Ekonomi Wisata Analisis Permintaan Ekowisata Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey ITCM. Haab dan McConnel 2002 dalam Fauzi 2010, menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya behavioural model, atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan travel cost dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Secara sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : V ij = f C ij , T ij , Q ij , S ij , M i Keterangan: V ij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j. C ij : biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j. T ij : biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j. Q ij : persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi. S ij : karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan M i : pendapatan income dari individu i. Menurut Haab dan McConnel 2002 dalam Fauzi 2010, agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar : 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi. 2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas. 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal bukan multitrips. Menurut Fauzi 2010, TCM memiliki beberapa kelemahan, yakni : 1. Harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda multipurposive visit. 2. TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang dari wilayah setempat. 3. Masalah pengukuran nilai dari waktu value of time.

2.7 Nilai Ekonomi Wisata dan Surplus Konsumen

Nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Secara formal, konsep ini disebut dengan keinginan membayar willingness to pay seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa Fauzi 2010. Menurut Nicholson 1995, surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan. Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari partisipasinya di suatu pasar dan dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu, surplus konsumen yang terkait dengan penilaian ekonomi untuk barang-barang sumberdaya dan lingkungan cenderung underestimated sehingga surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya manfaat ekonomi total dari barang dan jasa tersebut Hufschmidt et al. 1987 dalam Sihombing 2011.