Analisis Logistik Estimasi Willingness to pay masyarakat terhadap keberlanjutan pilot project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali

Beberapa kesamaan yang terdapat dalam penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu bentuk analisis datanya. Pada penelitian Permadi 2011 yang b erjudul “Sistem Kelembagaan dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro PLTMH Cisalamir” salah satu tujuannya adalah 1 untuk mengestimasi besarnya nilai WTP untuk ketersediaan air agar PLTMH Cisalamir dapat berkelanjutan, dan 2 mengidentifikasi kebijakan untuk keberlanjutan pengelolaan PLTMH Cisalamir. Dalam pencapaian tujuan tersebut, penelitian yang dilakukan memiliki kesamaan dalam menggunakan analisis data yaitu analisis WTP dengan metode CVM dan analisis deskriptif kualitatif untuk mengidentifikasi kebijakan. Hal yang menjadi perbedaan dengan penelitian ini adalah metode CVM yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik payment card. Topik bahasan yang dibahas sama-sama mengenai WTP untuk Pembangkit Listrik, namun perbedaannya adalah penelitian tersebut membahas Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro sedangkan penelitian ini membahas mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut. Penelitian berjudul “Eksternalitas Positif Banjir Kanal Barat Jakarta Sebagai Potensi Wisata Air ” yang ditulis oleh Wahyuni 2012 memiliki beberapa tujuan yang diolah menggunakan metode serupa dengan penelitian ini. Terdapat kesamaan jenis tujuan yaitu 1 mengkaji peluang kesediaan membayar masyarakat yang dianalisis menggunakan analisis logit, dan 2 mengestimasi nilai WTP menggunakan metode CVM dengan teknik payment card. Perbedaan antara penelitian tersebut dan penelitian ini terletak pada topik penelitian. Penelitian Wahyuni 2012 mengangkat topik mengenai banjir kanal barat sebagai potensi wisata air, sedangkan penelitian ini bertopik manfaat pembangkit listrik tenaga arus laut. Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Woro 2012 dengan judul “Analisis Kepemilikian Sepeda Motor Pada Rumah Tangga di Kabupaten Buleleng Menggunakan Model Regresi Logistik”. Persamaan yang terdapat dalam penelitian tersebut adalah tujuan untuk mencari nilai probabilitasnya. Acuan yang diambil dari penelitian tersebut yaitu mengenai interpretasi dari hasil analisis logistiknya. Model regresi logistik dalam penelitian tersebut digunakan untuk menganalisis probabilitas dari masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga. Pada penelitian ini, model regresi logistik digunakan untuk menganalisis peluang kesediaan masyarakat dalam membayar biaya pengelolaan PLTAL. Tesis yang dilakukan oleh Firdaus 2014 dengan judul “Analisa Kebijakan Ekonomi Pengembangan Energi Arus Laut di Selat Madura, Provinsi Jawa Timur ” memiliki kesamaan topik mengenai PLTAL dan menghitung WTP. Berdasarkan analisis WTP dalam penelitian tersebut bahwa masyarakat Desa Sukolilo Barat menilai positif pengembangan PLTAL pada kawasan perairan Suramadu, kemauan masyarakat membayar tarif listrik sebesar Rp 486,38 per kWh. Perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis WTP digunakan untuk mencari besarnya biaya yang bersedia dibayarkan untuk mengelola PLTAL, sedangkan analisis WTP yang digunakan dalam penelitian Firdaus 2012 mencari tarif listrik yang dihasilkan oleh PLTAL. III KERANGKA PEMIKIRAN Meningkatnya perekonomian masyarakat memicu peningkatan kebutuhan energi terutama energi listrik. Ketersediaan listrik dalam kehidupan manusia sudah menjadi kebutuhan primer. Disisi lain, sumber penyediaan pembangkit listrik masih terpaku pada sumberdaya non renewable yaitu fosil, sehingga seiring berjalannya waktu maka sektor energi mulai mengalami penurunan sumber penyediaan energi listrik. Dalam pemenuhan ketersediaan listrik, pembangkit listrik yang masih tergantung pada sumberdaya fosil akan mengeksploitasi sumberdaya alam dan menimbulkan efek negatif bagi lingkungan di sekitarnya. Seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat, permintaan energi listrik dari berbagai sektor akan terus meningkat. Berdasarkan RUPTL PT.PLN Tahun 2010 hingga 2019, kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 55.000 Mega Watt MW sehingga rata-rata peningkatan kebutuhan listrik mencapai 5.500 MW per tahun. PT. PLN akan memenuhi kebutuhan listrik tersebut sebanyak 32.000 MW 57 persen, sedangkan sisanya yakni 23.500 MW akan dipenuhi oleh pengembang listrik swasta Adhi 2011. Pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin meningkat akan memerlukan jenis-jenis bahan bakar yang dapat dijadikan sumber pembangkit listrik. Rencana Umum Diversifikasi Energi mencantumkan bahwa terdapat jenis-jenis bahan bakar yang akan digunakan pada pembangkit listrik yaitu BBM, gas, batubara, biofuel, panas bumi, dan Energi Baru Terbarukan EBT lain. Jenis EBT lain meliputi biomassa, nuklir, air, surya, angin, Coal Bed Methane CBM, hidrogen, oil shale, dan biogenic gas BP-PEN 2006. Hingga tahun 2010 dalam BP-PEN tersebut pemerintah belum mengakomodasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya energi laut dalam tataran kebijakan. Pada tahun 2014 pemerintah mulai memperlihatkan keseriusannya dalam pengembangan energi laut melalui pembuatan Peta Potensi Energi Laut 2014 dan mempersiapkan pilot project pembangkit listrik tenaga laut. Disamping memenuhi kebutuhan listrik diperlukan pula pengelolaan yang berkelanjutan terhadap pemanfaatan sumber pembangkit listrik. Merujuk pada UU No.30 Tahun 2007 tentang Energi, Pasal 3 menyebutkan bahwa dalam rangka