1. Kekuasaan bersifat sengaja, karena meliputi kehendak, bukan sekadar
tindakan acak. 2.
Kekuasaan adalah alat instrumen, ia adalah alat guna mencapai tujuan. 3.
Kekuasaan bersifat terbatas, ia diukur dan diperbandingkan di aneka situasi atau dideteksi kemunculannya.
4. Kekuasaan melibatkan kebergantungan, terdapat kebebasan atau faktor
kebergantungan-ketidakbergantungan yang melekat pada penggunaan
kekuasaan. 5.
Kekuasaan adalah gagasan bertindak, ia bersifat samar dan tidak selalu dimiliki.
6. Kekuasaan ditentukan dalam istilah hasil, hasil menentukan kekuasaan yang
kita miliki. 7.
Kekuasaan bersifat situasional, taktik kekuasaan tertentu efektif di suatu hubungan tertentu, bukan seluruh hubungan.
8. Kekuasaan didasarkan pada oposisi atau perbedaan, partai harus berbeda
sebelum mereka bisa menggunakan kekuasaan-nya.
Esensi kekuasaan adalah kendali atas perilaku orang lain. Kekuasaan adalah kekuatan yang kita gunakan agar sesuatu hal terjadi dengan cara disengaja, di mana
influence pengaruh adalah apa yang kita gunakan saat kita menggunakan kekuasaan.
C. Teori Semiotika
1. Konsep Semiotika Roland Barthes
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di
dunia ini, di tengah-tengan manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak memperlajari bagaimana
kemanusiaan humanity memakai hal-hal things. Memaknai to sinify dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan to communicate.
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur tanda.
18
Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” atau seme, yang berarti “penafsir tanda” Semiotika berakar dari studi klasik
dan skolastika atas seni logika, retorika, dan peotika. “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjukkan pada adanya hal lain. Contohnya, asap
menandai adanya api.
19
Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi dan
18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 15.
19
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 16
bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan connotative dan arti penunjukkan denotative.
20
Salah satu pakar semiotik yang memfokuskan permasalah semiotik pada dua makna tersebut adalah Roland Barthes. Ia adalah pakar semiotik Prancis yang pada
tahun 1950-an menarik perhatian dengan telaahnya tentang media dan budaya pop menggunakan semiotik sebagai alat teoritisnya. Tesis tersebut mengatakan bahwa
makna struktur yang terbangun di dalam produk dan genre diturunkan dari mitos- mitos kuno, dan berbagai peristiwa media ini mendapatkan jenis signifikansi yang
sama dengan signifikansi yang secara tradisional hanya dipakai untuk ritual-ritual keagamaan.
Dalam terminologi Barthes, jenis budaya popular apapun dapat diurai kodenya dengan membaca tanda-tanda di dalam teks. Tanda-tanda tersebut adalah
hak otonom pembacanya atau penonton.
21
Sehingga, dalam semiotik Barthes, proses represntsi itu berpusat pada makna denotasi, konotasi, dan mitos. Ia mencontohkan,
ketika mempertimbangkan sebuah berita atau laporan, akan menjadi jelas tanda lingustik, visual dan jenis tanda lain mengenai bagaimana berita itu direpsentasikan
seperti tata letak atau lay out, rubrikasi dan sebagainnya, tidaklah sesederhana
20
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2004, h. 126-127
21
Ade Irwansyah, Seandainya Saya Kritikus Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009, h. 42