VII DAMPAK EKONOMI WISATA PANTAI GONDORIAH
7.1 Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung Pantai Gondoriah Tahun 2013
Total pengeluaran pengunjung per bulan diestimasi dari rata-rata pengeluaran pengunjung per hari dan jumlah kunjungan per bulan. Dampak
ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata umumnya diukur dari keseluruhan pengeluaran pengunjung untuk keperluan akomodasi, konsumsi,
perjalanan, dokumentasi, dan keperluan lainnya. Proporsi pengeluaran pengunjung Pantai gondoriah dapat dilihat pada Tabel 13 dan pada Lampiran 1.
Tabel 13. Proporsi pengeluaran responden pengunjung di kawasan Pantai Gondoriah Tahun 2013
Biaya Rata-rata
pengeluaran Rp 1
Persentase 2= 1c100
Pengeluaran di luar kawasan wisata
Biaya perjalanan 42.180
31,59 Konsumsi dari rumah
29.300 21,94
Kebocorankunjungan a 71.480
53,53
Pengeluaran di dalam kawasan wisata
Konsumsi di dalam kawasan 45.455
34,04 Penginapan di dalam kawasan
0,00 0,00
Dokumentasi 1.090
0,82 Souvenir
4.680 3,50
Sewa alat 1.350
1,01 Parkir
1.070 0,80
Toilet 1.870
1,40 Wahana permainan
6.530 4,89
Pengeluaran di lokasikunjungan b 62.045
46,46
Rata-rata Pengeluarankunjungan Rphariorang c=a+b
133.525 100,00
Jumlah kunjungan Tahun 2012 orang d 222.000
Total kebocoranTahun e=c x proporsi a x d
15.867.657.020 Sumber:Data Primer, diolah 2013
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa sebagian besar proporsi pengeluaran pengunjung digunakan untuk konsumsi di kawasan wisata, yaitu
sebanyak 34,04. Hal ini disebabkan karena sebagian besar unit usaha di sepanjang Pantai Gondoriah menjual makanan , sehingga mendorong pengunjung
membelanjakan uangnya untuk konsumsi di dalam kawasan wisata. Pengunjung
yang berasal dari luar Sumatera Barat sebagian besar membelanjakan uangnya untuk menikmati makanan khas Pariaman yang dijual di dalam lokasi.
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, jumlah kunjungan yang datang ke Pantai Gondoriah per bulan adalah 18.500 orang,
dengan proporsi pengeluaran pengunjung di lokasi wisata 46,46 sehingga total pengeluaran pengunjung yang dilakukan di kawasan wisata per bulan adalah
sebesar Rp 1.147.660.728 Kebocoran yang terjadi memiliki proporsi 53,53 sehingga total kebocoran pertahun yang terjadi adalah Rp 15.867.657.020.
Kebocoran dari aktivitas wisata di Pantai Gondoriah berasal dari biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Kebocoran disebabkan oleh biaya perjalanan
yang dikeluarkan oleh pengunjung yang berasal dari luar Kota Pariaman. Sebagian besar pengunjung berasal dari Kota Padang dan rata-rata pengunjung
biasanya menggunakaan kendaraan pribadi atau kereta api sehingga biaya transportasi memiliki proporsi yang besar. Sedangkan kebocoran yang berasal dari
konsumsi di luar kawasan wisata memiliki proporsi sebesar 21,94. Hal ini disebabkan oleh harga yang ditawarkan oleh penjual makanan terkadang tidak
sesuai dengan keinginan pengunjung sehingga untuk meminimalkan biaya pengunjung membawa makanan dari rumah. Kebocoran ini dapat diminimalisir
dengan meningkatkan kualitas dan menyesuaikan harga dari konsumsi yang biasa dibeli oleh pengunjung sehingga dapat lebih meningkatkan pengeluaran
pengunjung di kawasan wisata.
7.2 Dampak Ekonomi Langsung Direct Effect
Keberadaan wisata pantai Gondoriah membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar terkait dengan pemenuhan kebutuhan pengunjung selama
berada di lokasi wisata. Unit usaha yang ada di dalam kawasan wisata adalah rumah makan, warung tenda, sewa tikar, toilet, parkir, pedagang asongan, dan
souvenir. Unit usaha tersebut rata-rata ramai pada akhir pekan, tetapi pada saat hari biasa tetap di buka karena hampir setiap hari ada pengunjung. Sehingga hal
ini menimbulkan perputaran uang antara wisatawan dan masyarakat sekitar yang mempunyai usaha.
Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah pengeluaran pengunjung yang kemudian digunakan kembali oleh mereka untuk menjalankan
kegiatan unit usaha. Pemilik unit usaha membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha, baik yang bersal dari dalam lokasi maupun dari luar lokasi
wisata. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh pemiliki unit usaha adalah biaya gaji tenaga kerja, biaya sewa, biaya transportasi, biaya bahan baku. Sebagian lagi
menjadi pendapatan pemilik unit usaha. Proporsi pendapatan pemilik unit usaha Pantai Gondoriah dapat dilihat pada Tabel 14 dan Lampiran 2.
