Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Berisiko Tentang Pencegahan

B. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Berisiko Tentang Pencegahan

Diabetes Melitus Tipe 2 Pencegahan diabetes dapat dilakukan pada pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yaitu mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita diabetes. Pencegahan diabetes melitus dapat dilakukan dengan diet sehat, penurunan berat badan dan aktifitas fisik yang baik. Selain itu, pemahaman mengenai diabetes, tanda gejala, faktor risiko, dan diagnosis diabetes juga penting diketahui sebagai cara untuk mendeteksi penyakit ini Perkeni, 2011. Penelitian Omolafe dkk 2010 dengan judul We are Family: Family History of Diabetes Among African American and its Association to Perceived Severity, Knowledge of Risk Factors, and Phisycal Activity Level, yang menyatakan bahwa orang Amerika Afrika dengan riwayat keluarga positif DM memiliki pengetahuan lebih besar tentang faktor risiko terhadap DM, lebih memahami tentang pengaruh penyakit akibat kebiasaan makan dan aktivitas fisik, dan secara signifikan lebih sering terlibat dalam aktivitas fisik daripada mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga diabetes. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner berisi tentang definisi, tanda gejala, faktor risiko, diagnosis, diet, dan aktivitas fisik. Pertanyaan mengenai diet masih terdapat jawaban salah pada pernyataan “Makanan yang mengandung rendah serat dibutuhkan untuk menurunkan risiko diabetes” sebanyak 72,73 menjawab benar pada pernyataan ini sedangkan yang tepat adalah bukan makanan rendah serat tetapi makanan tinggi serat. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa serat adalah bagian dari karbohidrat yang tak dapat dicerna. Serat larut menunda pengosongan perut, membuat rasa kenyang sehingga membantu mengendalikan berat badan. Pengosongan lambung yang lambat juga dapat mempengaruhi kadar gula darah dan memiliki efek menguntungkan pada sensitivitas insulin, yang dapat membantu mengendalikan diabetes Soegondo, 2008. Jika pemahaman mengenai makanan berserat ini masih rendah maka dikhawatirkan dapat menyebabkan perilaku konsumsi tinggi serat yang kurang sehingga dapat meningkatkan risiko DM maupun penyakit lainnya. Jawaban pada pernyataan “Makan yang tepat adalah pada waktu yang sama setiap hari ” masih banyak yang menjawab salah sebesar 72,73. Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai kebutuhan kalori masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan. Jarak antara waktu makan merupakan hal yang penting dalam diabetes melitus. Waktu makan dan besar porsi makanan konsisten dapat menstabilkan kadar glukosa darah Nurrahmani, 2012 Perkeni, 2011. Selain diet, hal lain yang perlu dilakukan untuk pencegahan diabetes adalah aktifitas fisikolahraga. Pertanyaan mengenai aktifitas fisik masih terdapat jawaban yang salah pada pertanyaan nomor 27 sebanyak 50 “ Menurunkan berat badan tidak perlu dilakukan untuk menurunkan risiko diabetes ”. Terdapat beberapa urutan kegiatan yang dilakukan ketika berolahraga, yaitu pemanasan 5-10 menit, olahraga inti 20 menit, diusahakan denyut nadi mencapai Target Heart Rate THR. Jika di bawah THR maka olahraga tersebut tidak bermanfaat. Jika berlebihan akan menimbulkan risiko yang tidak diinginkan. Rumus THR: 70-80 x MHR. MHR Maximum Heart Rate : 220-umur. Selanjutnya adalah pendinginan 5-10 menit, dan peregangan stretching Nurrahmani, 2012. Olahraga bermanfaat untuk mencegah kegemukan. Pada kegemukan, sel-sel lemak yang menggemuk akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin, yang jumlahnya lebih banyak daripada yang tidak gemuk. Zat-zat tersebut yang menyebabkan resistensi terhadap insulin. Selain untuk mencegah kegemukan, olahraga juga berperan utama dalam pengaturan glukosa darah. Pada penderita diabetes, produksi insulin tidak terganggu, tetapi masih kurangnya respon reseptor terhadap insulin. Ketika olahraga, permeabilitas membran sel terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi sehingga gula darah lebih mudah masuk dan resistensi insulin berkurang, dengan kata lain sensitivitas insulin meningkat Nurrahmani, 2012. Hal ini sejalan dengan penelitian Utomo dkk 2012 tentang “Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes”, hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah intervensi dengan penurunan rata-rata gula darah pada kelompok terpapar senam 2,3 kali lebih besar dari pada kelompok tidak terpapar. Analisis dari hasil penelitian menunjukkan pengetahuan anggota keluarga berisiko diabetes mayoritas berpengetahuan cukup mengenai pencegahan diabetes tipe 2. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 52,3, berpengetahuan baik sebesar 29,5, dan berpengetahuan kurang sebesar 18,2. Hasil ini memberikan warning bagi semua pihak khususnya petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan edukasi mengenai diabetes dan pencegahannya sehingga tingkat pengetahuan menjadi lebih baik agar dapat menurunkan angka kejadian diabetes di masa mendatang. Tingkat pengetahuan yang baik diharapkan dapat diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya pengetahuannya saja tetapi dapat menuntun kepada pola hidup yang benar untuk mencegah diabetes melitus yang sangat berdampak buruk pada akhirnya, serta dapat menularkan pengetahuannya kepada orang lain untuk berperilaku hidup sehat.

C. Keterbatasan Penelitian