5.4. Industri di Pedesaan dan Perubahan Pola Relasi Sosial
Pengembangan industri yang ditandai oleh adanya konversi lahan, komersialisasi lahan dan penyerapan tenaga kerja, pada prosesnya tidak begitu
berpengaruh terhadap terjadinya perubahan dalam relasi sosial masyarakat. Relasi sosial antar sesama masyarakat desa, dilihat dari segi frekuensi sering tidaknya
berinteraksi serta kuat lemahnya interaksi yang terjadi tidak menunjukkan pola yang berbeda jauh dari relasi sosial yang terjadi sebelumnya.
Perubahan dalam relasi sosial yang terjadi lebih mengarah pada pertambahan kelompok-kelompok sosial baru yang terlibat di dalamnya.
Terutama dengan masuknya pekerja pendatang dalam jumlah banyak dan menetap di desa. Masuknya pekerja pendatang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan
komunitas baru di kawasan pedesaan. Perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat desa dan pendatang ini kemudian mempengaruhi proses sosial di
antara kedua pihak. Proses-proses yang terjadi didalamnya lebih mengarah pada proses
asosiatif dalam bentuk kerjasama. Sekalipun pendatang lebih banyak terserap di sektor industri daripada masyarakat desa, namun proses-proses sosial yang
mengarah pada proses disosiatif jarang terjadi bahkan tidak ditemukan. Sebab hadirnya pendatang menjadi sumber pemasukan bagi masyarakat desa, terutama
dikaitkan dengan terjadinya distribusi uang antara pendatang dan masyarakat desa, melalui sektor usaha yang dijalankan penduduk lokal. Sementara relasi
sosial yang terjadi dalam masyarakat desa, bisa dikatakan tidak begitu mengalami banyak perubahan.
5.5. Ikhtisar
Kebijakan dari luar yang diterapkan dalam suatu masyarakat akan mempengaruhi keseimbangan pada suatu sistem masyarakat, begitu halnya
dengan industrialisasi di kawasan Desa Pasawahan. Perubahan dalam hubungan kerja pertanian merupakan bentuk perubahan sosial pada aspek struktural, sebab
perubahan yang terjadi menyangkut perubahan dalam kelembagaan. Hubungan kerja merupakan bagian dari kelembagaan pertanian, yang berkaitan dengan
penguasaan lahan. Uraian di atas menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi
pada hubungan kerja pertanian, disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang berasal dari pengembangan industri. Hal ini terutama dikaitkan dengan konversi
dan komersialisasi lahan. Pengembangan industri di pedesaan yang ditandai oleh terjadinya konversi
dan komersialisasi lahan, menyebabkan terjadinya perubahan aspek pemilikan dan penggunaan lahan. Perubahan dalam aspek pemilikan lahan ditandai oleh
bergesernya penguasaan lahan oleh sebagian besar penduduk ke penguasaan oleh sekelompok kecil penduduk. Pergeseran penguasaan lahan terjadi antara sesama
penduduk asli maupun antara penduduk asli dan pendatang, dari penguasaan lahan luas ke penguasaan sedang dan sempit, serta dari pemilikan atas dasar warisan ke
pemilikan atas dasar jual beli. Perubahan dalam penggunaan lahan ditandai oleh berubahnya penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian ke non pertanian. Dalam
kaitannya dengan pengembangan industri pedesaan, perubahan penggunaan lahan dimulai dengan berdirinya satu kawasan industri di Kampung Pasawahan, dimana
sejumlah lahan pertanian produktif berada di sana. Perubahan penggunaan lahan tersebut pada akhirnya mengubah lahan
pertanian dalam jumlah yang lebih luas. Bertambahnya permintaan lahan, di satu sisi menjadi kesempatan bagi penduduk asli berlahan luas untuk menjual sebagian
lahannya, namun di sisi lain mengancam keberlangsungan mata pencaharian penduduk yang bergantung langsung pada pertanian. Peningkatan permintaan
lahan, tidak hanya mengubah penggunaan lahan pertanian ke non pertanian, namun juga mengubah sumber pemilikan lahan dari pemilikan atas dasar warisan
ke pemilikan atas dasar jual beli. Konversi dan komersialisasi lahan pertanian yang menandai proses
pengembangan industri, yang menyebabkan perubahan pada penguasaan dan pemilikan lahan serta perubahan pada penggunaan lahan, berhubungan dengan
terjadinya perubahan dalam hubungan kerja pertanian terutama dikaitkan dengan perubahan dalam sistem upah, bentuk dan sifat hubungan kerja.
Perubahan struktur masyarakat petani pada jenis mata pencaharian ditunjukkan oleh bergesernya atau berkurangnya peranan sektor pertanian, dan
bertambahnya peranan sektor non pertanian bagi masyarakat petani maupun masyarakat desa secara umum. Konversi dan komersialisasi lahan serta
terbukanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian yang menandai pengembangan industri di kawasan pedesaan berhubungan terhadap perubahan
jenis mata pencaharian masyarakat. Pengembangan industri di pedesaan mempengaruhi pola pemilikan lahan,
hubungan kerja dan kesempatan kerja. Sifat industri yang ekspansif ditandai dengan tingginya tingkat konversi lahan pertanian ke non pertanian, menyebabkan
kesempatan kerja di sektor pertanian saat ini semakin berkurang. Hal ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya diversifikasi mata pencaharian di luar sektor
pertanian. Bagi masyarakat agraris, industrialisasi di kawasan pedesaan memberikan
harapan-harapan kepada mereka untuk memanfaatkan keberadaan industri. Begitu pula halnya dengan masyarakat di Desa Pasawahan. Selain mengubah pola
pemilikan dan penggunaan lahan karena aktivitas konversi dan komersialisasi lahan, industri juga memberikan peluang kerja bagi masyarakat desa, meskipun
peluang kerja yang ditawarkan belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh sebagian besar tenaga kerja pedesaan. Keterbatasan keterampilan dan pengetahuan
yang dimiliki menjadi salah satu kendala. Selain peluang kerja, industri juga memungkinkan terbentuknya peluang ekonomi lain bagi masyarakat, salah
satunya melalui pengembangan usaha di luar pertanian. Hal ini dilakukan sebagai bentuk respon masyarakat terhadap berkembangnya desa dan sebagai tindakan
logis atas kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Mobilitas sosial merupakan perpindahan status dalam lapisan sosial. Untuk
melihat terjadinya mobilitas sosial pada masyarakat perlu diketahui simbol yang dijadikan dasar pelapisan sosial dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemilikan dan penguasaan lahan adalah simbol yang mendasari pembentukan lapisan sosial pada masyarakat di Desa Pasawahan. Hal ini terutama
dikaitkan dengan fungsi lahan yang kompleks bagi masyarakat, tidak hanya sebagai media tanam, namun juga sebagai instrumen pembentuk lapisan sosial.
Sebagai faktor produksi utama dalam pertanian, konversi dan komersialisasi lahan baik yang terjadi karena hubungannya langsung dengan
pengembangan industri maupun tidak, akan menggeser kedudukan seseorang dalam lapisan sosialnya. Pergeseran atau perpindahan kedudukan ini
menunjukkan terjadinya mobilitas sosial dalam masyarakat. Dikaitkan dengan tipe gerakannya, maka mobilitas sosial yang terjadi di Desa Pasawahan lebih
mengarah pada mobilitas sosial vertikal, baik mobilitas sosial yang meningkat maupun mobilitas sosial yang menurun. Sebab pergerakan individu terjadi dari
suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat. Mobilitas sosial vertikal yang meningkat terjadi pada individu yang semula menempati
lapisan penguasaan lahan sempit atau sedang ke penguasaan lahan luas. Berbalikan dengan mobilitas sosial menurun yang terjadi pada individu yang
semula menempati lapisan lahan luas atau sedang ke penguasaan lahan sempit. Mobilitas sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam masyarakat. Pada
penelitian ini, mobilitas sosial di kalangan masyarakat Desa Pasawahan secara tidak langsung terjadi melalui konversi dan komersialisasi lahan yang menandai
pengembangan industri di pedesaan. Relasi sosial merupakan awal dari berlangsungnya suatu peristiwa sosial.
