72
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1. Kesimpulan
Gerakan mahasiswa selalu saja melahirkan kontroversi dari berbagai kalangan. Sebagian beranggapan bahwa mahasiswa memiliki posisi strategis dan
menentukan dan sebagian lagi beranggapan bahwa posisi mahasiswa tidaklah penting karena mahasiswa hanya sebagai alat dari kekuatan yang sesungguhnya.
Akan tetapi pada era tahun 1990 an, tidak ada satupun pengamat dan politisi yang berkesimpulan bahwa mahasiswa tidak terlibat dalam proses politik. Keterlibatan
mahasiswa dalam kehidupan politik sangatlah bersar terutama dalam hal mendirikan, menjalankan atau bahkan menumbangkan kekuasaan itu sendiri.
Di Indonesia peran mahasiswa telah menonjol sejak dahulu kala yaitu pada era Budi Utomo yang dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda. Pada saat revolusi
kemerdekaan mahasiswa kembali menunjukan perannya dengan menculik Soekarno-Hatt guna mendesak keduanya melaksanakan proklamasi kemerdekaan
secepat mungkin. Tahun 1966 mahasiswa kembali bergerak dengan berhasil menumbangkan penguasa pada saat itu, Soekarno. Keberhasilan mahasiswa
berikutnya dalam proses politik terjadi kembali pada tahun 1998 yang memaksa Soeharto untuk meletakkan jabatanya.
Kemunculan gerakan mahasiswa disebabkan karena adanya kemacetan dan mandulnya sarana-sarana politik yang ada sehingga mahasiswa sebagai kaum
intelektual, rasional dan kritis mencoba mendobrak kemacetan dan kemandulan
Universitas Sumatera Utara
73 tersebut. Mahasiswa bergerak menuntut semua ketidak becusan yang dilakukan
oleh penguasa. Tahun 1966 dan tahun 1998 membuktikan sapak terjang mahasiswa
menuntut sang penguasa. Mahasiswa yang dianggap lemah dan tidak memiliki kekuatan ternyata mampu menumbangkan seorang presiden. Anekdot yang
mengatakan bahwa mahasiswa takut pada dosen, dosen takut pada dekan, dekan takut pada rektor, rektor takut pada menteri, menteri takut pada Presiden dan
Presiden takut pada mahasiswa. Lingkaran ketakutan ini terbukti di dunia nyata bahwa seorang presiden pun dapat di taklukkan oleh mahasiswa.
Pola yang di gunakan gerakan mahasiswa tahun 1966 dan gerakan mahasiswa tahun 1998 tidak jauh berbeda yaitu tetap menggunakan aksi massa
dan aksi simbolik. Aksi massa sesungguhnya melambangkan kekuatan mahasiswa, kecenderungan aksi massa ini menjadi sebuah kekacauan sangt besar
karena dengan melibatkan banyak orang sehingga apa saja dapat terjadi. Sementara itu ada aksi yang menggunakan aksi simbolik. Aksi ini tidak
tergantung pada massa yang besar. Aksi ini tergantung pada kreatifitas untuk menciptakan simbol-simbol. simbol itu bias berbentuk patung yang
melambangkan penguasa yang jahat, aksi mogok makan yag melambangkan mahwa rakyat tidak bisa makan karena harga sembako tinggi serta aksi bisu
melambangkan bahwa penguasa selalu saja membungkam suara-suara kritis Melihat kedua gerakan mahasiswa ini, penulis sepakat bahwa suatu
gerakan harus memiliki sebuah organisasi yang menampung dan diakui oleh semua anggota gerakan. Jika tigak ada organisasi ini maka gerakan bisa tak
terkoordinir, pemimpin tidak diakui dan terpecah-pecah. Menciptakan organisasi
Universitas Sumatera Utara
74 penghimpun ini bukan untuk menciptakan birokrasi yang mapan sehingga
membuat lambannya gerakan akan tetapi organisasi ini harus dijadikan suatu kekuatan dari suatu gerakan agar gerakan lebih terkoordinasi, memiliki pemimpin
yang legitimasinya kuat serta semiliki satu cara pandang terhadap suatu permasalahan.
Akan tetapi dibalik keperkasaan peran mahasiswa dalam proses politik ternyata masih bisa diperdebatkan. Kasus jatuhnya presiden Soekarno dan
Soeharto dapat dilihat ternyata ditengah kehebatan mahasiswa tersebut ada pihak- pihak lain yang membantu perjuangan mahasiswa. Pada tahun 1966 militer berada
di belakang mahasiswa dan pada tahun 1998 akademisi dan birokrat kampus pun memiliki andil yang besar dalam perjuangan mahasiswa tersebut. Penulis menilai
jika tidak ada elemen lain yang membantu perjuangan mahasiswa pada saat belum tentu juga Soekarno dan Soeharto timbang.
Jika kita lihat kembali bahwa kehebatan kedua gerakan mahasiswa ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal disini maksudnya ialah
momentum yang ada pada waktu itu baik itu momentum ekonomi maupun momentum politik. Tanpa momentum rasanya tidak akan ada gerakan mahasiswa
yang bersifat massif. Walaupun seperti itu harus kita akui bahwa mahasiswa merupakan superhero dari kedua pristiwa bersejarah yaiotu menjatuhkan
Soekarno dan Soeharto. Kemudian penulis menilai bahwa kedua gerakan mahasiswa ini pun tidak
mempunyai ideologi. Ideologi yang dimaksud disini ialah suatu pandangan seperti apa masyarakatyang ingin dicapai dari gerakan tersebut. Gerakan mahasiswa yang
menumbangkan Soekarno dan mengantarkan Soeharto sebagai penguasa ternyata
Universitas Sumatera Utara
75 melahirkan sejumlah persoalan lain. Ibarat lepas dari mulut buaya dan masuk
mulut harimau merupakan khiasan yang pas. Harus kita akui bahwa dibawah pemerintahan demokrasi terpimpin
Soekarno banyak rakyat ditindas, ternyata hal ini pun kembali terjadi pada pemerintahan militeristik Soeharto. Dibawah pemerintahan Soeharto jutaan orang
dibantai, kasus pembantaian PKI, yang mencapai 3 juta jiwa tewas, kasus DOM Aceh, Papua, Tanjung Priok dan masih banyak lagi lainnya ternyata hampir
menandingi pembantaian holoucost dibawah pemerintahan Nazi. Kesalahan pun diulang oleh gerakan mahasiswa tahun 1998. Pasca
jatuhnya Soeharto ternyata kondisi ekonomi dan politik Indonesia pun semakin kacau. Tidak ada satu orang pun yang mampu menjamin kapan Indonesia keluar
dari kesulitan ini. Salah satu penyebab keadaan tersebut karena mahasiswa ditahun 1998 tidak memiliki konsep yang jelas seperti apa keadaan pasca
Soeharto. Kesalahan kedua gerakan mahasiswa ini dikarenakan setelah rezim
ditumbangkan ternyata kekuasaan diambil oleh pohak lain dan mahasiswa yang merupakan martir tidak berbuat apa-apa. Setelah Soekarno jatuh kekuasaan
kemudian di pegang oleh kekuatan militer begitu juga setelah Soeharto jatuh lagi- lagi kekuasaan dinikmati oleh akademisi, politisi dan pengusaha sedangkan
mahasiswa yang merupakan martir perjuangan secara sistematis dan pelan-pelan dikebiri.
Universitas Sumatera Utara
76
4. 2. Saran