Karakteristik Responden Estimasi Willingness to pay masyarakat terhadap keberlanjutan pilot project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Manfaat PLTAL Bagi Masyarakat Desa Toyopakeh

Nusa Penida adalah sebuah pulau yang terpisah di sebelah tenggara Pulau Bali. Pulau Nusa Penida memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Hindu, namun terdapat sebuah desa dimana mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu Desa Toyopakeh. Aktivitas masyarakat menjadi keunikan tersendiri dalam menghidupkan suasana pesisir pantai. Pemuda-pemuda yang bekerja di bidang wisata memperlihatkan bentuk koordinasi yang unik dalam melaksanakan pekerjaannya. Koordinasi tersebut dilakukan dengan cara menggerakan tangan yang menunjukkan sebuah kode informasi tugas dari jarak jauh. Selain itu, lalu lalang kapal di Selat Badung menjadi pemandangan rutin aktivitas wisatawan yang berkunjung sejak matahari terbit hingga matahari tepat di atas kepala. Suasana pantai pun dihidupkan oleh keberadaan warung-warung makan yang berjajar di sepanjang tepi pantai. Warung-warung makan tesebut dikunjungi oleh warga sekitar yang hanya sekedar ingin membeli makan bahkan para pendatang maupun turis yang ingin menikmati masakan daerah sambil duduk di tepi pantai. Kehidupan tersebut terjadi hingga matahari tenggelam diikuti dengan sibuknya para nelayan yang melabuhkan kapalnya di atas pasir putih. Kehidupan pantai seakan hilang saat malam datang. Hal ini disebabkan oleh persoalan klasik yang sering terjadi di desa tersebut yaitu mati listrik. Daerah sekitar Desa Toyopakeh ini tergolong dalam wilayah yang sering mengalami pemadaman listrik bergilir dari PT. PLN. Persoalan tersebut terpusat pada keterbatasan kapasitas listrik PLN di pulau ini yaitu sebesar 3.6 MW yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Kutampi dan Jungut Batu. Terdapat tiga buah pembangkit di Pulau Nusa Penida, ketika terjadi kerusakan di salah satu pembangkit maka warga harus rela merasakan hidup sementara tanpa listrik. Minimnya ketersediaan listrik juga menyebabkan penerangan jalan dan area publik sangat terbatas. Desa Toyopakeh salah satu tempat berlabuhnya speed boat dan jukung yang membawa pendatang dari arah Pulau Bali, dan tempat dengan penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan rumput laut. Aktivitas laut tersebut dapat berhenti ketika senja mulai terbenam di ufuk barat, sehingga suasana malam hari di wilayah pinggir pantai menjadi sunyi dan gelap gulita. Saat ini masalah kegelapan dan kesunyian mulai teratasi. Deburan suara ombak, suara hewan nocturnal, dan titik-titik sinar di sepanjang tepi pantai sudah dapat menyambut penumpang speed boat dan jukung yang datang dari arah Pulau Bali di malam hari. Titik-titik sinar sebanyak 25 titik disepanjang tepi pantai tersebut berasal dari instalasi sederhana yang dipasang di pinggir tembok Dermaga Toyopakeh. Instalasi dengan kontruksi rangka besi berwarna jingga memiliki bagian yang masuk ke bawah permukaan laut dimana di bawahnya terdapat turbin berdiameter satu meter. Turbin akan berputar apabila terdapat dorongan dari arus laut. Perputaran tersebut akan menggerakkan pipa besi yang terhubung pada generator yang terletak di atas permukaan laut. Instalasi sederhana itu merupakan PLTAL. Listrik yang dihasilkan dari PLTAL tersebut sebesar 10 kW dan mampu memberikan penerangan di sepanjang satu kilometer pantai Desa Toyopakeh. Terdapat sepuluh lampu jalan yang terpasang dekat pemukiman warga dan lima belas lampu jalan di sekitar Dermaga Toyopakeh. Keberadaan PLTAL telah memberikan penerangan yang bermanfaat bagi masyarakat berupa manfaat ekonomi dan manfaat sosial budaya.

