Alkitab.
Kohesi Menginginkan kelompok
yang kontinu agar adek- adek kelompok bisa
meneruskan menjadi pemimpin kelompok
3. Sikap taat anggota
kelompok Re’uwel akan norma
Kualitas perubahan sikap setiap anggota
berbeda-beda. Anggota akan benar-benar
berubah dan menjadikan norma-
norma itu sebagai prinsip hidupnya jika
ada perenungan. Perubahan sikap juga
boleh terjadi jika anggota berani
mengambil hal baru untuk berubah dan tetap
mendoakannya
4.2 PEMBAHASAN
Dari analisis hasil dan pengamatan peneliti, maka peneliti membuat pembahasan sebagai berikut :
Dari Keempat informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan peneliti dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
Universitas Sumatera Utara
norma-norma dalam kelompok, mengetahui proses komunikasi kelompok dalam menanamkan sikap taat akan norma dan untuk mengetahui sikap pemimpin
kelompok dan anggota kelompok Re’uwel akan norma tersebut. Berdasarkan hasil analisis, peneliti mendapati bahwa norma-norma yang
berlaku dalam kelompok Re’uwel adalah jika terlambat konsekuensinya adalah membawa gorengan, memenuhi saat teduh setiap hari, memiliki jam doa pribadi,
tidak mempraktekkan aktifitas contek mencontek saat ujian, tidak melakukan titip absen, dan disiplin waktu. Norma-norma tersebut terbentuk berdasarkan
pengalaman pribadi setiap anggota yang kemudian disepakati bersama sebagai pedoman-pedoman dalam mengatur sikap dan perilaku atau perbuatan anggota
kelompok. Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi objek pembanding materi berlandaskan Alkitab yang dipahami dalam kelompok, dan sebagai bahan
perenungan setiap anggota sehingga terciptalah menjadi sebuah norma yang dikemas dalam program ketaatan.
Program ketaatan relatif bersifat tidak tetap dan mengikuti alur pembahasan materi dalam kelompok. Secara evaluatif, program ketaatan ini akan mengalami
perkembangan setiap minggunya dan dikondisikan dengan karakter setiap anggota. Program ketaatan yang pernah ada dalam kelompok Re’uwel berdasarkan
hasil wawancara peneliti antara lain kelemahlembutan, pengendalian diri dan emosi, kesabaran serta membaca alkitab 1 pasal 1 hari. Selain itu, dalam
kelompok setiap anggota juga diingatkan untuk menjaga integritasnya sebagai orang yang percaya Kristus dengan menaati setiap norma umum yang sifatnya
universal. Setiap anggota diajarkan untuk menjaga integritas dalam segala hal meliputi tidak contek mencontek saat ujian, tidak titip absen, disiplin waktu,
berpakaian sopan dan berkata-kata, tidak boleh bayar dosen. Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma kelompok adalah
berusaha untuk taat dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri. Beberapa norma umum yang
sifatnya universal telah dijadikan sebagai norma pribadi yang diaplikasikan dengan penuh kesadaran. Penolakan akan setiap norma tersebut diawal
terbentuknya kelompok selalu dipraktikan karena bertolak belakang dengan gaya hidup setiap anggota. Dibutuhkan waktu kurang lebih satu tahun bagi setiap
Universitas Sumatera Utara
anggota untuk mengadopsi setiap norma tersebut menjadi norma pribadinya. Pembentukan karakter yang baik adalah langkah awal untuk menanamkan sikap
taat kepada setiap anggota. Anggota secara evaluatif dipahami karakter pribadianya baik sanguin, melankolis, plegmatis dan lain-lain. Setelah karakter-
karakter yang dimiliki dipahami secara personal maka setiap anggota diperkenalkan untuk mengontrol setiap karakter negatif. Hal ini sebagai dampak
dari efektifitas proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil. Komunikasi sejatinya adalah suatu transaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesama manusia, melalui pertukaran informasi untuk menguatkan
sikap serta berusaha mengubah sikap itu. Dalam penelitian ini peneliti melihat efektifitas komunikasi kelompok kecil yang dapat mempengaruhi setiap anggota
untuk bersikap taat. Agar dapat memahami bagaimana proses komunikasi kelompok kecil dalam
menanamkan sikap taat akan norma maka sebelumnya peneliti menjelaskan unsur- unsur komunikasi dasar yang terlibat dalam komunikasi kelompok kecil Re’uwel.
