Latar Belakang Estimasi Willingness to pay masyarakat terhadap keberlanjutan pilot project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebelumnya maka diperlukan perhitungan nilai ekonomi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan masyarakat untuk membayar pengelolaan PLTAL supaya berkelanjutan. Secara garis besar permasalahan yang diangkat dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana manfaat yang dirasakan masyarakat Desa Toyopakeh Kecamatan Nusa Penida Provinsi Bali terhadap keberadaan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali? 2. Berapa peluang kesediaan membayar dan besarnya nilai willingness to pay masyarakat Desa Toyopakeh Kecamatan Nusa Penida Provinsi Bali untuk biaya pengelolaan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali? 3. Bagaimana skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali yang bisa ditawarkan untuk alternatif kebijakan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam menjawab masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi manfaat yang dirasakan masyarakat Desa Toyopakeh terhadap keberadaan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali. 2. Menganalisis peluang kesediaan membayar dan mengestimasi nilai willingness to pay masyarakat Desa Toyopakeh terhadap biaya pengelolaan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali. 3. Menganalisis skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL di Selat Nusa Penida,Bali.

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian yang dilakukan mempunyai ruang lingkup dan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Wilayah yang akan menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah Desa Toyopakeh, Kecamatan Nusa Penida, Provinsi Bali. 2. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Toyopakeh dan telah mengetahui serta merasakan manfaat dari keberadaan PLTAL di Nusa Penida. 3. Manfaat keberadaan PLTAL hanya sebatas identifikasi manfaat yang dirasakan oleh responden kemudian dijelaskan secara deskriptif. Manfaat yang di identifikasi adalah manfaat existing. 4. Skema pengelolaan dan pengembangan hanya sebatas mengidentifikasi stakeholder mana saja yang terkait dengan keberadaan PLTAL di Nusa Penida dan menggambarkan bagaimanakah peran stakeholder tersebut. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Menurut Fauzi 2010, pengertian nilai atau value, khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Perbedaan mengenai konsepsi nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan pemahaman mengenai pentingnya suatu ekosistem. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu tersebut adalah pemberian price tag harga pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan. Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep keinginan membayar willingness to pay-WTP dapat didefinisikan sebagai keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh jasa sumberdaya alam dan lingkungan. Konsep WTP dapat diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu Fauzi 2010.

2.2 Contingent Valuation Method CVM

Contingent Valuation Method merupakan metode langsung penilaian ekonomi melalui pertanyaan kemauan membayar seseorang willingness to pay. CVM adalah metode yang mengandalkan teknik survei. Menurut Pearce et al. 2006 dalam Fauzi 2014 menyatakan bahwa secara umum analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama yaitu: 1 Identifikasi barang dan jasa yang akan divaluasi Tahap ini adalah tahapan yang krusial dalam analisis CVM. Peneliti harus terlebih dahulu memiliki konsep yang jelas tentang apa yang akan divaluasi, perubahan kualitas, dan kuantitas apa yang menjadi concern kebijakan, serta jenis barang atau jasa apa yang akan divaluasi. CVM dapat pula digunakan untuk menganalisis kebijakan yang bersifat ex-ante. 2 Konstruksi skenario hipotetik Pada tahap ini jenis pertanyaan dan skenario yang diajukan akan sangat berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan pada analisis CVM. Terdapat tiga elemen esensial dalam tahap ini, yaitu 1 deskripsi perubahan kebijakan yang akan divaluasi, 2 deskripsi pasar yang akan dikembangkan, dan 3 deskripsi metode pembayaran. 3 Elisitasi nilai moneter Teknik elisitasi adalah teknik mengekstrak informasi kesanggupan membayar dari responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui format tertentu. Metode elisitasi memerlukan penanganan data tersendiri dan teknik perhitungan WTP yang juga spesifik. Format elisitasi dalam CVM umumnya terdiri dari lima jenis yaitu: 1 Open ended,responden diberikan kebebasan untuk menyatakan nilai moneter rupiah yang ingin dibayar ; 2 Bidding game, responden diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang apakah mereka ingin membayar sejumlah tertentu. Nilai ini kemudian bisa dinaikkan atau diturunkan tergantung respon atas pertanyaan sebelumnya, pertanyaan akan dihentikan sampai nilai yang tetap diperoleh ; 3 Payment card, nilai lelang diperoleh dengan cara menanyakan apakah responden mau membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui kartu ; 4 Single bounded dichotomous, responden diberi suatu nilai rupiah kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak ; dan 5 Double bounded dichotomous, responden diberikan pertanyaan seperti single bounded namun ditambahkan pertanyaan dikotomi lanjutan yang kondisional terhadap respon sebelumnya. Bila respon positif maka tawaran nilai rupiah dinaikkan, begitu pula bila respon negatif maka tawaran diturunkan.

2.3 Willingness To Pay WTP

Willingness to pay didasarkan pada pengertian dasar bahwa individu memiliki preferensi terhadap barang dan jasa. Bagi seseorang, nilai dari suatu barang adalah keinginan dan kemampuannya untuk berkorban terhadap barang atau jasa tersebut. Dalam ekonomi berkorban dapat dianalogikan sebagai daya beli, sedangkan nilai suatu barang dapat diartikan sebagai keinginan membayar untuk mendapatkan barang tersebut. WTP merefleksikan kemampuan membayar seseorang. Tingkat kesejahteraan seseorang dapat mempengaruhi keinginannya untuk berkorban Putri et.al 2010. Haab dan McConnel 2002 dalam Fauzi 2010 menyatakan bahwa pengukuran WTP yang dapat diterima reasonable harus memenuhi syarat: 1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif 2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan 3. Adanya konsistensi antara keacakan randomness pendugaan dan keacakan perhitungannya. WTP memiliki beberapa kelemahan dalam pengukuran keinginan membayar. Misalnya, meskipun sebagian barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dapat diukur nilainya karena diperdagangkan, sebagian yang lain seperti keindahan pantai atau laut, kebersihan, dan keaslian alam tidak diperdagangkan sehingga tidak atau sulit diketahui nilainya, karena masyarakat tidak membayar secara langsung. Selain itu, karena masyarakat tidak familier dengan cara pembayaran jasa seperti itu, keinginan membayar mereka juga sulit diketahui. Walaupun demikian, dalam pengukuran nilai sumberdaya alam, nilai tersebut tidak selalu harus diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya, yang diperlukan di sini adalah pengukuran seberapa besar kemampuan membayar masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumberdaya Fauzi 2010.

2.4 Analisis Logistik

Menurut Rosadi 2011, regresi logistik merupakan salah satu model statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen dengan suatu variabel dependen bertipe kategoris atau kualitatif. Kategori dari variabel dependen dapat terdiri atas dua kemungkinan nilai dichotomous, seperti ya atau tidak, sukses atau gagal, dan lain-lain, atau lebih dari dua nilai polychotomous, seperti sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Tujuan utama dari analisis regresi logistik adalah sebagai berikut: 1. Memprediksi probabilitas terjadinya atau tidak terjadinya event terjadinya nonevent berdasarkan nilai-nilai predictor yang ada. Event merupakan status