Tabel 14. Proporsi pendapatan pemilik unit usaha di kawasan Pantai Gondoriah Tahun 2013
Unit Usaha Rata-rata Pendapatan Rp
Proporsi
Rumah makan 4.875.000
29,99 Warung tenda
2.633.333 50,09
Pedagang asongan 575.000
35,74 Souvenir
1.875.000 37,82
Wahana permainan 2.833.333
82,26 Sewa karpet
900.000 84,77
Toilet 650.000
49,43 Rata-rata
2.048.810 52,74
Sumber:Data primer, diolah 2013
Manfaat yang dirasakan unit usaha dari aliran uang pengunjung dapat dilihat dari pendapatan bersih pemilik unit usaha. Proporsi rata-rata pendapatan
pemilik unit usaha adalah 52,74 dari total penerimaan yang diperoleh unit usaha dari pengeluaran pengunjung di kawasan wisata. Pemilik usaha sewa karpet
merupakan unit usaha dengan proporsi pendapatan terbesar, sedangkan pemilik usaha rumah makan merupakan unit usaha dengan proporsi pendapatan terkecil.
Keuntungan yang diterima oleh pemilik adalah penerimaan total dikurangi dengan total biaya. Pendapatan unit usaha merupakan dampak langsung dari
kegiatan wisata di pantai Gondoriah. Perhitungan dampak langsung dari kegiatan wisata dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013
Unit Usaha a Pendapatan Per
Bulan Rp b Jumlah Unit Usaha
c Pendapatan Total Unit
Usaha d= bx c Rumah makan
4.875.000 40
195.000.000 Warung tenda
2.633.333 75
197.499.975 Pedagang asongan
575.000 50
28.750.000 Souvenir
1.875.000 15
28.125.000 Wahana permainan
2.833.333 13
36.833.329 Sewa karpet
900.000 15
13.500.000 Toilet
650.000 4
2.600.000
Total Dampak Ekonomi langsung
502.308.304 Sumber:Data Primer, diolah 2013
Dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha berupa pendapatan pemilik berbeda-beda sesuai dengan jenis usaha. Dapat dilihat pada
Tabel 15, bahwa unit usaha yang memiliki dampak ekonomi langsung paling besar adalah warung tenda adalah sebesar Rp 197.499.975 per bulannya. Hal ini
karena jumlah warung tenda lebih banyak dibandingkan dengan unit usaha lainnya. Dampak ekonomi langsung paling kecil dirasakan oleh pemilik toilet
adalah sebesar Rp 2.600.000 per bulannya. Hal ini karena jumlah toilet lebih sedikit dibandingkan dengan unit usaha lainnya. Total dampak ekonomi langsung
uang dirasakan oleh unit usaha adalah sebesar Rp 502.308.304 per bulannya.
7.3 Dampak Ekonomi Tidak Langsung Indirect Effect
Dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat dari pengeluaran unit usaha didalam kawasan dan pendapatan tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang
berada di kawasan wisata Pantai Gondoriah. Sebagian besar unit usaha dikelola langsung oleh pemilik unit usaha yang menyerap tenaga kerja di sekitar lokasi,
sehingga dapat menimbulkan dampak ekonomi secara langsung berupa upah tenaga kerja. Pengeluaran unit usaha dapat dilihat pada Tabel 16 dan Lampiran 2.
Tabel 16. Pengeluaran unit usaha di kawasan Pantai Gondoriah Tahun 2013
Keterangan Rumah
makan warung
tenda pedagang
asongan Souvenir
wahana permainan
sewa karpet
Toilet jumlah unit
usaha a 40
75 50
15 13
15 4
Pengeluaran di kawasan wisata Rp b
biaya gaji tenaga kerja
3.967.500 750.000
biaya sewa 41.600
42.622 202.500
27.500 25.000
125.000 biaya
pemeliharaan alat
482.425 44.625
2.900 300.000
41.700 16.700
60.000 biaya air dan
listrik 152.500
62.500 300.000
280.000 Retribusi
4.500 5.000
5.000 5.000
0,00 biaya bahan
baku 4.375.000
1.866.667 1.003.333
0,00 225.000
50.000 Transportasi
200.000 180.000
204.375 153.333
160.000 120.000
150.000
jumlah 9.223.525
2.201.414 1.210.608
1.710.833 459.200
161.700 665.000
Total c=axb 368.941.000
165.106.050 60.530.400
25.662.495 5.969.600
2.425.500 2.660.00
pengeluaran di luar kawasan wisata Rp d
biaya bahan baku
130.000 2.267.500
240.000 pengembalian
kredit 2.237.500
940.000 175.000
514.500 552.000
Jumlah 2.237.500
940.000 305.000
2.782.000 792.000
Total e=axd 89.500.000
70.500.000 15.250.000
41.730.000 10.296.000
Sumber:Data Primer, diolah 2013
Biaya yang dikeluarkan didalam kawasan wisata oleh pemilik unit usaha jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran di luar kawasan wisata.
Hal tersebut karena untuk bahan baku rumah makan atau warung tenda biasanya pemilik unit usaha membeli di pasar yang berada di sekitar Kelurahan Pasir.
Pemilik unit usaha souvenir biasanya membeli bahan baku di luar kawasan, karena di sekitar kawasan wisata jarang supplier yang menjual souvenir.
Unit usaha juga mengeluarkan biaya untuk gaji tenaga kerja lokal yang bekerja pada usaha mereka. Tenaga kerja lokal merupakan pihak yang secara
tidak langsung mendapatkan dampak ekonomi dari keberadaan objek wisata, yaitu melalui pendapatan mereka dari pemilik unit usaha di sekitar lokasi wisata. Oleh
karena itu, dampak ekonomi tidak langsung diestimasi dari pendapatan tenaga kerja lokal.