dalam rangka pembiayaan kegiatan operasionalnya yang semakin meluas guna mencapai tujuannya. Dengan nilai IC yang terus
meningkat akan berpeluang menurunkan nilai EVA karena perusahaan yang terus mengembangkan usahanya membutuhkan struktur
pemodalan yang tinggi sehingga COC sebagai komponen pengurang EVA pun meningkat. Sementara itu, WACC tertinggi yang merupakan
komponen COC adalah tahun 2003, hal ini dikarenakan nilai β yang
negative, menggambarkan kurang sensitifnya return asset saham perusahaan terhadap pergerakan dari return pasar Indeks Harga
Saham GabunganIHSG dan cenderung bergerak berlawanan terhadap return
pasar. Dan setelah nilai β dikalikan dengan market risk premium
yang negative akan meningkatkan Ke-nya. Ke tertinggi berada pada posisi 121,65 persen sehingga biaya modalnya pun meningkat, bahkan
paling tinggi. Sementara itu WACC terrendah terjadi pada tahun 2005, hal ini disebabkan nilai
β yang bernilai lebih dari 1, menggambarkan pergerakan harga sekuritas perusahaan yang lebih tinggi dari pada
pergerakan harga pasar. Dengan sedikit pergerakan dari return portfolio pasar akan berpengaruh lebih besar terhadap return sekuritas
perusahaan. Dengan β yang tinggi dan market risk premium yang
negatif, berarti risiko pasar dalam suatu aset perusahaan tidak lebih besar dari risk free-nya, sehingga Ke yang terbentuk pun menurun.
Dalam WACC, selain faktor ekuitas, melibatkan pula struktur hutang, biaya hutang terbesar terdapat pada tahun 2003, jadi hal ini memang
membuktikan bahwa COC terbesar terjadi pada tahun tersebut dengan komposisi Ke dan Kd terbesar pada periode penelitian, sehingga
WACC yang terbentuk pun meningkat yang mengakibatkan peningkatan biaya modal perusahaan.
4.2.3. Market Value Added MVA
Market Value Added MVA menunjukkan kinerja pasar dari
suatu perusahaan, metode pengukuran ini dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan atas modal yang dimiliki
investor karena melibatkan harga saham sebagai komponen utamanya.
Harga saham mencerminkan kekuatan interaksi antara banyak pembeli dan penjual, selain itu munculnya informasi baru mengenai perusahaan
akan membuat permintaan dan penawaran berubah dan akan menghasilkan nilai pasar juga berubah. Informasi tersebut salah
satunya adalah mengenai kinerja yang berkaitan dengan perusahaan. Pengaruh kinerja ini terkait dengan kegiatan atau aktivitas perusahaan
dalam menghasikan keuntungan atau laba. Semakin tinggi laba, harga saham pun akan bereaksi positif. Semakin positif nilai MVA,
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik, karena telah berhasil melakukan penambahan niali atas modal yang
dipercayakan investor kepada perusahaan wealth creator. Tabel 12. Nilai Market Value Added MVA Bank Danamon
Market Value Added MVA dalam jutaan rupiah
Periode 2003 2004 2005 2006
Maret 1.635.479 6.525.020
14.928.484 14.530.417
Juni 2.498.094 6.370.647
16.370.189 11.349.636
September 2.885.633 9.951.867 11.380.414 17.063.866 Desember 3.014.953 13.449.163
14.552.006 23.589.595
Sumber : Laporan Keuangan dan Data Saham Bank Danamon diolah Secara umum, selama periode penelitian 2003 sampai 2006,
MVA Bank Danamon terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 32,98 persen. Pada tahun 2003, nilai MVA yang terbentuk positif, hal
ini menandakan perusahaan telah berhasil dalam memelihara kepercayaan investor atas modal yang diberikan dengan menciptakan
nilai tambah bagi investornya. Harga saham yang terus mengalami peningkatan membuat nilai MVA terus meningkat, walaupun nilai
ekuitas terus meningkat, namun nilai pasarnya masih lebih besar dari ekuitasnya, sehingga nilai MVA positif.
Memasuki tahun 2004, nilai MVA yang dicapai perusahaan pun meningkat signifikan, pada triwulan I terjadi peningkatan sebesar
298,97 persen dibandingkan triwulan I tahun 2003. Namun terjadi penurunan nilai MVA pada triwulan II 2004 hal ini dikarenakan
peningkatan ekuitas yang lebih besar dari peningkatan harga
sahamnya, sehingga mempengaruhi nilai MVA menjadi menurun. Tetapi, nilai ini masih lebih besar dibandingkan triwulan II tahun 2003,
dan secara keseluruhan kinerja MVA perusahaan pada tahun 2004 adalah baik.
Pada tahun 2005, terjadi penambahan jumlah saham yang beredar sebanyak 13.928.000 lembar, dan nilai MVA terus mengalami
kenaikan, namun terjadi penurunan MVA pada triwulan III-nya, hal ini disebabkan penurunan harga saham perusahaan dari Rp 5.050 per
lembar Juni 2005 menjadi Rp 4.025 per lembar September 2005, penurunan ini mengakibatkan nilai pasar perusahaan turun sehingga
memicu penurunan nilai MVA. Memasuki tahun 2006 perusahaan melakukan penambahan
jumlah saham yang beredar sebanyak 21.778.000 lembar dari tahun 2005, hal ini mengindikasikan perusahaan menghimpun permodalan
melalui saham baru yang beredar, dan nilai MVA yang terbentuk pun cenderung mengalami kenaikan hanya terjadi penurunan pada triwulan
II yang disebabkan menurunnya harga saham sehingga nilai pasar perusahaan turun dari Rp 4.800 menjadi Rp 3.975 dan ini
menyebabkan menurunnya nilai MVA perusahaan. Jumlah saham Bank Danamon yang beredar pada tahun 2005
dan 2006 mengalami peningkatan, hal ini menandakan terjadinya penambahan modal sendiri untuk membantu pelaksanaan kegiatan
operasional perusahaan dan perluasan kegiatan usaha yang akan dijalankan. Harga saham terus mengalami peningkatan di tiap periode,
namun terjadi penurunan di tahun 2005 dan 2006 pada masing-masing triwulan III dan II. Penurunan terbesar terjadi pada triwulan II 2006
sebesar 30,66 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya, melemahnya harga saham dikarenakan berkurangnya aktivitas
interaksi antara penawaran dan permintaan saham Bank Danamon sehingga memicu penurunan harga sahamnya. Sementara itu,
peningkatan terbesar terjadi pada Desember 2006, sebesar 62,10 persen dari tahun sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi
peningkatan aktivitas interkasi antara permintaan dan penawaran saham Bank Danamon sehingga membentuk harga ekuilibrium baru
yang lebih tinggi.
4.3. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added EVA