Faktor Risiko Diabetes Melitus Patofisiologi

abortus berulang, riwayat melahirkan bayi dengan kelainan kongenital atau melahirkan bayi dengan berat 4000 gram, riwayat preeklamsia. Karakteristik untuk membedakan diabetes melitus tipe 1 dan 2, yaitu: 1 Diabetes Melitus Tipe 1: mudah terjadi ketoasidosis, pengobatan harus dengan insulin, onset akut, biasanya kurus, biasanya pada umur muda, berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4, didapatkan Islet Cell Antibody ICA, riwayat keluarga diabetes + pada 10, 30-50 kembar identik terkena. 2 Diabetes Melitus Tipe 2: tidak mudah terjadi ketoasidosis, tidak harus dengan insulin, onset lambat, gemuk atau tidak gemuk, usia biasanya 45 tahun, tak berhubungan dengan HLA, tidak ada Islet Cell Antibody ICA, riwayat keluarga + pada 30, ± 100 kembar identik terkena

3. Faktor Risiko Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat diwariskan.Gen merupakan sel pembawa sifat yang dapat diwariskan orang tua kepada turunannya. Gen yang dimaksud tidak selalu berasal dari orang tua kandung, tetapi dapat berasal dari kakek nenek atau generasi di atasnya Nurrahmani, 2012. Risiko diabetes tipe 2 pada kembar monozigotik adalah 70, sedangkan pada kembar dizigot sebesar 20-30. Jika salah satu orang tua menderita diabetes melitus, risiko pengembangan penyakit ini sebesar 40, lebih besar jika ibu yang menderita diabetes melitus tipe 2. Jika kedua orang tua menderita diabetes melitus risiko diabetes sebesar 70 bagi anak- anaknya. Faktor lain yang mendukung terjadinya diabetes melitus tipe 2 yaitu, kegemukan atau obesitas, pola makan yang salah, kurang aktifitas fisik, obat-obatan, proses menua, dan stress ADA, 2010 Soegondo, 2008.

4. Patofisiologi

a. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1 Insulin pada diabetes melitus tipe 1 tidak dapat dibentuk oleh pankreas, dipengaruhi oleh reaksi autoimun yang disebabkan oleh peradangan pada sel beta insulitis. Hal ini mengakibatkan timbulnya antibodi terhadap sel beta yang disebut ICA Islet Cell Antibody. Reaksi antigen sel beta dengan antibodi ICA mengakibatkan hancurnya sel beta namun sel alfa dan sel delta tetap utuh. Insulitis dapat disebabkan diantaranya oleh virus seperti virus cocksakie, rubella, CMV, herpes, dan lain-lain yang menyerang sel beta Soegondo, 2008. Penderita DM tipe 1 mewarisi predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA Human Leucocyte Antigen tertentu seperti HLA-B8, HLA-B15, HLA B-18, HLA-Cw-3, HLA-DR3 dan HLA-DR4. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Individu yang memiliki salah satu HLA ini mempunyai risiko tiga kali lipat menderita diabetes melitus tipe 1 ADA, 2010. b. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2 Terdapat dua masalah utama pada diabetes melitus tipe 2 yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya, insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Peningkatan jumlah insulin yang disekresikan dibutuhkan untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes melitus tipe 2 ADA, 2010.

5. Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2