1. Gerakan Mahasiswa Tahun 1966 1. 1. Meletusnya Peristiwa Gerakan 30 September G30S
19
BAB II DESKRIPSI GERAKAN MAHASISWA TAHUN 1966 DAN
GERAKAN MAHASISWA TAHUN 1998 DALAM MENGGULINGKAN REZIM PENGUASA
2. 1. Gerakan Mahasiswa Tahun 1966 2. 1. 1. Meletusnya Peristiwa Gerakan 30 September G30S
Pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945, pemerintahan Indonesia sangatlah rapuh, hal ini ditandai dengan seringnya terjadi gonta ganti kabinet. Melihat hal
tersebut, Soekarno selaku Presiden melontarkan gagasan tentang demokrasi terpimpin sebenarnya ide demokrasi terpimpin berasal dari Ki Hajar Dewantara
ditolak karena untuk menjalankan konsepsi ini haruslah mengganti Undang- Undang Dasar UUD Sementara yang masih digunakan dengan UUD yang lain
1
. Celakanya Konstituante yang anggotanya di pilih melalui pemilihan umum
1955 belum menciptakan UUD negara yang baru, hal ini dikarenakan adanya pertarungan antara pendukung ideologi Pancasila dan ideologi Islam. Hal yang
paling mendasar yang dibicarakan menyangkut soal dasar negara antara Pancasila, Islam atau Sosialis ekonomi.
Akhirnya setelah melihat realitas yang ada di dalam tubuh Konstituante, maka presiden Soekarno dengan didukung angkatan perang khususnya angkatan
darat, PNI, PKI dan kekuatan nasionalis dan kiri lainnya mengeluarkan Dekrit presiden pada upacara 5 Juli 1959. Dengan keluarnya dekrit Presiden ini
1
Anhar Gonggong, Ketika Kekuatan Pemuda-Mahasiswa Memulai : Ketika kekuatan Lain Meraih “Untung” dalam Rum Aly, Titik silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966, Mitos Dan Dilema :
Mahasiswa Dalam Proses Perubahan Politik 1959-1970, Jakarta : Kata Hasta Pustaka, 2006 hal. XIi
Universitas Sumatera Utara
20 membawa Soekarno sebagai kekuatan politik yang tak tertandingi karena UUD
1945 yang diberlakukan sejak keluarnya dekrit Presiden ini memberikan kekuasaan yang besar kepada kepala negara dan ini sejalan dengan prinsip
demokrasi terpimpin. Untuk menyokong kekuasaan Soekarno dan demokrasi terpimpin
diciptakanlah seperangkat konsep yang kemudian di sampaikan pada pidato kenegaraan presiden pada tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul penemuan
kembali revolusi kita, dirumuskan oleh DPA sebagai GBHN dengan nama manipol yang kemudian dikaitkan dengan akronim USDEK, UUUD 1945,
Ssosialis Indonesia, Ddemokrasi terpimpin, Eekonomi terpimpin, Kkeperibadian Indonesia. Kemudian diciptakan juga konsep yang menunjukan
kekompakan ideologi besar dunia yaitu Nasakom, Nnasionalis, Aagama, Komkomunis
2
. Setelah Soekarno membubarkan partai Masyumi dengan alasan
mendukung pemberontakan DITII, Soekarno menjadikan dirinya sebagai pusat kekuasaan politik yang dikenal dengan sudut segitiga kekuatan yaitu kekuatan
TNI khusus nya angkatan darat pada sudut segitiga dan PKI pada sudut yang lainnya
3
. Dua kekuatan terakhir ini membangun hubungan dengan Soekarno yang
dengan seiring waktu akhirnya menimbulkan gesekan-gesekan antara keduanya baik itu di tingkatan elit maupun akar rumput grass root. Selain perseteruan
antara TNI AD dengan PKI, dunia kemahasiswaan pun terpecah belah karena
2
Ibid. hal. XIiii
3
Firdaus Syam, Yusril Ihza Mahendera, Perjalanan Hidup, Pemikiran, Dan Tindakan Politik,
Jakarta : PT Dyatama Milenia, 2004 hal. 178
Universitas Sumatera Utara
21 ideologi yang dianut masing-masing organisasi kemahasiswaan yang cenderung
berafiliasi dengan partai politik tertentu. Pasca kemerdekaan berdirilah berbagai organisasi kemahasiswaan
antaranya Himpunan Mahasiswa Islam HMI yang dekat dengan partai Masyumi, Gerakan Mahasiswa Sosialis Gemsos yang berafiliasi dengan PSI
4
, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia GMNI yang berafiliasi dengan PNI, Consentrasi
Gerakan Mahasiswa Indonesia CGMI berafiliasi dengan PKI, Resimen Mahasiswa Menwa berafiliasi dengan TNI AD dan lain sebagainya
5
. Semua organisasi kemahasiswaan ini mengikuti konflik yang terjadi pada organisasi
induknya yaitu partai politik dan TNI AD. Antara tahun 1950 sampai 1960 an terjadi ledakan jumlah mahasiswa. Bila
pada tahun 1946 sampai 1947 terdaftar 387 mahasiswa maka di tahun 1965 ada sekitar 280 ribu mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa perguruan negeri, swasta
serta akademi atau institut yang dibawahi berbagai kementerian
6
