Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2

Tabel 2.2. Aktivitas Fisik Sehari-hari Kurang Aktifitas Hindari aktivitas sebentar Misalnya, menonton televisi, menggunakan internet, main game komputer. Persering aktivitas Mengikuti olahraga rekreasi dan beraktivitas fisik tinggi pada waktu liburan Misalnya, jalan cepat golf, olah otot, bersepeda, sepak bola. Aktifitas harian Kebiasaan bergaya hidup sehat Misalnya, berjalan kaki ke pasar tidak menggunakan mobil, menggunakan tangga tidak mengunakan lift, menemui rekan kerja tidak haanya melalui telepon internal, jalan dari tempat parkir. 4. Intervensi Farmakologis Pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa: 1 Obat glikemik oral, meliputi pemicu sekresi insulin Sulfonilurea, Glinid, dan penambah sensitivitas terhadap insulin Biguanid, Tiazolidindion, Penghambat Glukosidase Alfa. 2 Insulin

d. Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2

1. Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yaitu mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk mendapat diabetes melitus dan kelompok intoleransi glukosa. Materi pencegahan primer terdiri dari tindakan penyuluhan dan pengeloaan yang ditujukan untuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan intoleransi glukosa. Skema tentang alur pencegahan primer dapat dilihat pada bagan 1. Materi penyuluhan meliputi: 1. Program penurunan berat badan. Pada seseorang yang mempunyai risiko diabetes dan mempunyai berat badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk menurunkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 atau intoleransi glukosa. 2. Diet sehat Diet dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai risiko. Diet ini berupa pengaturan jumlah asupan kalori yang diberikan ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak peak glukosa darah yang tinggi setelah makan. Jenis makanan mengandung sedikit lemak jenuh, dan tinggi serat larut. Diet yang dianjurkan yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Perkeni, 2011. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari berbagai jenis makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang untuk pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Pola 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang jika disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh Almatsier, 2009. 3. Latihan jasmani Pada saat berolahraga, permeabilitas membran sel terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi sehingga gula darah lebih mudah masuk dan resistensi insulin berkurang, dengan kata lain sensitivitas insulin meningkat Nurrahmani 2012. Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Latihan jasmani yang dianjurkan adalah dilakukan selama 30 menit untuk 1 kali olahraga, dilakukan sebanyak 3-4 kali aktivitasminggu Perkeni, 2011 Diabetes Australia 2006. Prinsip latihan jasmani bagi diabetisi meliputi Perkeni, 2002 dalam Ernawati, 2013: a. Continuous Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti. b. Rhytmical Olahraga sebaiknya dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. c. Interval Latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat. d. Progressive Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit. e. Endurance Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda. Pada prinsipnya tidak ada perbedaan prinsip latihan jasmani bagi seorang diabetisi maupun bukan, yaitu harus memenuhi beberapa hal: frekuensi, intensitas, durasi, dan jenis Perkeni, 2002 dalam Ernawati, 2013.  Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu.  Intensitas : ringan dan sedang 60-70 x maximum heart rate  Durasi : 30-60 menit  Jenis : latihan jasmani endurans aerobik untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda. Untuk melakukan latihan jasmani, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut Nurrahmani, 2012: a. Pemanasan warm-up, dilakukan 5-10 menit. Tujuanya adalah untuk menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi, mengurangi kemungkinan cedera. b. Olahraga inti conditioning, selama 20 menit. Diusahakan denyut nadi mencapai Target Heart Rate THR. Jika di bawah THR maka olahraga tersebut tidak bermanfaat. Jika berlebihan akan menimbulkan risiko yang tidak diinginkan. Rumus: sebelum menghitung THR, tentukan dahulu MHR Maximum Heart Rate : 220-umur. THR: 70-80 x MHR. c. Pendinginan cooling down, dilakukan selama 5-10 menit bertujuan untuk mencegah penimbunan asam laktat di otot yang dapat menimbulkan nyeri otot atau kepala pusing karena darah masih terkumpul di otot yang aktif. Jika jogging, pendinginan dilakukan dengan berjalan. Jika bersepeda, pendinginan dilakukan dengan tetap mengayun dengan tanpa beban. d. Peregangan stretching, bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang. 4. Berhenti merokok. Merokok merupakan salah satu faktor risiko timbulnya gangguan kardiovaskular. Merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi kardiovaskular pada penderita diabetes Perkeni, 2011. agan 2.1: Algoritma pencegahan DM tipe 2 Perkeni, 2011 Bagan 2.1: Alur pencegahan primer diabetes melitus tipe 2 Perkeni, 2011 Populasi dengan risiko tinggi pada usia 30 th. - Riwayat keluarga DM - Kelainan kardiovaskular - Berat badan lebih - Gaya hidup sedenter - Diketahui mengalami GDPT atau TGT - Hipertensi - Trigliserida meningkat, HDL rendah atau keduanya - Riwayat DMG - Riwayat melahirkan bayi 4000 g - PCOS - Terapi gizi - Aktivitas fisik - Penurunan berat badan Belum dianjurkan - Hipertensi - Dislipidemia - Kebugaran fisik - Kontrol BB TTGO 2 jam adalah metode yang paling sensitif untuk deteksi dini dan merupakan prosedur penyaring yang dianjurkan. - Bila berat badan berlebih diturunkan sebanyak 5-10 - Latihan jasmani 30 menit 5 kaliminggu Singkatan: AIC= H emoglobin A1c AGI= α-glukosidase inhibitor; GDP=Gula darah puasa; HDL=High density lipoprotein;GDPT= glukosa darah puasa terganggu, TGT= toleransi glukosa terganggu, TGM= terapi gizi medis; TTGO=Tes toleransi glukosa oral; GDPP= Glukosa darah 2 jam pos prandial; Rx=Terapi; SU=Sulfonyluree, TZD=Tiazolidindion. Penatalaksanaan n Deteksi dini Perubahan gaya hidup Terapi farmakologis Pemantauan berkala untuk glukosa darah dan faktor risiko 2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau meng- hambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita diabetes melitus. Pencegahan dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit diabetes melitus. Program penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan menuju perilaku sehat. Pencegahan sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama dan diulang pada setiap kesempatan pertemuan berikutnya. 3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, pediatris, dll. sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.

C. Pencegahan Penyakit Anggota Keluarga