6.1.1 Manfaat Ekonomi

Manfaat ekonomi merupakan bentuk eksternalitas positif yang dirasakan oleh masyarakat Desa Toyopakeh akibat dibangunnya PLTAL yang menjadi sumber arus listrik untuk penerangan jalan dan ruang publik. Manfaat ekonomi PLTAL adalah manfaat yang berhubungan dengan mata pencaharian masyarakat. Manfaat ekonomi dirasakan oleh petani rumput laut, pemilik warung, dan pemilik kapal. PLTAL telah menghidupkan fungsi dari keberadaan penerangan lampu jalan yaitu meningkatkan kegiatan pada malam hari di sektor ekonomi. Tabel 4 Manfaat ekonomi No Jenis Manfaat Ekonomi Penerima Manfaat 1 Mempermudah jukung dan speed boat bersandar di malam hari - nelayan - awak kapal 2 Meningkatkan efektivitas kerja pengikatan rumput laut - petani rumput laut 3 Mempermudah monitoring kapal yang sedang bersandar - nelayan - pemilik kapal 4 Memudahkan bongkar muat kapal - nelayan 5 Warung buka lebih malam - wirausaha Toyopakeh, salah satu titik pemberhentian dalam aktivitas penyebrangan yang berangkat dari Pulau Bali menuju Pulau Nusa Penida. Pekerjaan dalam penyediaan transportasi penyebrangan laut ini menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Toyopakeh. Manfaat penerangan dari PLTAL dirasakan oleh awak-awak kapal saat kapalnya masih berlayar di malam hari. Lampu-lampu yang berjajar sepanjang satu kilometer tersebut membantu awak kapal menandai lokasi untuk melabuhi kapalnya. Sebelum 25 lampu PLTAL terpasang, jadwal berlabuhnya kapal di Desa Toyopakeh yaitu pagi, siang dan sore, apabila terjadi keterlambatan keberangkatan kapal dari Pulau Bali maka kapal penyebrangan tersebut enggan untuk berlabuh di Toyopakeh saat malam. Selain tempat pemberhentian penyebrangan, Desa Toyopakeh adalah salah satu daerah penghasil rumput laut di Pulau Nusa Penida. Penjemuran rumput laut masih dilakukan secara tradisional. Rumput laut dijemur kurang lebih selama dua hari dengan dialasi terpal yang dibentangkan di atas pasir pantai. Gambar penjemuran rumput laut dapat dilihat di Lampiran 5. Terdapat dua jenis rumput laut yang dihasilkan yaitu jenis Eucheuma cottonii dikenal warga dengan sebutan bulung gondrong dan jenis Eucheuma spinosum atau biasa disebut bulung biasa. Para petani rumput laut biasanya melakukan pemanenan dan penanaman rumput laut saat kondisi laut surut, namun ada kalanya air laut surut pada saat malam hari. Disisi lain, para petani rumput laut kerap menghentikan aktivitasnya ketika malam datang. Hal tersebut mengakibatkan adanya penundaan aktivitas pekerjaan yang dialami oleh para petani rumput laut. Lokasi pengumpulan rumput laut berada di sekitar Dermaga Toyopakeh. Lampu penerangan jalan yang telah terpasang disekitar dermaga tersebut membantu para petani dalam meningkatkan efektivitas kerjanya yaitu melakukan pengikatan bibit rumput laut di malam hari. Bibit rumput laut diikat dengan tali rapia pada tali ris yang membentang sepanjang 30 meter per ris, jarak antara bibit yang diikatkan pada tali ris sekitar 25 cm, setelah semua ris terisi oleh bibit rumput laut selanjutnya akan dipasang di pantai pada keesokan paginya. Profesi lainnya yang selalu melekat pada masyarakat pesisir adalah sebagai nelayan. Bagi para nelayan yang memiliki jukung, adanya penerangan dari lampu PLTAL yang terletak di pinggir pantai dekat dengan pemukiman dapat membantu mereka dalam memonitoring keberadaan jukungnya yang sedang bersandar di pinggir pantai saat malam hari, terutama saat laut sedang pasang. Selain itu, para nelayan yang datang melaut pada malam hari mengakui adanya manfaat yang dirasakan dari keberadaan lampu PLTAL tersebut yaitu mempermudah nelayan untuk membongkar barang dari kapal saat malam hari. Mata pencaharian masyarakat Desa Toyopakeh selain kegiatan melaut adalah wirausaha. Salah satu jenis wirausaha yang dilakukan masyarakat yaitu membuka warung makan di tepi pantai. Warung tersebut akan tutup sebelum malam mulai larut. Adanya penerangan pinggir pantai di malam hari membuat masyarakat senang berkumpul bersama di tepi pantai lebih lama. Hal tersebut dimanfaatkan oleh para wirausaha untuk membuka warungnya lebih lama. Manfaat ekonomi dari adanya penerangan bukan hanya dirasakan pemilik warung, berkumpulnya para pemuda di tepi pantai menghasilkan manfaat lain yaitu manfaat sosial budaya.

