Manfaat Penelitian Ruang Lingkup

Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay WTP terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP keinginan membayar yang terungkap. Beberapa teknik yang termasuk kedalam kelompok yang pertama ini adalah travel cost, hedonic pricing, dan teknik yang relatif baru yang disebut random utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method CVM dan Discrete Choice Method DCM Fauzi 2010.

2.6 Travel Cost Method

Menurut Fauzi 2010, Travel Cost Method TCM digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka outdoor recreation seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi diatas. Misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing di pantai, seorang konsumen akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Peneliti dapat mengkaji nilai value yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola expenditure dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat biaya akibat: 1. Perubahan biaya akses tiket masuk bagi suatu tempat rekreasi. 2. Penambahan tempat rekreasi baru. 3. Perubahan kualitas lingkungan. 4. Penutupan tempat rekreasi yang ada. Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, teknik tersebut adalah : 1. Pendekatan sederhana melalui zonasy ZTCM. 2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey ITCM. Haab dan McConnel 2002 dalam Fauzi 2010, menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya behavioural model, atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan travel cost dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Secara sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : V ij = f C ij , T ij , Q ij , S ij , M i Keterangan: V ij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j. C ij : biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j. T ij : biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j. Q ij : persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi. S ij : karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan M i : pendapatan income dari individu i. Menurut Haab dan McConnel 2002 dalam Fauzi 2010, agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar : 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi. 2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas. 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal bukan multitrips.