Unsur-unsur komunikasi tersebut meliputi komunikator, encoding, saluran, pesan, penafsiran, komunikan, umpan balik dan noise. Dalam komunikasi kelompok
kecil Re’uwel, komunikator sebagai pihak yang mengawali komunikasi tidak terpaku hanya pada satu orang. Baik pemimpin maupun anggota kelompok
memiliki kesempatan berperan sebagai komunikator. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim mengemas ide atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan
dipahami. Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding. Pesan yang akan dikirimkan berupa materi pembahasan Firman Tuhan yang disesuaikan dengan
kurikulum pelayanan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara. Adapun pesan tersebut bersifat informatif yang
artinya mengandung peristiwa, data, fakta, dan penjelasan. Selain itu, pesan yang dipertukarkan dalam kelompok juga bersifat menghibur, memberi inspirasi,
memberi informasi, meyakinkan, dan mengajak untuk bersikap taat. Pesan yang telah dikemas, disampaikan melalui media baik melalui media lisan: dengan
menyampaikan sendiri dan melalui pesan singkat maupun dengan media tertulis : hand out, selebaran, catatan, dan gambar materi pembahasan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menyampaikan pesan komunikasi kelompok terdapat gangguan noise yang dapat menghambat atau mengurangi kemampuan dalam mengirim
dan menerima pesan. Noise yang menghambat proses penyampaian pesan tersebut diantaranya pengacau indra berupa suara keras bernyanyi kelompok lain. Setiap
anggota dalam kelompok dapat berperan sebagai pemateri untuk menyampaikan pembahasan, hal tersebut menimbulkan beberapa prasangka dalam benak anggota
ketika memahami komunikator tidak kredibel dalam menyampaikan pesan. Setelah pesan disampaikan, pihak yang menerima pesan receiver menafsirkan
dan menerjemahkan pesan yang diterima. Penafsiran pesan akan dipahami memiliki makna yang sama homogen sesuai dengan pemahaman pemimpin yang
memiliki pengaruh dalam kelompok berdasarkan tujuan kelompok. Kedekatan hubungan antara pengirim dan penerima dalam kelompok mempengaruhi
penafsiran pesan setiap komponen kelompok. Unsur terakhir dalam komunikasi adalah umpan balik, merupakan
tanggapan penerima terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Dalam proses komunikasi kelompok kecil ini umpan balik terjadi secara langsung karena
komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat yang sama. Hal tersebut dikarenakan komunikasi kelompok kecil Re’uwel berlangsung dialogis
yang sirkuler. Maksudnya ialah, proses komunikasi kelompok bersifat tanya jawab sehingga maksud dan tujuannya masuk akal dan setiap anggota aktif
memiliki kesempatan untuk berinteraksi. Umpan balik tersebut berupa tanggapan verbal maupun non verbal yang cenderung menunjukkan kesediaan untuk
menerima dan mengerti pesan dengan baik serta memberikan tanggapan sebagaimana dinginkan oleh pengirim.
Salah satu kesimpulan penelitian kelompok kecil yang tercatat secara baik adalah bahwa para anggota kelompok cenderung mempunyai penilaian yang sama
tentang suatu masalah apabila mereka dihadapkan pada penilaian lain. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan, peneliti mendapati setiap
informan cenderung memiliki penilaian yang sama terhadap praktek nilai-nilai hidup yang lebih baik. Dalam penelitian Utterback akan komunikasi kelompok
yang sifat kelompoknya sekunder, Ia meneliti tentang perubahan sikap yang terjadi dalam konferensi-konferensi antar perguruan tinggi mengenai berbagai
Universitas Sumatera Utara
masalah yang menonjol dalam masyarakat menyatakan diskusi mengakibatkan terjadinya posisi proses yang sama sekali baru dan diterima oleh kelompok
sesering penerimaan kelompok pada posisi yang dianut mayoritas. Selain itu Utterback juga menemukan bahwa sikap mahasiswa lebih banyak berubah melalui
ketikutsertaan mereka dalam diskusi tentang masalah yang kompleks. Perubahan sikap demikian juga terjadi dalam kelompok primer yang
peneliti teliti. Peneliti mendapati keikutsertaan setiap anggota dalam diskusi komunikasi kelompok kecil dan sharing kondisi secara pribadi berpengaruh
terhadap perubahan sikap taat akan norma-norma yang ada dalam kelompok. Setiap anggota dilibatkan dan memiliki kesadaran penuh terhadap pembentukan
norma kelompok yang kompleks, namun penerimaan anggota kelompok tidak pada posisi sikap yang dianut oleh mayoritas. Perubahan sikap mengarah kepada
tujuan kelompok serta nilai-nilai yang dianut dalam kelompok yang dipahami melalui pemimpin kelompok.
Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain,
berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari faktor-faktor
keefektifan komunikasi kelompok kecil yang dapat dilacak pada karakteristik kelompok. Dalam kelompok kecil Re’uwel tersebut berdasarkan karakteristik
kelompok yang dinyatakan Jalanuddin Rahmat dalam Marhaeni 2004 meliputi : Norma dalam kelompok : Norma yang terbentuk bersifat evaluatif
terdiri dari norma khusus kelompok dan norma umum yang universal. Setiap anggota berusaha menaati norma dalam kelompok
bahkan terdapat beberapa norma yang sudah dipahami anggota dengan penuh perhatian dan penuh kesadaran dijadikan norma
pribadi. Adapun norma yang terdapat dalam kelompok kecil Re’uwel
dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas
Hukum adalah jika terlambat konsekuensinya adalah membawa gorengan, memenuhi saat teduh setiap hari, memiliki jam doa
pribadi, tidak mempraktekkan aktifitas contek mencontek saat
Universitas Sumatera Utara
ujian, tidak melakukan titip absen, dan disiplin waktu. Norma- norma tersebut terbentuk berdasarkan pengalaman pribadi setiap
anggota yang kemudian disepakati bersama sebagai pedoman- pedoman dalam mengatur sikap dan perilaku atau perbuatan
anggota kelompok. Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi objek pembanding materi berlandaskan Alkitab yang dipahami
dalam kelompok, dan sebagai bahan perenungan setiap anggota sehingga terciptalah menjadi sebuah norma yang dikemas dalam
program ketaatan. Beberapa norma khusus dalam kelompok tidak dievaluasi lagi berdasarkan kondisi kesibukan setiap anggota dan
kondisi kemandirian rohani setiap anggota. Kepemimpinan : Pemimpin dalam kelompok berperan sebagai
motivator, pemberi perintah, menangani perselisihan di antara anggota kelompok, bertindak sebagai teladan. Gaya kepemimpinan
yang diaplikasikan adalah demokratis dimana pemimpin memberikan pengarahan namun tetap mengijinkan setiap anggota
untuk mengembangkan dan memberi masukan dalam setiap keputusan. Pemimpin kelompok kecil adalah pemimpin yang tegas
namun penuh kasih. Pemimpin secara tegas beorientasi pada tugas sehingga setiap anggota mencapai ketaatannya dengan baik
dikarenakan pemberian saran, opini, dan informasi kepada kelompok. Selain itu, pemimpin juga dengan penuh kasih
berorientasi pada aspek hubungan setiap anggota dengan menciptakan relasi melalui interaksi kelompok. Dalam hal ini,
pemimpin memperhatikan aspek emosional dan interpersonal dari interaksi kelompok. Berusaha menjaga kelompok tetap harmonis dan
berjalan lancar, menjaga perasaan anggota, menggunakan humor untuk meredakan ketegangan dan berusaha memperkuat kepaduan
kelompok.
Universitas Sumatera Utara
Iklim atau suasana kelompok : Bersahabat dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Setiap anggota saling megingatkan satu sama lain.
Konflik : Konflik dalam kelompok cenderung terjadi mengenai pergesekan karakter. Setiap konflik personal yang terjadi dalam
kelompok tidak bersifat jangka panjang sebab pemimpin mengambil peran menangani perselisihan diantara anggota kelompok dan
bertindak sebagai teladan. Untuk mengurangi ketegangan konflik, kategori “dramatisasi” dalam teori analisis interaksi Bales
mengambil peranan penting. Selain itu, dramatisasi juga mempengaruhi kualitas diskusi dalam kelompok.
Ukuran kelompok : Setiap anggota lebih puas dengan kondisi ukuran kelompok dengan 5 anggota dibandingkan dengan formasi 3
anggota. Hal tersebut menurut Slater sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia.
Jaringan komunikasi : Semua anggota dapat berkomunikasi dengan dengan bebas karena sifatnya dialogis dan sirkuler. Pola ini
memberikan kepuasan kelompok yang tertinggi, dimana setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi.
Kohesi kelompok. : Setiap anggota tertarik pada kelompok sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan rohani mereka secara personal
sehingga tingkat kepuasan anggota kelompok tinggi. Hal tersebut membuat setiap anggota merasa terikat kuat dengan kelompoknya.