6.1.2 Manfaat Sosial Budaya

Manfaat sosial budaya muncul dari adanya perubahan berdasarkan perasaan yang dirasakan masyarakat berupa rasa aman, keselamatan, peningkatan aktivitas sosial dan ritual keagamaan. Hal tersebut merupakan bentuk eksternalitas positif yang dihasilkan secara tidak langsung oleh penerangan lampu jalan yang bersumber dari PLTAL. Manfaat sosial budaya dirasakan para pemuda, warga yang senang memancing, dan warga yang ingin melaksanakan ritual agama di malam hari. Tabel 5 Manfaat sosial budaya No Jenis Manfaat Sosial Budaya Penerima Manfaat 1 Aktivitas sosial di malam hari - pemuda - masyarakat 2 Memudahkan aktivitas memancing - masyarakat yang hobi memancing 3 Pembuangan abu jenazah - masyarakat Hindu Manfaat sosial budaya salah satunya dirasakan oleh para pemuda. Penerangan lampu PLTAL di tepi pantai menjadi lokasi yang memfasilitasi area ruang publik untuk meningkatkan aktivitas sosial masyarakat khususnya para pemuda. Perbincangan santai di pinggir pantai menjadi aktivitas yang dilakukan oleh pemuda ketika malam hari. Pemuda merupakan kader masyarakat yang diidentikan dengan kata perubahan. Adanya peningkatan aktivitas sosial yang dilakukan oleh pemuda diharapkan membawa manfaat positif agar terbentuk kader-kader masyarakat yang dapat membangun daerahnya. Aktivitas lain yang senang dilakukan oleh beberapa masyarakat pada malam hari adalah memancing disekitar Dermaga Toyopakeh. Pencarian ikan dilakukan saat air laut sedang surut sehingga para pemancing dapat mengintip kesela-sela karang dimana ikan bersembunyi. Lampu PLTAL disekitar dermaga mempermudah pemancing untuk melihat ikan yang sedang bersembunyi. Penerangan yang biasa digunakan sebelum lampu PLTAL terpasang yaitu menggunakan senter atau petromax. Desa Toyopakeh merupakan desa dengan mayoritas penduduknya menganut agama Islam, namun desa-desa lain di Pulau Nusa Penida memiliki mayoritas penduduk yang beragama Hindu. Masyarakat Hindu memiliki tradisi dalam menjalankan ritual keagamaannya, salah satu ritual yang banyak dikenal oleh kalangan wisatawan yaitu prosesi pembakaran jenazah, Ngaben. Upacara Ngaben dilakukan dengan meletakkan jenazah ke tempat pembakaran jenazah kemudian dibakar hingga menjadi abu, abu tersebut akan disimpan sementara atau langsung dibuang ke laut oleh keluarga jenazah. Dermaga Toyopakeh menjadi tempat lokasi pembuangan abu oleh masyarakat umat Hindu yang tinggal disekitar dermaga tersebut. Keberadaan lampu dermaga meningkatkan keberanian beberapa warga yang ingin membuang abu jenazah keluarganya di malam hari.