. Karena jumlahnya yang besar ini lah semua kekuatan politik baik itu partai politik
maupun TNI mencoba merekrut kader dari mahasiswa. Ketegangan politik di kampus terasa semakin memanas setelah GMNI,
CGMI, Germindo dan Permi semakin mendominasi senat fakultas dan universitas dihampir semua perguruan tinggi yang ada. Konflik yang terjadi di pada saat itu
misalnya ketika kongres nasional ke empat Majelis Mahasiswa Indonesia MMI
7
pada bulan April 1964 di Malino, dalam kongres itu GMNI memenangkan 18 kursi dari 24 kursi eksekutif yang ada sedangkan mahasiswa non GMNI yang
4
Francoil Raillon, Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia, Jakarta : LP3ES,1985 hal. 7
5
Suharsi dan Ign Mahendra K, Bergerak Bersama Rakyat, Sejarah Gerakan Mahasiswa Dan Perubahan Sosial Di Indonesia, Yogyakarta : Resist Book, 2007hal. 69
6
Francoil Raillon, Op. Cit. hal. 9
7
Organisasi nasional yang menghimpun semua organisasi intera universitas
Universitas Sumatera Utara
22 berasal dari UI dan ITB tidak mendapatkan kursi sehingga mereka menolak hasil
kongres itu dan keluar dari MMI
8
. Perseteruan berikutnya terjadi ditingkatan fakultas sastra UI ketika GMNI
dan sekutunya menuntut agar senat yang baru di bentuk dibubarkan karena terdapat unsur-unsur kontra revolusioner seperti HMI. Adapun ketegangan yang
cukup mencolok yaitu ketika ketua CC PKI, DN Aidit dengan agresif melontarkan ucapan yang provokatif berupa “kalau CGMI tidak bisa melenyapkan HMI
sebaiknya mereka memakai sarung saja” di depan kongres ke III CGMI pada 29 September 1965
9
. Setelah persaingan ideologi yang begitu panjang dan tak terbendung lagi
akhirnya meletuslah tragedi berdarah pada malam 30 September memasuki 1 Oktober 1965 yang merenggut nyawa tujuh perwira angkatan darat. Sebelum
G30S meletus, Chairul Saleh, wakil perdana menteri III telah mengungkapkan penemuan suatu dokumen rahasia. Dokumen tersebut berjudul “Resume program
dan kegiatan PKI dewasa ini” dengan tanggal pembuatan 23 Desember 1963
10
. Di dalam dokumen itu diungkapkan rencana 4 tahun PKI yang akan
merebut kekuasaan politik dan kekuasaan negara di tahun 1967. Selain penemuan dokumen rahasia itu, juga tersebar desas desus tentang rencana kudeta yang akan
dilakukan dewan jenderal pada tanggal 5 Oktober 1965 yang bertepatan dengan HUT ABRI. Suasana suhu politik pada tahun 1965 ini begitu panas apalagi
dengan adanya desas desus akan adanya rencana penculikan terhadap sejumlah perwira tinggi angkatan darat.
8
Suharsi dan Ign Mahendra K, Op. Cit. hal. 71
9
Rum Aly, Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966, Mitos Dan Dilema : Mahasiswa Dalam Proses Perubahan Politik 1959-1970, Jakarta : Kata Hasta Pustaka, 2006 hal. 137
10
Ibid. hal. 107
Universitas Sumatera Utara
23 Puncak dari suhu politik yang memanas pada saat itu di tandai denga
terjadinya penculikan perwira TNI AD yang dituduh sebagai dewan jenderal yaitu : Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal R. Soeprapto, Mayor Jenderal MT
Harjono, Mayor Jenderal S. Parman, Berigadir Jenderal DI. Pasndjaitan, Berigadir Jenderal Soetojo S dan Letnan Pierre Tendean yang dilakukan pasukan Pasopati di
bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung, seorang komandan Cakrabirawa. Pasca peristiwa G30S, Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima
Komando Strategis Angkatan Darat Kostrad segera mengambil alih kekosongan pimpinan dan melakukan konsolidasi di lingkungan angkatan darat setelah
perwira tingginya di culik. Setelah pimpinan TNI AD di pegang, Soeharto memerintahkan Kolonel Sarwo Edhi, komandan Resimen Pasukan Komando
Angkatan Darat RPKAD untuk melakukan pencarian terhadap perwira TNI AD yang diculik. Tepat pada tanggal 5 Oktober 1965 sekelompok mahasiswa
Bandung mendapatkan informasi bahwa perwira yang diculik telah ditemukan di dalam sebuah sumur tua di lubang buaya
11
. Dalam pandangan Anderson dan Mcvey, menyatakan bahwa peristiwa
G30S adalah mewakili kulminasi logis dari kekerasan dan kebencian yang sangat mendalam diantara kelompok-kelompok dan ideologi-ideologi yang jauh lebih
luas, kanan dan kiri, islam dan komunis, tuan tanah dan rakyat, santri, priyayi dan petani
12
.
11
Ibid. hal. 201-202
12
Miftahuddin, Radikalisasi Pemuda PRD melawan tirani, Depok : Desantara, 2004 hal. 41
Universitas Sumatera Utara
24
2. 1. 2. Lahirnya Gerakan Mahasiswa Tahun 1966