Dimana kohesifitas kelompok menjadikan setiap anggota makin mudah untuk tunduk pada norma kelompok serta merasa aman dan
terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Kohesi dalam kelompok ini tinggi melihat komunikasi
yang terjadi antaraggota dalam kelompok tinggi sehingga berorientasi positif serta bersifat kooperatif yang pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
mempertahankan dan meningkatkan integrasi kelompok. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian Sri Yolanda yang berjudul
“Komunikasi Kelompok Kecil Murabbi dan Binaannya dalam menanamkan sikap taat Studi Kasus Tentang Peranan Komunikasi
Kelompok Kecil Murrabbi dan Binaanya dalam menanamkan sikap taat pada anggota kelompok Halaqoh Kader Partai Keadilan
Sejahtera. Penelitian ini berfokus pada setiap proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil murabbi Pemimpin Kelompok
dengan binaannya dalam menanamkan sikap taat kepada murabbi
Pemimpin Kelompok. Berdasarkan hasil penelitiannya keterikatan
antara sesama binaan dan murabbi mendukung proses penanaman sikap taat dan pembinaan mereka. Terlihat keterikatan yang sangat
besar antara masing-masing binaan dengan binaan lain dan dengan murabbi dimana keterikatan ini berdasarkan pengakuan murabbi dan
binaan akan terus ada selama mereka hidup.
Berdasarkan uraian proses komunikasi kelompok kecil diatas peneliti sepaham dengan Napier dan Gershenfeld 1987 yang menyatakan anggota
kelompok akan menerima norma apabila : Anggota menginginkan keanggotaan yang kontinyu dalam
kelompok Pentingnya keanggotaan kelompok seseorang semakin tinggi
Kelompok bersifat kohesif, dan para anggota berhubungan sangat
erat, terikat satu sama lain, dan saling tergantung satu sama lain dan kelompok memenuhi kebutuhan mereka
Namun peneliti tidak sepaham dengan poin terakhir beliau yang menyatakan bahwa anggota kelompok akan menerima norma apabila pelanggaran norma
dihukum dengan reaksi yang negatif atau dikucilkan dari kelompok. Berdasarkan hasil penelitian peneliti, setiap anggota menerima norma dengan baik meski tidak
dihukum dengan reaksi dikucilkan dari kelompok, sifat hukuman yang diberikan lebih kepada nasehat serta sindiran-sindiran sehingga setiap anggota lebih
merenungi pelanggarannya.
Universitas Sumatera Utara
Adapun jenis-jenis pesan yang disampaikan anggota dalam kelompok dan dapat mempengaruhi peran dan kepribadian anggota kelompok terdiri dari 12
jenis pesan yang disampaikan oleh Bales dalam analisis proses interaksinya. Dalam kelompok kecil setiap anggota dapat memperlihatkan sikap positif atau
gabungan dengan menjadi ramah, mendramatisasi suka berceritaberbicara atau menyetujui. Sebaliknya, anggota juga dapat menunjukkan sikap negatif dengan
penolakan, memperlihatkan ketegangan, atau menjadi tidak ramah. Dalam kondisi sharing kondisi
setiap anggota dapat menanyakan informasi, menanyakan opini, meminta saran, memberi saran, memberi opini dan memberi informasi.