6.1.3 Dampak Lingkungan

Dampak lingkungan yang dimaksud adalah berdasarkan pengamatan langsung selama penelitian dan dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya mengenai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh PLTAL. Perbandingan yang digunakan adalah penelitian Boehlert GW dan Andrew BG yang berjudul Environmental and Ecological Effects of Ocean Renewable Energy Development a Current Synthesis, U.S Department of Energy DOE dengan judul Report to Congress on the Potential Environment Effects of Marine and Hydrokinetic Energy Technologies, dan skripsi Asruldin Azis dengan judul Studi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Arus Laut di Selat Alas Kabupaten Lombok, NTB. Tabel 6 Kemungkinan dampak lingkungan PLTAL No Kemungkinan Dampak Lingkungan PLTAL Nusa Penida Boehlert GW dan Andrew BG 2010 1 Pelampung, kabel, turbin dan perangkat lainnya akan merubah habitat pelagis X 2 Belitan kabel dapat terjadi karena adanya serangan bawah laut dan tabrakan dengan hewan laut X DOE 2009 3 Operasional kapal selam angkatan laut dapat terpengaruh karena adanya bangunan di dasar laut X 4 Struktur bawah laut dapat mempengaruhi habitat dan perilaku ikan X 5 Perangkat-perangkat seperti rotor, kabel, dan sejenisnya dapat menjadi hambatan pergerakan air sehingga mengurangi kecepatan air, hal tersebut akan mempengaruhi transportasi dan pengendapan sedimen X 6 Pemasangan perangkat dalam skala besar dapat menyebabkan perubahan sirkulasi sehingga berpengaruh pada perubahan masukan nutrisi dan kualitas air yang bisa berakibat pada eutrofikasi, hipoksia, dan berdampak pada makanan akuatik √ 7 Jumlah dan jenis substrat dasar terganggu karena pemasangan tiang dan kabel di dasar laut X 8 Mengubah habitat bentik X 9 Suara bawah laut yang dihasilkan selama instalasi dan pengoperasian perangkat energi laut berpotensi untuk mengganggu hewan laut berkomunikasi atau dapat mengusir hewan tersebut dari area instalasi, atau dapat merusak pendengaran mereka X 10 Turbin yang berputar dapat melukai hewan laut √ Azis 2010 11 Gangguan visual karena menggunakan kabel dan tiang listrik di atas laut X 12 Penggunaan rotor turbin yang bisa menabrak ikan dan mamalia laut, namun ini kecil kemungkinannya √ 13 Dapat merusak konstruksi dasar laut misalnya pengeboran dari peletakan kabel dan bangunan, sehingga menyebabkan kerusakan habitat X Keterangan : √ = memiliki kemungkinan ; X = tidak memiliki kemungkinan Kemungkinan terjadinya dampak lingkungan yang dihasilkan dari keberadaan PLTAL di Nusa Penida adalah kecil. Hal tersebut dikarenakan bahwa pembangunan PLTAL Nusa Penida tidak mengapung di atas laut yang membutuhkan konstruksi penahan di dasar laut. Pengeboran dan penanaman alat berat di dasar laut dapat menyebabkan kerusakan habitat di dasar laut, sedangkan PLTAL Nusa Penida tidak membutuhkan hal tersebut karena bangunan turbin dipasang di pinggir bangunan dermaga.