Tabel 7 Variabel yang mempengaruhi kesediaan membayar maksimum pengelolaan PLTAL
Variabel Koefisien
Sig. ExpB
Keterangan Konstanta
-1.920 .187
.147 Pendapatan
.000 .098
1.000 Berpengaruh nyata
Tanggungan -.115
.722 .891
Tidak berpengaruh nyata Pendidikan
.255 .074
1.291 Berpengaruh nyata
Keterangan : signifikan pada taraf nyata 10
Tabel 7 tidak memiliki variabel dummy, hanya terdiri dari tiga variabel bebas yaitu tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan hasil dari regresi logistik yang telah terbentuk di atas tidak bisa langsung diinterpretasikan dari nilai koefisiennya seperti dalam regresi linier
biasa. Interpretasi bisa dilakukan dengan melihat nilai dari Exp B atau nilai eksponen dari koefisien persamaan.
Berdasarkan Tabel 7 di atas, variabel yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar adalah tingkat pendapatan. Hal tersebut berkaitan dengan
kemampuan ekonomi masyarakat dalam membayar biaya pengelolaan PLTAL. Variabel tingkat pendapatan memiliki Sig sebesar 0,098 yang artinya peubah
tersebut berpengaruh nyata terhadap peluang masyarakat untuk bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL pada taraf nyata α = 10 persen. Exp B atau
odds ratio sebesar 1,000 artinya masyarakat yang memiliki jumlah pendapatan besar memiliki peluang bersedia membayar WTP yang sama dengan peluang
tidak bersedia membayar, dengan perkataan lain bahwa masyarakat dengan pendapatan besar maupun kecil bersedia untuk membayar WTP.
Variabel independen lainnya yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan terakhir menunjukkan
tingkat pola pemikiran yang dimiliki masyarakat. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kebersediaan masyarakat untuk membayar pengelolaan PLTAL Nusa
Penida. Variabel tingkat pendidikan memiliki Sig sebesar 0,074 yang artinya peubah tersebut berpengaruh nyata terhadap peluang masyarakat untuk bersedia
membayar biaya pengelolaan PLTAL pada taraf nyata α = 10 persen. Exp B atau odds ratio sebesar 1,291 artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki
maka peluang masyarakat untuk bersedia membayar WTP lebih besar 1,291 kali
dibandingkan tidak bersedia membayar, dengan kata lain masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih cenderung bersedia membayar WTP.
Variabel lain tidak berpengaruh nyata terhadap peluang kesediaan masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL. Hal tersebut diduga
karena peluang pengambilan keputusan untuk bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL tidak dipengaruhi secara nyata oleh jumlah tanggungan.
6.2.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat
Setelah menganalisis peluang kesediaan membayar masyarakat Desa Toyopakeh terhadap biaya pengelolaan PLTAL maka selanjutnya adalah
mengetahui berapa besar biaya yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat menggunakan analisis WTP. Biaya yang ditawarkan merupakan biaya yang
bersedia dibayar oleh masyarakat setiap bulannya per kepala rumah tangga. Hal tersebut dapat memperlihatkan seberapa besar masyarakat menginginkan adanya
pengelolaan PLTAL secara bekerlanjutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan CVM untuk mengestimasi nilai
WTP masyarakat terhadap pengelolaan PLTAL. Masyarakat diberikan informasi terlebih dahulu mengenai manfaat adanya PLTAL yang saat ini telah memberikan
penerangan disepanjang satu kilometer pantai saat malam hari. Selanjutnya, masyarakat diajukan pertanyaan untuk memilih nilai WTP yang bersedia mereka
bayar setiap bulannya. Nilai WTP didapatkan dengan menggunakan teknik payment card,
Nilai WTP yang diajukan sebesar Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp 20.000. Dasar dari besarnya nilai yang diajukan yaitu hasil perhitungan biaya
beban PLTAL berdasarkan kapasitas PLTAL yang terpakai dengan pendekatan tarif tenaga listrik untuk penerangan jalan sesuai dengan Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014. Perhitungan pendekatan tarif dapat dilihat di Lampiran 3.
