meramalkan permintaan obat satu tahun kedepan, pengendalian persediaan bahan baku menggunakan EOQ probabilistik dan menghitung total cost.
Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, menguraikan hasil dan alternatif dari pengolahan data serta membandingkan antara hasil pengolahan metode EOQ
Probabilistik dengan metode yang digunakan perusahaan, sehingga dapat dilihat besar dari penghematan yang dapat diberikan kepada perusahaan.
Bab VII Kesimpulan Dan Saran, memberikan hasil yang didapat dari hasil penelitian seperti jumlah pemesanan ekonomis, total biaya persediaan dan
penghematan biaya persediaan, dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan yang bersangkutan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan 2.1.1. Sejarah PT. Kimia Farma Persero Tbk
PT. Kimia Farma Persero Tbk. yang merupakan badan Usaha Milik Negara BUMN dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus
1971.Sejarah berdirinya PT. Kimia Farma Persero Tbk. terdiri atas beberapa periode, yaitu :
a. Periode I 1957-1959
Pada periode ini pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi perusahaan farmasi milik bangsa Belanda yang ada di Indonesia. Program nasionalisasi ini
dikoordinasi oleh Badan Pengambilalihan Perusahaan Farmasi BAPHAR, yang meliputi :
1. NV. RATHKAMP NV. BAVOSTA di Jakarta. 2. NV. BANDOENGSCHE KININE FABRICK di Bandung.
3. NV. ORDENEMING IODIUM WATUDAKON di Mojokerto. 4. NV. INDUSTRI TELLA di Surabaya.
5. CV. APOTIK MALANG di Malang. 6. DROGISTER VAN BELLEM dan NV. SARI DELE di Yogyakarta.
b. Periode II 1960-1968
Pada periode ini dilakukan pembentukan Perusahaan Negara Farmasi PNF dari perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasikan sebelumnya. Pembentukan
Perusahaan Negara Farmasi PNF berdasarkan PP. No. : 601961 dibawah koordinasi Badan Pimpinan Umum Farmasi Negara sebagai peleburan BAPPHAR
yang bernaung dibawah Departemen Kesehatan. Perusahan-perusahaan yang didirikan adalah :
1. PNF. RADJA FARMA ex. Rathkamp di Jakarta. 2. PNF. NURANI FARM A ex. Van Gorkom di Jakarta.
3. PNF. NAKULA FARMA ex. Bavosta di Jakarta. 4. PNF. BHINNEKA KINA FARMA di Bandung.
5. PN. SARI HUSADA ex. Sari Delle di Yogyakarta. 6. PN. KASSA HUSADA ex. Varbanstaffen di Surabaya.
7. PNF. BIOFARMA ex. Pasteur Instute di Bandung. 8. PNF. RADJA FARMA ex. Rathkamp di Medan.
c. Periode III 1969-1970
Pada periode ini pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No. : 171967 untuk meningkatkan efesiensi di setiap BUMN sehingga Departemen Kesehatan
melebur perusahaan-perusahaan milik negara tersebut kedalam Perusahaan Negara Farmasi PNF dan Alat-Alat kesehatan Bhinneka Kimia Farma dan PNF.
Kassa Husada di Surabaya dirubah menjadi Perusahaan Umum dan Perusahaan Daerah, kemudian PN. Sari Husada di Yogyakarta berdiri sendiri sebagai anak
perusahaan. d.
Periode IV 1971-2001 Periode ini dimulai tahun 1971 ditandai dengan dikelurkannya PP No. : 116
tahun 1971 yang berlaku sejak tanggal 19 Maret 1971. Perusahaan Negara
Farmasi dan alat-alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma dinyatakan menjadi Perseroan Terbatas PT setelah lulus mengikuti proses audit yang selanjutnya
disahkan pada tanggal 16 Agustus 1971 sebagai PT. Kimia Farma Persero dengan Akta Notaris dan diumumkan dalam berita negara.
e. Periode V Juni 2001 - sekarang
Pada tanggal 28 Juni 2001 PT. Kimia Farma Persero menjadi perusahaan terbuka Go Public dengan nama PT. Kimia Farma Persero Tbk, dimana untuk
privatisasi tahap I saham yang dilepas adalah sebanyak 9 dengan rincian 3 untuk program Kepemilikan Saham Karyawan dan Manajemen KSKM dan
sisanya 6 untuk masyarakat umum. PT. Kimia Farma Persero Tbk. didukung oleh 5 unit produksi farmasi yang
tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon-Jawa Timur dan Tanjung Morawa-Medan dan 1 unit Riset dan Pengembangan di Bandung. Satu unit Riset
dan Pengembangan dan kelima pabrik yang telah memenuhi syarat Cara Pembuatan Obat Yang Baik CPOB ini adalah :
1. Unit Riset dan Pengembangan di Bandung Dengan dukungan kuat Riset Pengembangan, segmen usaha yang dikelola
oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas
produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri.