Struktur Sosial Masyarakat Desa Pasawahan

Selain menjadi kawasan industri, Desa Pasawahan juga menjadi salah satu kawasan wisata alam. Potensi wisata alam tersebut menyebabkan banyak ditemuinya bangunan-bangunan vila di kiri dan kanan jalan, yang tersebar dari Kampung Pasawahan hingga Kampung Cikurutug yang terletak di ujung desa. Vila-vila yang tersebar tersebut umumnya diapit oleh lahan persawahan atau pemukiman warga. Dengan ramainya desa karena industri dan wisata alam, maka Desa Pasawahan pun semakin terbuka dengan dunia luar. Semakin sering desa dikunjungi oleh orang-orang dari kota, penjabat kecamatan, penjabat kabupaten, dan mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata KKN. Beberapa sarana umum yang terdapat di Desa Pasawahan terdiri atas sarana pendidikan mulai dari jenjang PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, TK Taman Kanak-Kanak, SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama hingga SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, sarana ibadah berupa masjid dan mushola, sarana rekreasi berupa taman dan pemandian, sarana pertunjukkan kebudayaan, penginapan dan sarana kesehatan umum. Belum tersedianya sarana umum berupa pasar tradisional dan pasar modern, tidak menjadi penghambat bagi masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jarak yang tidak begitu jauh ke pusat keramaian di Kecamatan Cicurug memudahkan masyarakat untuk melakukan mobilisasi.

4.4. Struktur Sosial Masyarakat Desa Pasawahan

Dalam struktur masyarakat Desa Pasawahan terdapat beberapa kelompok sosial, yaitu masyarakat pertanian atau masyarakat yang bekerja di sektor pertanian dan masyarakat non pertanian atau masyarakat yang bekerja diluar sektor pertanian. Pada masyarakat pertanian, terdapat dua kelompok sosial yang memiliki perbedaan mendasar. Perbedaan tersebut terletak pada akses masyarakat pertanian terhadap faktor produksi utama dalam pertanian, yaitu lahan. Kelompok sosial dalam masyarakat pertanian yang terbentuk di Desa Pasawahan adalah kelompok petani penggarap atau buruh tani dan kelompok petani asli. Petani penggarap adalah petani yang tidak memiliki lahan yang mengerjakan sawah milik orang lain. Mereka bertanggung jawab dalam mengolah sawah mulai dari menanam hingga memanen padi, termasuk mencari kerbau untuk membajak, merawat sawah, dan mencari buruh tani untuk mengerjakan sawah . Sedangkan petani asli adalah petani yang memiliki lahan dan mengerjakan lahannya. Petani pemilik lahan juga dapat menjadi pengusaha tani, artinya mereka tidak ikut mengerjakan lahan tetapi menyerahkan lahannya pada petani penggarap untuk dikerjakan. Saat ini jumlah petani asli di Desa Pasawahan semakin sedikit, karena banyaknya lahan yang dibeli oleh orang-orang kota. Sedangkan lahan yang dimiliki oleh penduduk lokal tidak seluas lahan yang dimiliki orang-orang kota, yakni sekitar 1,2 hektar sementara orang kota memiliki lahan sekitar 3 sampai 4 hektar per orangnya. Lahan yang dimiliki orang-orang kota dikerjakan oleh petani lokal yang bekerja sebagai petani penggarap atau buruh tani. Pada masyarakat pertanian, stratifikasi sosial lebih ditentukan oleh kepemilikan lahan. Mengacu pada stratifikasi sosial tersebut, maka petani penggarap atau buruh tani menempati posisi bawah dalam lapisan sosial, sedangkan petani asli dan pemilik lahan menempati posisi atas dalam lapisan sosial. Pemilik lahan yang menempati posisi atas dalam lapisan sosial memiliki kendali dan kekuasaan dalam mempekerjakan lahan miliknya, termasuk bagi hasil panen yang diperoleh. Mengacu pada perbedaan lapisan sosial tersebut, terlihat adanya kelompok yang menempati posisi penguasa dan pengabdi dimana petani penggarap atau buruh tani menjadi abdi dari pemilik lahan. Pada masyarakat non pertanian, stratifikasi sosial lebih ditentukan oleh pekerjaan, kekayaan dan garis keturunan. Masyarakat lokal atau pendatang yang bekerja dan menempati posisi penting di industri dipandang lebih terhormat dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja sebagai buruh industri, begitu pula dengan masyarakat yang tergolong ke dalam kalangan menengah ke atas. Sementara penentuan lapisan sosial berdasarkan garis keturunan hanya berlaku di beberapa kampung, dimana keluarga yang berasal dari garis keturunan orang berpengaruh berada. Dalam hubungan sosial, tidak terdapat perbedaan yang besar antara masyarakat pertanian dan masyarakat non pertanian. Hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat desa didasarkan pada hubungan kekerabatan, hubungan pekerjaan, kedekatan tempat tinggal, dan kepentingan bersama. Interaksi antara satu warga dengan warga lainnya tidak begitu sering dilakukan, terutama antar warga yang berbeda kampung. Hal ini disebabkan oleh padat dan beratnya aktivitas masyarakat dalam pekerjaan, khususnya bagi mereka yang bekerja sebagai buruh industri atau bekerja sebagai penggarap dan buruh tani. Hubungan sosial yang lebih luas terjadi hanya pada saat-saat tertentu, seperti dalam kegiatan- kegiatan kemasyarakatan.

4.5. Kultur Masyarakat Desa Pasawahan