Saat ini PLTAL masih dipegang oleh PT.T-Files, demi berjalannya program Desa Mandiri Energi yang dicanangkan oleh pemerintah maka pengelolaan
PLTAL dapat diserahkan kepada masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin memberikan gambaran dan rekomendasi skema pengelolaan dan
pengembangan sebagai alternatif kebijakan untuk pengelolaan PLTAL kedepannya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan keberadaan PLTAL di
Selat Nusa Penida supaya tidak terbengkalai begitu saja.
Keterangan : : Ruang lingkup penelitian
: Metode yang digunakan
Gambar 2 Alur pemikiran Penilaian Ekonomi
Manfaat PLTAL
CVM Analisis Deskriptif
Demand energi listrik meningkat Sumber supply energi listrik non-renewable menurun
Pembangkit listrik konvensional tidak ramah lingkungan Pembangunan jaringan transmisi dan distribusi sulit
Peraturan yang mendukung: RUPTL PT.PLN Tahun 2010-2019
BP-PEN 2006-2025 UU No.30 Tahun 2007 tentang Energi
Perpres No.5 Tahun 2006 tentang KEN UU No.17 Tahun 2007 Tentang RPJPN
Pengembangan Energi Alternatif
Rekomendasi Kebijakan pengelolaan PLTAL di Selat Nusa Penida secara optimal dalam upaya pengembangan PLTAL berkelanjutan
Besarnya Wiillingness to pay untuk pengelolaan
PLTAL di Nusa Penida Manfaat adanya penerangan
jalan dari PLTAL terhadap masyarakat
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu kawasan sekitar Selat Nusa Penida yaitu Desa Toyopakeh, Kecamatan Nusa Penida, Provinsi Bali. Lokasi ini dipilih
secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa Selat Nusa Penida merupakan salah satu lokasi yang berpotensi memanfaatkan arus laut sebagai
sumber pembangkit lisrik dan PT.T-Files pernah melakukan uji coba pemasangan turbin PLTAL di Selat Nusa Penida. Sedangkan pertimbangan penentuan Desa
Toyopakeh karena di sekitar pinggir pantai desa ini telah dipasang lampu yang bersumber dari PLTAL. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2014.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diolah secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengumpulan data
primer didapatkan berdasarkan hasil wawancara langsung kepada masyarakat di Desa Toyopakeh. Selain itu, interview secara mendalam juga dilakukan kepada
key person yaitu salah satu pihak dari tim PT.T-Files yang mengembangkan PLTAL di Selat Nusa Penida, dan pihak pemerintah seperti Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan P3GL, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
P3TKEBTKE. Data sekunder diperoleh dari lembaga desa, PT.T-Files, Badan Pusat Statistik BPS, jurnal, artikel, internet, dan sumber lainnya yang relevan
dengan tujuan penelitian.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Terdapat dua tahap dalam pengumpulan data primer, yaitu
tahap pertama dilakukan observasi secara langsung di lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner kepada masyarakat untuk mengetahui kondisi PLTAL,
manfaat apa saja yang dirasakan oleh masyarakat dari adanya PLTAL, serta karakteristik masyarakat. Tahap kedua dilakukan wawancara dengan pertanyaan
tertutup kepada masyarakat untuk memperoleh data besarnya biaya yang bersedia dibayarkan untuk biaya pengelolaan PLTAL. Selain itu data sekunder diperoleh
dengan teknik dokumen yaitu mengambil data yang telah tersedia baik berupa laporan, dokumen instansi, data dalam internet, dan data lainnya yang mendukung
topik penelitian.
4.4 Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel terhadap masyarakat Desa Toyopakeh menggunakan metode non-probability dengan teknik purposive sampling. Kriteria sampel yang
digunakan adalah masyarakat Desa Toyopakeh yang sudah merasakan manfaat dari adanya lampu yang bersumber listrik dari PLTAL. Setiap satu sampel
mewakili satu kepala rumah tangga. Jumlah sampel responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 41 responden.
4.5 Metode Analisis Data
Jenis analisis data pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Data yang sudah didapatkan akan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2010
dan SPSS 16.0. Hasil data yang telah diolah kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik. Tabel 3 di bawah ini
merupakan matriks yang menguraikan keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 3 Matriks metode analisis data
No Tujuan Penelitian
Sumber Data Metode Analisis Data
1 Mengidentifikasi manfaat yang
dirasakan masyarakat Desa Toyopakeh terhadap keberadaan
PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali.
