lokal ke pihak lain investor atau orang kota sangat mempengaruhi kelangsungan mata pencaharian mereka. Sebagian dari masyarakat tersebut ada yang memilih untuk beralih ke mata pencaharian di luar pertanian, ada pula yang mencoba tetap bertahan pada mata pencaharian semula. Sejauh ini pengembangan industri di Desa Pasawahan tidak begitu berpengaruh pada menurunnya kualitas lingkungan, karena pencemaran oleh limbah pabrik hampir tidak pernah terjadi. Hal ini didukung oleh sistem pengolahan limbah pabrik dengan menggunakan peralatan canggih yang dioperasikan oleh tenaga ahli.

4.8. Karakteristik Responden

Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga dengan unit pengamatan kepala keluarga atau anggota keluarga yang bekerja dalam bidang pertanian. Pemilihan individu yang bekerja dalam bidang pertanian sebagai sampel dalam penelitian ini, didasarkan pada pertimbangan antara lain: pertama, perubahan yang terjadi di Desa Pasawahan sangat berkaitan dengan perubahan penggunaan dan pemilikan lahan akibat berkembangnya industri. Oleh karena itu, peneliti menganggap penting untuk melihat perubahan tersebut karena sangat berhubungan dengan kelangsungan hidup para petani yang pada umumnya menyandarkan pemenuhan kebutuhan hidupnya pada penggunaan lahan pertanian. Kedua, adanya perubahan dalam penggunaan dan pemilikan lahan juga terkait dengan perubahan dalam hubungan kerja dan jenis mata pencaharian lain yang menjadi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidup petani, yang secara tidak langsung berkaitan dengan kepentingan ekonomi dan sosial penduduknya. Untuk menentukan responden penelitian, terlebih dahulu disusun kerangka sampling yang berisi daftar nama petani berdasarkan penguasaan lahan pertanian. Oleh karena pengembangan industri di Desa Pasawahan berbatasan dengan dua kampung yaitu Kampung Pasawahan dan Kampung Selaawi, maka data kerangka sampling disusun berdasarkan jumlah petani yang berkegiatan di dua kampung tersebut. Data kerangka sampling diperoleh dari dokumen Kelompok Tani Muktijaya I dan Muktijaya II Desa Pasawahan. Penguasaan lahan oleh petani dibagi menjadi tiga kategori, yaitu penguasaan lahan sempit 0,25 hektar, penguasaan lahan sedang 0,25-0,50 hektar, dan penguasaan lahan luas 0,50 hektar. Dari kerangka sampling yang telah disusun, ditemukan bahwa persentase penguasaan lahan sempit mencapai 80,95 persen atau dikuasai sekitar 68 orang petani, penguasaan lahan sedang sebesar 8,33 persen atau dikuasai sekitar 7 orang petani, dan penguasaan lahan luas sebesar 10, 72 persen atau dikuasai sekitar 9 orang petani. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 orang yang dipilih berdasarkan persentase responden pada setiap kategori penguasaan lahan pertanian. Responden yang mewakili penguasaan lahan sempit berjumlah 24 orang, penguasaan lahan sedang diwakili oleh 2 orang responden, dan penguasaan lahan luas diwakili oleh 4 orang responden. Penentuan responden ditentukan berdasarkan teknik stratified random sampling agar data yang diperoleh dari responden mampu mewakili keseluruhan individu dalam setiap kategori penguasaan lahan pertanian. Dengan teknik penarikan sampel tersebut, diperoleh distribusi umur responden dengan usia terendah 47 tahun dan usia tertinggi 98 tahun. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur tidak menyebar merata, bahkan dalam beberapa golongan umur tidak terdapat responden penelitan. Dengan rentang usia 5 tahun, maka diperoleh distribusi umur sebagaimana tercantum dalam Tabel 7, dimana persentase responden terbesar berada dalam kelompok usia 50-54 tahun 33,3 persen, sedangkan persentase terendah berada dalam kelompok usia 95-99 tahun 3,3 persen. Dari Tabel 7 dapat dilihat adanya fenomena aging farmer dalam struktur tenaga kerja pertanian di Desa Pasawahan. Tenaga kerja muda cenderung lebih memilih bekerja di luar pertanian, terutama para pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih baik. Sementara tenaga kerja tua yang hingga saat ini masih bekerja di sektor pertanian, umumnya telah menggeluti pertanian sejak usia muda. Tabel 7 Jumlah dan Persentase Responden menurut Kelompok Usia, 2011 Kelompok Usia Jumlah Jiwa Persentase 45-49 5 16,7 50-54 10 33,3 55-59 6 20,0 60-64 3 10,0 65-69 3 10,0 70-74 2 6,7 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99 1 3,3 Jumlah 30 100,0 Sumber: Data diolah, 2011 Salah satu indikator kualitas tenaga kerja adalah tingkat pendidikan. Data yang diperoleh di lapang menunjukkan bahwa tenaga kerja pertanian di Desa Pasawahan yang menjadi responden penelitian, didominasi oleh angkatan kerja dengan latar belakang pendidikan SMP. Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 orang responden, sekitar 50,0 persen responden menyelesaikan pendidikan hingga tamat SMP, 33,3 persen responden menyelesaikan pendidikan hingga tamat SD, 10 persen responden tidak menyelesaikan pendidikan SD dan hanya 6,7 persen responden yang menyelesaikan pendidikannya hingga tamat SMA. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan, disajikan pada Tabel 8 berikut ini: Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden menurut Tingkat Pendidikan, 2011 No Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase 1 Tidak sekolah 0,0 2 Tidak tamat SD 2 10,00 3 Tamat SD 10 33,3 4 Tamat SMP 15 50,0 5 Tamat SMA 2 6,7 6 Tamat Akademik 0,0 Jumlah 30 100,0 Sumber: Data diolah, 2011 Tabel 8 menunjukkan adanya peningkatan kualitas tenaga kerja di pertanian. Kualifikasi tamatan SD yang umum menjadi ciri dominan tenaga kerja di pertanian mulai meningkat menjadi tamatan SMP. Namun demikian, kesempatan untuk memasuki sektor pekerjaan di luar pertanian sektor formal termasuk sulit, mengingat pendidikan terakhir yang ditempuh hanya sebatas pendidikan di tingkat SMP. Sementara tingkat pendidikan SMA hanya diwakili oleh sebagian kecil responden dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas. Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar responden yaitu sekitar 70,0 persen responden memiliki pendapatan total dibawah Rp 700.000,-. Sekitar 26,7 persen responden memiliki pendapatan dalam rentang Rp 700.000,- hingga Rp 1.500.000,-, dan hanya 3,3 persen responden yang memiliki pendapatan diatas Rp 1.500.000,-. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan disajikan pada Tabel 9 berikut ini: Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden menurut Tingkat Pendapatan, 2011 No Tingkat Pendapatan Jumlah orang Persentase 1 Rp 700.000,- 21 70,0 2 Rp 700.000,- − Rp 1.500.000,- 8 26,7 3 Rp 1.500.000,- 1 3,3 Jumlah 30 100,0 Sumber: Data diolah, 2011 Data pendapatan responden diperoleh dari pengeluaran dan pemasukan rumahtangga selama satu bulan. Sebagian besar responden memiliki lebih dari satu sumber pendapatan. Kondisi ini dikarenakan oleh relatif rendahnya tingkat pendapatan yang diberikan oleh masing-masing kegiatan yang dilakukan. Besarnya pendapatan yang diperoleh setiap bulannya tidak selalu sama. Ada kalanya pendapatan yang diperoleh lebih tinggi atau lebih rendah dari pendapatan biasanya. Untuk mengetahui taraf hidup responden, selain data mengenai tingkat pendapatan, diajukan pula beberapa pertanyaan terkait dengan kondisi fisik rumah, status rumah, sumber air, dan bahan bakar untuk keperluan rumahtangga responden. Hal tersebut menjadi poin penting yang perlu diketahui dalam menilai taraf hidup responden. Distribusi responden menurut tingkat kesejahteraan disajikan pada Tabel 10 berikut ini: Tabel 10 Jumlah dan Persentase Responden menurut Tingkat Kesejahteraan, 2011 No Tingkat Kesejahteraan Jumlah orang Persentase 1 Semakin menurun 5 16,7 2 Tidak ada perubahan 21 70,0 3 Semakin meningkat 4 13,3 Jumlah 30 100,0 Sumber: Data diolah, 2011 Tabel 10 menunjukkan penilaian responden terhadap tingkat kesejahteraan rumahtangga mereka pada saat ini dan tahun-tahun sebelumnya. Sekitar 70 persen responden mengatakan tidak mengalami perubahan dalam tingkat kesejahteraan rumahtangga di saat ini dan tahun-tahun sebelumnya, sekitar 16,7 persen responden mengatakan adanya penurunan dalam tingkat kesejahteraan rumahtangga saat ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sementara hanya sekitar 13,3 persen responden yang mengatakan ada peningkatan dalam tingkat kesejahteraan rumahtangganya. Tingkat kesejahteraan responden sangat berkaitan dengan iklim usaha di sektor pertanian, terutama pada saat harga benih meningkat atau menurun, hasil panen baik atau buruk, upah yang disediakan bagi buruh dan luasan lahan pertanian yang dikerjakan. Selain iklim usaha di sektor pertanian, adanya anggota rumahtangga yang bekerja di sektor industri turut berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga, melalui tambahan penghasilan yang diberikan pada keluarga.

4.9. Ikhtisar