61
3. 2. 2. Sekutu Gerakan Mahasiswa Tahun 1998
Sebagaimana gerakan mahasiswa tahun 1966, gerakan mahasiswa pada tahun 1998 banyak di dukung oleh elemen lain. Militer yang pada tahun 1966
merupakan kawan seperjuangan mahasiswa kini berubah menjadi penghalang dan pendukung status quo sehingga menempatkannya menjadi musuh perjuangan
mahasiswa tahun 1998. elemen yang nampak dengan jelas mendukung gerakan mahasiswa tahun 1998 cenderung didominasi oleh para akademisi dan birokrat
kampus seperti rektor, dekan dan pegawai kampus tanpa mengingkari bantuan dari pihak lain.
Dukungan dari akademisi dan birokrat kampus ini lebih bersifat individu- individu. Sama seperti tidak adanya organisasi mahasiswa yang menyatukan
semua, kaum akademisi dan birokrat kampus pun tercerai berai atas nama pribadi. Dampak dari tiadanya lembaga yang mendukung dari pihak akademisi dan
birokrat kampus seperti KASI pada tahun 1966 kepada gerakan mahasiswa dapat tafsirkan bahwa gerakan mahasiswa tahun 1998 adalah one man show nya
mahasiswa, padahal tidak, kaum akademisi dan birokrat kampus pun berperan serta dalam gerakan mahasiswa menjatuhkan Soeharto akan tetapi karena pihak
akademisi dan birokrat kampus tidak mendirikan lembaga maka terkesan tidak ada karena hubungan antara gerakan mahasiswa dengan pihak akademisi dan
birokrat kampus. Opini-opini atau pendapat-pendapat yang dilontarkan akademisi dan
birokrat kampus serta kehadiran merekan dalam aksi-aksi mahasiswa ternyata membawa semangat di dalam perjuangan mahasiswa. Sekitar aksi-aksi mahasiswa
sering mengundang para akademisi misalnya mahasiswa USU sengaja
Universitas Sumatera Utara
62 mengundang Prof. Dr. Amien Rais untuk menyemangati mahasiswa dengan cara
memberikan kesempatan kepada Amien untuk berorasi
29
. Selain itu pendapat-pendapat dari akademisi cenderung bersimpati dengan
perjuangan mahasiswa, seperti yang diutarakan oleh Prof. Dr. Baharuddin Lopa yang merupakan guru besar fakultas hukum Unhas yang menyatakan :
“Semua pihak di Indonesia perlu memahami posisi mahasiswa dan perlu menghayati perjuangan mereka yang suci. Percuma menentang dan
menghambat perjuangan mereka. Perjuangan mereka nbagaikan air bah yang mengalir sampai muara atau sampai cita-cita perjuangannya
tercapai”
30
Dukungan penting dari akademisi dan birokrat kampus terhadap aksi mahasiswa yaitu ketika mahasiswa UI beserta ikatan alumni UI ILUNI UI
melakukan aksi mimbar bebas dikampus UI Salemba Jakarta pada tanggal 25 Februari 1998. aksi ini dengan tegas menuntut pemerintah segera mengatasi krisis
yang tengah melanda Indonesia. Aksi mimbar bebas ini didukung penuh serta dihadiri oleh Irjen Kehutanan Mayjen Purn Hariadi Darmawan serta mantan
rektor UI Prof. Mahar Marjono serta guru besar UI Prof. Selo Seomardjan dan Prof. Emil Salim
31
. Sebenarnya tidak banyak keuntungan yang didapat mahasiswa ketika
bersekutu dengan akademisi dan birokrat kampus. Keuntungan yang diperoleh hanyalah bahwa dengan dukungan dari akademisi dan birokrat kampus dapat
menaikkan semangat perjuangan mahasiswaa dan meluasnya keikutsertaan mahasiswa yang lain dalam aksi mahasiswa karena melihat gerakan itu didukung
oleh gurunya.
29
Bongbong Silitonga, Pola Pengerahan Massa Demonstrasi Mahasiswa Di Kota Medan, Skripsi Mahasiswa FISIP USU hal.61
30
Dedy Djamaluddin Malik, Gejolak Reformasi Menolak Anarki, Kontroversi Seputar Aksi Mahasiswa Menuntut Reformasi Politik Orde Baru, Jakarta : Zaman, 1998 hal. 11-12
31
Suharsi dan Ign Mahendra K, Lock. Cit hal. 103
Universitas Sumatera Utara
63 Sedangkan dari pihak akademisi dan birokrat kampus keuntungan yang
diperoleh dengan mendukung gerakan mahasiswa tahun 1998 sangatlah besar. Karena kondisi sosial politik Indonesia sedang mengalami proses transisi, maka
akademisi dan birokrat kampus pun bersikap mengikuti arus agar karir mereka dapat bertahan walau pun Orde Baru runtuh. Jadi dalam hal ini sebenarnya
mahasiswa cenderung di manfaatkan.
3. 2. 3. Mobilisasi Opini Publik