Melihat setiap jenis pesan yang dibagikan dalam kelompok kecil, maka permasalahan dalam komunikasi kelompok kecil Re’uwel terletak pada
permasalahan komunikasi dan permasalahan pengawasan. Permasalahan komunikasi terjadi dikarekan informan tambahan I dan pemimpin kelompok tidak
berbagi informasi akan permasalahan mereka dengan cukup. Sedangkan untuk permasalahan pengawasan, informan tambahan II dengan semua anggota
kelompok merasa tidak nyaman sehingga informan tambahan II tidak begitu aktif dalam bertanya dan memberikan saran. Hal tersebut menjadikan para informan
tambahan mengalami masalah reintegrasi melalui suasana yang tidak ramah dan bersahabat sehingga tidak mampu membangun kembali kesatuan dan memilih
keluar kelompok. Berdasarkan hasil wawancara peneliti, rasa percaya terhadap setiap bagian kelompok adalah penting dalam setiap pertukaran pesan yang boleh
terjadi dalam kelompok. Rasa percaya tersebut akan memotivasi tindakan positif, jawaban, pertanyaan dan tindakan negatif menjadi seimbang dan tercipta
kesatuan. Dalam wawancara mendalam yang dilakukan dengan satu pemimpin dan
ketiga anggota kelompok kecil Re’uwel diketahui bahwa perubahan sikap yang terjadi dalam diri mereka adalah sebagai hasil interaksi dalam kelompok. Dimana
sikap dapat terbentuk dari hasil belajar dan mengalami perubahan karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Seperti halnya asumsi teori integrasi informasi
dimana kognisi sebagai proses untuk mengetahui, memahami, dan mempelajari sesuatu merupakan suatu sistem interaksi yang mana informasi memiliki potensi
memengaruhi kepercayaan atau sikap individu.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok Re’uwel sebagai kelompok primer keagamaan bertujuan untuk memperkenalkan Tuhan Yesus Kristus dalam iman dan pengetahuan sehingga
setiap anggota memiliki karakter seorang murid Kristus yang memegang teguh Firman Tuhan menaati setiap norma yang berlaku dalam kelompok. Untuk
menanamkan sikap taat tersebut setiap anggota secara kognitif diberikan pemahaman akan Firman Tuhan. Melalui setiap aktivitas pertukaran pesan dalam
kelompok meliputi pertemuan mingguan bernyanyi, berdoa, pembahasan materi, dan sharing kondisi, jam doa setiap bulan dan misi setiap anggota dapat
mengetahui, memahami, dan memperlajari Firman Tuhan. Sehingga informasi tersebut berpotensi mempengaruhi sikap setiap anggota untuk memiliki karakter
seorang murid Kristus dan menaati setiap norma kelompok. Perubahan sikap anggota juga dipengaruhi oleh valen dan bobot informasi
yang diterima. Melalui pembahasan materi dan sharing kondisi arah informasi yang diterima anggota mengenai norma dalam kelompok adalah memiliki valensi
positif dan tidak bertentangan dengan kepercayaan. Selain valen, bobot informasi yang diterima setiap anggota akan norma dalam kelompok mendukung informasi
tersebut menjadi kredibel dan benar adanya. Dimana semakin tinggi bobot informasi yang diterima maka semakin besar pengaruhnya terhadap keyakinan
kita. Berdasarkan hasil wawancara peneliti, setiap informan menanamkan sikap taat secara Internalisasi. Dimana informan menerima pengaruh dan bersedia
bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang di anut berdasarkan Alkitab.
Dalam hal ini, maka isi dan hakikatnya sikap yang diterima itu sendiri dianggap oleh informan sebagai memuaskan. Sikap sedemikian itulah yang biasanya tidak
mudah untuk berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Memahami hasil pengamatan komunikasi kelompok kecil Re’uwel dalam menanamkan sikap taat ini, peneliti menemukan beberapa kesimpulan
diantaranya: 1.
Norma-norma dalam kelompok kecil Re’uwel dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara
Unit Pelayanan Fakultas Hukum adalah jika terlambat konsekuensinya adalah membawa gorengan, memenuhi saat teduh setiap hari, memiliki
jam doa pribadi, tidak mempraktekkan aktifitas contek mencontek saat ujian, tidak melakukan titip absen, dan disiplin waktu. Norma-norma
tersebut terbentuk berdasarkan pengalaman pribadi setiap anggota yang kemudian disepakati bersama sebagai pedoman-pedoman dalam mengatur
sikap dan perilaku atau perbuatan anggota kelompok. Pengalaman- pengalaman tersebut menjadi objek pembanding materi berlandaskan
Alkitab yang dipahami dalam kelompok, dan sebagai bahan perenungan setiap anggota sehingga terciptalah menjadi sebuah norma yang dikemas
dalam program ketaatan.
2. Perubahan sikap yang terjadi dalam diri setiap anggota adalah sebagai
hasil interaksi dalam kelompok. Untuk menanamkan sikap taat tersebut setiap anggota secara kognitif diberikan pemahaman akan Firman Tuhan.
Melalui setiap aktivitas pertukaran pesan dalam kelompok meliputi pertemuan mingguan bernyanyi, berdoa, pembahasan materi, dan sharing
kondisi, jam doa setiap bulan dan misi setiap anggota dapat mengetahui, memahami, dan memperlajari Firman Tuhan. Sehingga informasi tersebut
berpotensi mempengaruhi sikap setiap anggota untuk memiliki karakter seorang murid Kristus dan menaati setiap norma kelompok.
Universitas Sumatera Utara