Proses relasi sosial yang berlangsung di Desa Pasawahan, tidak mengalami perubahan yang besar terutama dikaitkan dengan pengembangan basis industri di
pedesaan yang dicirikan oleh konversi lahan, komersialisasi lahan dan penyerapan tenaga kerja. Perubahan dalam relasi sosial lebih ditunjukkan pada bertambahnya
individu yang terlibat di dalam prosesnya. Aktivitas konversi dan komersialisasi lahan yang menandai terjadinya industrialisasi di kawasan pedesaan, tidak lantas
menyebabkan perubahan dalam proses sosial yang berlangsung di kalangan masyarakat. Adapun penyerapan tenaga kerja yang menjadi jalan bagi masuknya
pendatang di pedesaan, dapat dilihat sebagai salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan komunitas baru dalam masyarakat.
Kehadiran pendatang terutama disebabkan oleh fungsi industri sebagai sektor ekonomi di pedesaan, menjadi jalan bagi terbentuknya komunitas baru di
pedesaan. Komunitas baru yang berasal dari tenaga kerja pendatang ini, mengakibatkan terjadinya perubahan dalam struktur sosial dikaitkan dengan
pertambahan jumlah dan komposisi manusianya. Adapun proses-proses sosial yang berlangsung diantara masyarakat lokal dan pendatang lebih mengarah pada
proses sosial yang mendekatkan.
BAB VI INDUSTRI DI PEDESAAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR
MASYARAKAT PETANI
Sebagai sebuah proses, perubahan sosial membutuhkan saluran-saluran perubahan. Pada penelitian ini perubahan pada masyarakat petani terjadi melalui
proses industri di kawasan pedesaan. Dalam hubungannya dengan perkembangan Desa Pasawahan, pengembangan industri telah mempengaruhi kehidupan
masyarakatnya. Alihfungsi lahan pertanian karena aktivitas konversi dan komersialisasi lahan, serta penyerapan tenaga kerja untuk sektor non pertanian
yang melekat pada proses industrialisasi di pedesaan, menjadi salah satu sumber bagi terjadinya perubahan pada masyarakat desa khususnya pada masyarakat
petani. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat petani karena adanya industri di pedesaan, dilihat dari kerangka perubahan sosial merupakan perubahan yang
mengacu pada dimensi struktur. Pengembangan industri di pedesaan dapat dilihat dari perubahan pemilikan
dan penggunaan aset produksi utama bagi masyarakat pertanian berupa lahan. Perubahan tersebut tidak dapat dihindarkan dalam proses industrialisasi karena
menyangkut input utama dalam produksi industri. Dari uraian tersebut tampak bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat petani berpijak pada perspektif
materialistik, dimana sumber perubahan berasal dari sesuatu yang bersifat material yaitu modal berupa lahan. Pembangunan kawasan industri yang
kemudian diikuti oleh perkembangan desa telah mengubah sejumlah fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian. Industri juga menjadi faktor penarik bagi
terserapnya tenaga kerja dari luar pedesaan. Sehingga tidak hanya kondisi fisik desa saja yang berubah, namun kondisi sosial desa ikut berubah karena adanya
komunitas baru yang bermukim di pedesaan. Perubahan-perubahan tersebut pada akhirnya diikuti oleh perubahan hubungan kerja dalam pertanian, jenis mata
pencaharian masyarakat petani, dan perubahan pada struktur sosial masyarakat tani yang meliputi mobilitas sosial dan relasi sosial.
Pertumbuhan basis industri di pedesaan yang menandai proses modernisasi desa, dalam pelaksanaannya telah menyebabkan perubahan pada aspek struktural
masyarakat. Merujuk pada akibat-akibat yang disebabkan oleh industrialisasi,