Menurut Fauzi 2010, TCM memiliki beberapa kelemahan, yakni : 1. Harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu
hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda multipurposive
visit. 2. TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur
dan mereka yang dari wilayah setempat. 3. Masalah pengukuran nilai dari waktu value of time.
2.7 Nilai Ekonomi Wisata dan Surplus Konsumen
Nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan
jasa yang diinginkan. Secara formal, konsep ini disebut dengan keinginan membayar willingness to pay seseorang terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan
mengukur nilai moneter barang dan jasa Fauzi 2010. Menurut Nicholson 1995, surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih
yang diterima oleh konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan. Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari
partisipasinya di suatu pasar dan dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga. Surplus konsumen merupakan
perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar.
Selain itu, surplus konsumen yang terkait dengan penilaian ekonomi untuk barang-barang sumberdaya dan lingkungan cenderung underestimated sehingga
surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya
manfaat ekonomi total dari barang dan jasa tersebut Hufschmidt et al. 1987 dalam Sihombing 2011.
2.8 Penelitian Terdahulu
Aprilian 2009 dalam penelitiannya di Taman Wisata Alam TWA Situ Gunung menduga pemintaan dan surplus konsumen dengan menggunakan metode
biaya perjalanan. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-
variabel tersebut yaitu: biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya
tarik wisata. Guna menentukan nilai ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah
terbentuk sebelumnya. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai ekonomi merupakan agregat atau
penjumlahan Wilingness To Pay sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan
periode Mei 2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Sihombing 2011 dalam penelitiannya di
Taman Wisata Alam Gunung Pancar mengestimasi nilai ekonomi menggunakan metode biaya perjalanan dan
prospek pengembangan wisata.
Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun
variabel-variabel tersebut yaitu: biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Nilai koefisien variabel
menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Guna menentukan nilai ekonomi total dari TWA Gunung
Pancar surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan
Willingness To Pay. Firandari 2009 dalam penelitiannya di Pulau Situ Gintung-3 PSG-3
menduga permintaan dan nilai ekonomi wisata dengan metode biaya perjalanan. Permintaan wisata PSG-3 dimodelkan dalam bentuk regresi poisson. Permintaan
wisata PSG-3 frekuensi kunjungan seseorang ke PSG-3 dipengaruhi secara negatif oleh faktor biaya perjalanan dan jarak tempuh serta dipengaruhi secara
positif oleh faktor lama mengetahui seseorang terhadap keberadaan PSG-3.
Analisis WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket
masuk PSG-3 sampai taraf harga Rp 8.577,00. Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai pengkajian fungsi permintaan wisata serta pendugaan nilai
ekonomi berdasarkan surplus konsumen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan di PPKAB TNGGP yang
merupakan lokasi wisata minat khusus dan belum cukup dikenal masyarakat.