Manfaat Ekonomi Manfaat PLTAL Bagi Masyarakat Desa Toyopakeh
Belitan kabel yang berada di bawah laut dapat terjadi karena akan adanya serangan bawah laut dan tabrakan hewan laut. Pembangunan tiang listrik dan
kabel yang berada di atas laut juga dapat menimbulkan gangguan visual. Namun permasalahan belitan kabel di dasar laut dan gangguan visual tersebut tidak akan
terjadi karena kabel PLTAL Nusa Penida ditanaman disekitar dermaga dan disepanjang bangunan penahan gelombang.
Kemungkinan dampak lingkungan dari keberadaan PLTAL Nusa Penida yaitu perputaran rotor turbin dapat menimbulkan pencampuran salinitas dan
gradien suhu air laut yang berpengaruh pada perubahan masukan nutrisi dan kualitas air, namun apabila jumlah turbin berada pada skala kecil maka
diharapkan perubahan yang terjadi dapat hilang dengan cepat. Dampak lainnya yaitu hewan-hewan laut yang sedang berenang di dekat turbin dapat terseret dan
hanyut terkena pisau turbin yang sedang berputar, hal tersebut dapat membuat hewan laut itu menderita cedera ataupun kematian, namun terlukanya hewan laut
tidak akan terjadi apabila perputaran turbin memiliki kecepatan yang mungkin dapat dihindari oleh hewan laut tersebut.
Berdasarkan hasil uraian di atas menunjukkan bahwa saat ini PLTAL di Nusa Penida memiliki kemungkinan kecil untuk menghasilkan dampak
lingkungan. Selain itu, PLTAL merupakan energi terbarukan yang memanfaatkan arus laut yaitu sumberdaya yang tidak ada habisnya, sehingga meskipun memiliki
kemungkinan dampak lingkungan, pembangunan PLTAL memiliki kelebihan dibandingkan pembangkit listrik konvensional. Kelebihan PLTAL adalah:
1. Sumber energi didapatkan secara gratis dari alam sehingga biaya operasinya cenderung lebih rendah.
2. Tidak memancarkan dan menghasilkan polutan seperti CO
2
, NO
2
, dan SO
2
. 3. Tidak mengeluarkan limbah berbahaya.
4. Memiliki frekuensi rendah kebisingan.
6.2 Nilai WTP Masyarakat Terhadap PLTAL 6.2.1 Analisis Peluang Kesediaan Membayar WTP Masyarakat
Analisis peluang kesediaan membayar masyarakat meliputi bersedia atau tidak bersedianya mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya pengelolaan PLTAL
yang saat ini sudah memberikan manfaat berupa penerangan jalan. Mayoritas masyarakat menyatakan bersedia membayar untuk pengelolaan PLTAL. Sebanyak
75,61 persen responden masyarakat yang menyatakan bersedia, sisanya 24,39 persen menyatakan tidak bersedia membayar.
Model regresi logit digunakan untuk melihat besarnya peluang kesediaan masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL. Setelah diketahui tingkat
kesediaan membayar maka diperlukan juga analisis uji kelayakan model atau goodness of fit pada model regresi logit tersebut, hasil output analisis regresi logit
dengan SPSS 16.0 dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada output Block 0 atau blok beginning terdapat tabel Variables in the
Equation yang menghasilkan nilai signifikansi 0,002 dengan ExpB sebesar 3,1. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya dengan menggunakan model sederhana
hanya melibatkan konstanta saja, mampu memberikan penjelasan bahwa proporsi bersedia membayar adalah 3,1 kali dari proporsi tidak bersedia
membayar tanpa dilibatkan variabel lain. Block 1 adalah tahap memasukkan variabel independen ke dalam model
dengan metode enter. Pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients hasil signifikansi model menunjukkan tingkat signifikansi 0,002, karena p-value 0,05
taraf nyata 5 maka hipotesis nol harus ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap peluang bersedia atau
tidak bersedianya masyarakat membayar biaya pengelolaan PLTAL. Variabel itu adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan dan tingkat pendidikan.
24,39 75,61
Tidak Bersedia Bersedia
Gambar 13 Persentase kesediaan membayar responden
Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa hampir secara keseluruhan model yang disusun mempunyai hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel
tidak bebasnya respon dan model layak digunakan dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Nilai signifikansi Nagelkerke R Square menunjukkan tingkat keragaman dari variabel yang dapat dijelaskan oleh model. Pada tabel Model Summary nilai
Nagelkerke R Square sebesar 0,463 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keragaman variabel bebas dari kesediaan membayar WTP yaitu variabel tingkat
pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan. Ketiga variabel tersebut dapat menjelaskan kemungkinan masyarakat bersedia membayar WTP untuk
pengelolaan PLTAL sebesar 46,3 persen. Terlihat dari tabel Hosmer and Lemeshow test bahwa nilai signifikansi
berdasarkan Uji Hosmer dan Lemeshow adalah 0,484 yang berarti lebih besar dari 0,05 tolak hipotesis nol, maka model regresi yang disusun telah mampu
menjelaskan atau memprediksi nilai observasi atau data dengan tingkat kepercayaan 95. Berdasarkan Classification Table pengujian analisis logit
menggunakan metode enter menghasilkan nilai overall percentage sebesar 82,9 persen. Hal tersebut menjelaskan bahwa model regresi logistik yang digunakan
telah cukup baik karena mampu menebak 82,9 persen dari kondisi yang sebenarnya.
Model regresi logit dibangun oleh variabel dependen respon dan variabel independen bebas. Variabel respon dalam penelitian ini berupa pilihan nominal
yaitu bersedia atau tidak bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL. Regresi variabel respon yang bernilai nominal tersebut menggunakan nilai dummy satu
atau nol. Nilai satu diberikan kepada masyarakat yang bersedia membayar dan nilai nol diberikan kepada masyarakat yang tidak bersedia membayar. Variabel
independen yaitu tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan. Variabel independen yang berpengaruh terhadap besarnya peluang
kesediaan membayar masyarakat Desa Toyopakeh terhadap biaya pengelolaan PLTAL dapat dilihat pada Tabel 7 atau pada tabel Variables in the Equation yang
terdapat pada Lampiran 1.