Perhitungan dugaan nilai rataan WTP dilakukan menggunakan pendekatan non-parametrik yaitu dengan metode K-M-T, dan SK. Metode ini mengandalkan
distribusi jawaban “ya” dan “tidak” dari responden terhadap nilai bid yang ditawarkan. Selain dapat menghitung nilai rataan WTP, dengan mengetahui
distribusi jawaban responden maka lower bound WTP dapat ditentukan. Metode
Turnbull mengandalkan distribusi jawaban “tidak” dari responden terhadap nilai
bid yang ditawarkan, perhitungan Metode Turnbull dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perhitungan turnbull
Tabel 8 di atas menunjukkan distribusi “tidak” Fj terlihat meningkat
secara monotonik. Jumlah respon “tidak” menunjukan jumlah orang yang tidak
mau membayar bid yang ditawarkan. Terdapat sepuluh orang yang tidak mau membayar apabila bid yang ditawarkan sebesar Rp 5.000, apabila bid yang
ditawarkan Rp 10.000 maka jumlah orang yang tidak mau membayar sebanyak tujuh belas orang, begitupun seterusnya apabila bid yang ditawarkan semakin
tinggi maka jumlah orang yang tidak mau membayar akan semakin meningkat. Nilai rataan WTP didapatkan dari perkalian bid dengan nilai fj. Hasil rataan
WTP yang diperoleh sebesar Rp 9.268,293. Tabel 9 akan menunjukkan perhitungan rataan WTP menggunakan metode
K-M-T dan S-K, pendekataan ini mengandalkan distribusi jawaban “ya” dari
responden terhadap nilai bid yang ditawarkan. Tabel 9 Perhitungan K-M-T dan S-K
Sebagaimana terlihat pada Tabel 9 di atas, terdapat 31 orang yang bersedia membayar apabila bid yang ditawarkan sebesar Rp 5.000 dan hanya akan ada 9
orang yang bersedia membayar apabila bid yang ditawarkan sebesar Rp 20.000. Perhitungan WTP dengan metode K-M-T sama persis dengan metode Turnbull.
Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada pengg unaan respon “ya” yang
Bid Jumlah Nj
Respon tidak
Total respon
Tj Distribusi
“Tidak” Fj
Nilai fj WTP
Turnbull
5.000 10
41 0,244
0,244 853,659
10.000 17
41 0,415
0,171 2.926,829
15.000 29
41 0,707
0,293 1.097,561
20.000 32
41 0,780
0,073 4.390,244
20.000 1
0,220
Rataan WTP 9.268,293
Bid Jumlah
“ya” Total
respon Share Fj
Nilai fj WTP KMT
WTP SK
1 0,244
609,756 5.000
31 41
0,756 0,171
853,659 1.280,488
10.000 24
41 0,585
0,293 2.926,829
3.658,537 15.000
12 41
0,293 0,073
1.097,561 1.280,488
20.000 9
41 0,220
0,220 4.390,244
4.939,024 25.000
Rataan WTP 9.268,293 11.768,293
merupakan respon kebalikannya. Nilai rataan WTP menggunakan metode K-M-T menunjukkan hasil yang sama dengan nilai rataan WTP Turnbull yaitu sebesar
Rp 9.268,293, sementara hasil perhitungan rataan WTP dengan metode S-K menghasilkan nilai rataan WTP yang lebih besar yaitu Rp 11.768,293.
Besarnya tingkat kepercayaan terhadap pendugaan nilai rataan WTP yang dihasilkan oleh distribusi Turnbull estimator dapat dihitung menggunakan
formula keragaman variance. Besarnya nilai variance dalam penelitian ini adalah 491.142,032 dan standard error yang merupakan akar dari variance
sebesar 700,815. Berdasarkan hasil tersebut, dengan selang kepercayaan 95 persen maka untuk lower bound WTP menjadi 9.268,293 ± 1,96700,815, dengan kata
lain bahwa nilai rataan WTP berada pada kisaran Rp 7.894,695 sampai Rp 10.641,891. Salah satu kelebihan menggunakan pendugaan melalui lower
bound adalah terkait dengan distribusi Turnbull estimator dimana fj terdistribusi normal dan nilai bid tetap, sehingga rataan lower bound WTP juga normal.
Nilai selang WTP EWTP yang dihasilkan mencerminkan besarnya kesediaan membayar masyarakat Desa Toyopakeh untuk biaya pengelolan
PLTAL di Nusa Penida setiap bulannya. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa masyarakat bersedia membayar biaya pengelolaan sebesar
Rp 7.894,695 hingga Rp 10.641,891 per kepala keluarga perbulan, dan hasil pehitungan S-K menunjukkan bahwa masyarakat bersedia membayar biaya
pengelolaan sebesar Rp 11.768,293 per kepala keluarga perbulan. Besarnya nilai WTP yang telah dihasilkan dapat digunakan sebagai iuran
untuk dijadikan dana pengelolaan PLTAL. EWTP terendah menunjukkan nilai Rp 7.894,695 yang artinya tiap kepala keluarga mengeluarkan Rp 7.894,695 per
bulan untuk iuran mengelola PLTAL. Jumlah kepala keluarga yang berada di Desa Toyopakeh sebanyak 200 orang, namun proporsi jumlah kepala keluarga
yang mau membayar iuran pengelolaan PLTAL yaitu sebanyak 151 orang. Proporsi tersebut didapatkan dari jumlah responden yang mau membayar dibagi
dengan jumlah seluruh responden kemudian hasil tersebut dikalikan dengan jumlah kepala keluarga yang berada di Desa Toyopakeh. Jumlah iuran
pengelolaan PLTAL yang didapat dalam setahun akan mencapai Rp 14.305.187. Dana pengelolaan PLTAL yang didapatkan akan digunakan untuk biaya