a. Pemerintah
Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan dan peruntukkan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata.
Selain itu pemerintah bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan
panduan bagi stakeholder yang lain di dalam memainkan peran masing-masing. b.
Masyarakat lokal Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan
wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya mereka yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan
kualitas produk wisata. Masyarakat lokal merupakan “pemilik” langsung atraksi
wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Masyarakat lokal ini sering kali sudah lebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata
sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Oleh sebab itu, peran mereka terutama tampak dalam bentuk penyediaan tenaga kerja. Selain itu
masyarakat lokal juga memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan wisata. c.
Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga pemerintah non lokal, regional dan internasional yang
melakukan kegiatan di kawasan wisata sebelum pariwisata berkembang di kawasan tersebut. Kegiatan yang biasanya dilakukan berhubungan dengan
konservasi dan regulasi kepemilikan serta pengusahaan sumberdaya alam setempat. Selain itu, organisasi non pemerintah ini juga melakukan kerjasama
dengan masyarakat.
2.3 Dampak Ekonomi Pariwisata
Suatu kawasan wisata yang relatif kecil cenderung tidak memperhitungkan dampak ekonomi secara luas sehingga dampak penerimaan devisa dan pendapatan
daerah tidak diperhitungkan. Dampak yang diperhitungkan dalam analisis dapat dilihat dari aspek pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, harga-harga,
distribusi manfaat, kepemilikan dan kontrol serta pembangunan sekitar kawasan wisata.
Menurut Vanhove 2005, dampak ekonomi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu dampak langsung direct, tidak langsung indirect dan lanjutan
induced. Dampak langsung yang bersifat positif adalah nilai dari pengeluaran wisatawan dikurangi impor untuk penyediaan produk dan jasa pada front-line
bisnis. Dampak tidak langsung indirect adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung. Dampak lanjutan induced
adalah perubahan dalam kegiatan ekonomi yang dihasilkan dari pengeluaran rumah tangga dari pendapatan yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung
dari wisata. Dampak lanjutan ini misalnya seperti pegawai restoran atau parkir yang didukung secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan wisata.
Mereka membelanjakan pendapatannya untuk perumahan, transportasi, makanan dan kebutuhan lainnya di daerahnya.
Dampak ekonomi pariwisata merupakan jumlah keseluruhan dampak yang terjadi baik langsung, tidak langsung maupun lanjutan, yang masing-masing dapat
diukur sebagai keluaran bruto gross output atau penjualan sales, penghasilan income, penempatan tenaga kerja employment dan nilai tambah value added.
Pengeluaran pengunjung di suatu komunitas dapat menghasilkan efek ganda melebihi efek asli dari pendapatan tersebut. Kenyataannya dampak
pengganda meningkat oleh bisnis lokal, rumah tangga serta pembelian barang dan jasa. Pengganda multiplier adalah angka yang menunjukkan meringkas efek
pengeluaran baik langsung ataupun tidak langsung. Wisatawan yang berkunjung ke suatu wilayah pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan selama berkunjung. Uang yang dibelanjakan tersebut tidak berhenti beredar, tetap berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain
selama periode tertentu Yoeti, 2008.
2.4 Dampak Pariwisata terhadap Lingkungan Fisik
Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik
meliputi lingkungan alam flora, fauna, bentangan alam dan gejala alam dan lingkungan buatan situs kebudayaan, wilayah perkotaan, dan peninggalan