Data Primer Analisis Deskriptif
Kualitatif
2 Menganalisis peluang kesediaan
membayar dan mengestimasi nilai willingness to pay masyarakat
Desa Toyopakeh terhadap biaya pengelolaan PLTAL di Selat Nusa
Penida, Bali. Data Primer dan
Sekunder Analisis Logistik,
Contingent Valuation Method, Turnbull,
K-M-T, dan SK 3
Menganalisis skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL di
Selat Nusa Penida,Bali. Data Primer
Analisis Deskriptif Kualitatif
4.5.1 Identifikasi Manfaat PLTAL
Identifikasi manfaat PLTAL ini meliputi ada atau tidak adanya manfaat yang dihasilkan PLTAL. Adanya manfaat diidentifikasi dengan menggunakan
analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai manfaat apa saja yang telah dirasakan oleh
masyarakat Desa Toyopakeh terhadap penerangan yang dihasilkan oleh PLTAL. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata
cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena Nazir 2003.
Identifikasi manfaat PLTAL diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu manfaat ekonomi, manfaat sosial budaya, dan kemungkinan dampak lingkungan.
Manfaat ekonomi dilihat dari manfaat yang berhubungan dengan mata pencaharian masyarakat. Manfaat sosial budaya dilihat dari manfaat yang
dirasakan secara tidak langsung oleh masyarakat seperti perasaan aman, nyaman, dan manfaat lainnya yang tidak berhubungan dengan mata pencaharian.
Kemungkinan dampak lingkungan didapatkan berdasarkan hasil perbandingan antara dampak lingkungan PLTAL berdasarkan literatur dengan keberadaan
PLTAL di Selat Nusa Penida saat ini.
4.5.2 Nilai WTP Masyarakat Terhadap PLTAL
Nilai WTP masyarakat yang telah didapatkan dari hasil wawancara akan dihitung untuk melihat besarnya peluang kesediaan masyarakat untuk membayar
biaya pengelolaan PLTAL dan seberapa besar rataan WTP yang dihasilkan.
a. Analisis Peluang Kesediaan Membayar
Metode analisis logistik digunakan untuk melihat peluang kesediaan membayar masyarakat meliputi bersedia atau tidak bersedia mengeluarkan
sejumlah uang untuk biaya pengelolaan PLTAL. Bentuk model logistik yang digunakan adalah :
Li = Ln = β
+ β
1
PDPT + β
2
JT + β
3
PDKN
dimana: Li
= Peluang masyarakat bersedia bernilai 1 atau tidak bersedia bernilai 0 membayar adanya biaya pengelolaan PLTAL.
β = Intersep
β
1-3
= Koefisien dari regresi PDPT
= Tingkat Pendapatan Rpbulan JT
= Jumlah Tanggungan orang PDKN = Tingkat Pendidikan tahun
Terdapat tiga variabel yang diduga dapat mempengaruhi peluang bersedianya masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL. Variabel
tersebut adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan. Sifat hubungan variabel terdiri dari dua jenis yaitu berpengaruh positif dan
berpengaruh negatif. Variabel yang diduga berpengaruh postif adalah tingkat pendapatan dan
tingkat pendidikan. Tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi besarnya peluang kesediaan membayar, semakin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki
maka peluang untuk membayar akan semakin besar. Variabel pendidikan juga diduga akan mempengaruhi besarnya peluang membayar, semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin tinggi pula peluang kesediaan membayar. Variabel yang diduga berpengaruh negatif terhadap besarnya peluang
kesediaan membayar adalah variabel jumlah tanggungan. Masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih sedikit diduga peluang kesediaan
membayarnya akan semakin besar.
b. Estimasi Nilai WTP menggunakan CVM
Besarnya nilai WTP dapat diketahui menggunakan pendekatan CVM. Secara umum analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama yaitu:
1. Identifikasi barang dan jasa Mengestimasi besarnya WTP digunakan untuk mengetahui tingkat kesediaan
membayar masyarakat untuk mempertahankan manfaat yang dihasilkan akibat adanya penerangan yang bersumber dari PLTAL. Nilai WTP yang dihasilkan
oleh tiap perwakilan kepala rumah tangganya akan dijadikan acuan untuk biaya pengelolaan PLTAL per bulannya.
