untuk menjadi model runway. Alhasil dia diterima sebagai model, dia pun berpikir bahwa ini adalah cara mudah untuk mendapatkan uang, tapi dia membatin bahwa dia
tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukannya secara profesional, dalam sebuah wawancara 2011 dengan The Jakarta Post dia berkata pahanya yang terlalu
besar, membuat tubuhnya aneh untuk permodelan. Setelah pensiun dari dunia permodelan, Prisia berperan dalam beberapa film
televisi. Dia juga merambah film layar lebar dalam film karya Ifa Isfansyah tahun 2011 berjudul Sang Penari The Dancer sebagai tokoh utama perempuan, Srintil,
setelah dua kali sesi casting. Ketika audisi pertamanya gagal, dia membaca novel asli karya Ahmad Tohari tersebut dan bertekad kuat bahwa dia harus ikut dalam film
tersebut. Pada Januari 2012, Prisia Nasution bermain dalam serial TV Laskar Pelangi–
The Series Rainbow Warriors– The Series, berdasarkan novel karya Andrea Hirata. Untuk perannya dalam Sang Penari, Prisia Nasution menerima Penghargaan Citra
untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik pada Festival Film Indonesia 2011.
5. Piet Pagau Sebagai Kolonel Mosan
Piet Pagau lahir di Desa Baru Raya, Mempawah Hulu, Landak, Kalimantan
Barat, 23 Februari 1951 adalah pemeran Indonesia. Telah puluhan film dan sinetron
telah dibintangi Piet sejak mulai berkarier awal 1980-an. Bahkan selama industri perfilman Indonesia colaps, Piet tetap eksis di dunia sinetron. Sinetron yang pernah
didukungnya antara lain Dua Pelang dan Gadis Penakluk.
Piet Pagau yang berperan sebagai Kolonel Moses dalam film 3 Alif, Lam, Mim. Kolonel Moses merupakan seorang pemimpin yang serahkan karena
ambisinya untuk menguasai negara sehingga dia berusaha melakukan propaganda kepada rakyat. Propaganda yang dilakukan oleh Kolonel Moses yaitu dengan
menyebarluaskan informasi yang salah mengenai Islam terutama hal yang berkaitan dengan pengeboman yang terjadi di Jakarta saat itu. Bahkan, Kolonel Moses adalah
dalang utama dari penyebab kehancuran dan kerusuhan yang terjadi saat itu.
Selain berakting di depan kamera, Piet Pagau yang ini juga terlibat dalam berbagai kegiatan politik, baik pemerintahan maupun politik perfilman. Tahun 2002,
Piet terjun ke dunia politik untuk penjaringan bakal calon Gubernur Kalimantan Barat untuk periode 2003-2008. Piet memang bukan orang baru orang baru di
pemerintahan. Piet merupakan lulusan lulusan APDN tahun 1974. Dari tahun 1971 hingga 1976, ia mengabdikan diri dengan menjadi pegawai di kantor Pemerintah
Provinsi Kalimantan Barat. Terakhir, ia ditugaskan di kantor Camat Batang Lupar, Lanjak, Kapuas Hulu, sebelum kemudian berhenti atas kemauan sendiri dan merantau
ke Jakarta untuk mencari pengalaman. Selain itu, Piet juga pernah bersaing untuk memperebutkan kursi Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia PARFI, periode
2006-2010. Perebutan ini dimenangkan oleh Yenny Rachman yang meraih suara
mutlak dengan perolehan suara 306. Sedangkan Piet Pagau meraih suara terbanyak kedua dengan total suara 96, serta Marvin memperoleh 86 suara. Untuk kepengurusan
periode tersebut, akhirnya Piet menduduki jabatan sebagai Dewan Pertimbangan
Organisasi.
Selain itu Piet juga aktif dalam kepartaian yaitu saat ini menjabat sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai MPP DPD Partai Demokrat Kalimantan Barat.
C. Tim Produksi dan Nama-nama Pemain Film 3 Alif, Lam, Mim:
Anggy Umbara : Sutradara dan Penulis Skenario
Bounty Umbara : Penulis Skenario Adik Anggy Umbara
Fajar Umbara : Penulis Skenario Adik Anggy Umbara
Arie K Untung : Produser Film
Agus Kuncoro : Sebagai Mim
Abimana Aryasatya : Sebagai Lam
Cornelio Sunny : Sebagai Alif
Prisia Nasution : Sebagai Laras
Tika Bravani : Sebagai Gendis
Piet Pagau : Sebagai Kolonel Mason
Cecep Arif Rahman : Sebagai Guru Silat
Donny Alamsyah : Sebagai Aparat Negara
Verdi Solaiman : Sebagai Jurnalis
Tanta Ginting : Sebagai Aparat Negara