2. Konstruksi skenario hipotetik Skenario hipotetik sangat berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan
pada analisis CVM. Skenario hipotetik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kondisi lampu jalan sebagai fasilitas penerangan publik di Desa
Toyopakeh tidak berfungsi secara maksimal dikarenakan kurangnya ketersediaan pasokan listrik di Pulau Nusa Penida. Keberadaan PLTAL yang
dibangun oleh PT.T-Files memberikan 25 titik penerangan jalan di daerah Desa Toyopakeh. Penerangan tersebut menerangi Dermaga Toyopakeh, daerah
pemakaman, lokasi penyimpanan rumput laut, dan warung-warung yang berada di tepi pantai. Adanya manfaat penerangan yang dihasilkan PLTAL tersebut
diharapkan dapat berlangsung dalam jangka panjang, oleh karena itu diperlukan upaya untuk tetap menjaga keberlangsungan PLTAL. Salah satu
upaya tersebut adalah menentukan besarnya biaya pengelolaan PLTAL yang didapatkan menggunakan konsep WTP masyarakat. Besarnya nilai WTP ini
dapat dijadikan besarnya iuran per kepala keluarga per bulan untuk biaya pengelolaan PLTAL. Pengelolaan PLTAL dilakukan oleh kelompok
masyarakat Desa Toyopakeh. 3. Elisitasi nilai moneter
Setelah masyarakat diberikan gambaran mengenai manfaat PLTAL, untuk mendapatkan nilai WTP maka masyarakat diberikan pertanyaan mengenai
kesediaannya untuk berkontribusi memberikan sejumlah uang dalam upaya pegelolaan PLTAL. Apabila bersedia maka masyarakat diberikan pertanyaan
berapakah besar WTP yang bersedia dibayarkan untuk biaya pengelolaan PLTAL per kepala rumah tangga dalam satu bulannya, dalam hal ini digunakan
format payment card karena dianggap lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Payment card merupakan salah satu metode yang dapat menghilangkan bias
titik awal karena dalam metode ini telah disediakan beberapa nilai yang dapat dipilih langsung oleh masyarakat. Nilai yang ditawarkan adalah Rp 5.000,
Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp 20.000. Penentuan nilai tersebut berdasarkan tarif penerangan jalan umum menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014 yaitu sebesar Rp 997 per kilowatthour.
c. Perhitungan WTP dengan Metode Non-Parametrik
Setelah mendapatkan nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat maka selanjutnya adalah memperkirakan nilai rataan WTP. Menurut Fauzi 2014,
perhitungan nilai rata-rata WTP dapat dilakukan dengan pendekatan non- parametrik. Beberapa metode non-parametrik yang cukup dikenal adalah metode
Turnbull, Kaplan-Meir-Turnbull K-M-T, dan Spearmen-Karber SK. Pendekatan ini mengandalkan distribusi jawaban “ya” dan “tidak” dari responden
terhadap respons pertanyaan lelang bid. Langkah-langkah untuk menggunakan metode Turnbull, Haab dan
McConnel 2002 dalam Fauzi 2014 adalah sebagai berikut: 1. Hitung distribusi F
j
menggunakan formula dimana F
j
adalah distribusi responden yang menjawab “tidak”, N
j
adalah respon “tidak” untuk nilai lelang j dan Y
j
adalah respon “ya” untuk nilai lelang j. Total respon adalah T
j
= N
j
+ Y
j
. 2. Bandingkan nilai F
j
dan F
j+1
dimulai dengan nilai lelang terendah 3. Jika F
j+1
F
j
perhitungan rataan WTP dapat dilanjutkan menggunakan formula EWTP metode Turnbull.
4. Jika F
j+1
F
j
, gabungkan pooled nilai lelang ke j dan j+1 menjadi satu nilai lelang dengan batas bawah dan batas atas lelang adalah B
j
, B
j+1
. Kemudian hitung nilai
, dengan kata lain menghilangkan nilai lelang B
j+1
dan menggabungkan dengan nilai lelang B
j
. 5. Lanjutkan menghitung WTP menggunakan formula EWTP jika distribusi
sudah terlihat meningkat secara monotonik monotonically increasing. 6. Gunakan nilai maksimum distribusi
= 1 yang menunjukkan tidak ada
responden yang ingin membayar lebih dari nilai lelang maksimum.
Mengetahui distribusi responden yang menjawab “tidak” untuk metode Turnbull atau jawaban “ya” untuk metode K-M-T, maka akan dapat menentukan
batas bawah dari WTP lower bound WTP dan nilai rataan WTP. Nilai lower bound WTP untuk metode Turnbull dihitung dengan formula sebagai berikut.