Analisis pengaruh rasio keuangan dan economic value added (EVA) terhadap market value added (MVA) (Studi Kasus PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk)

(1)

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN

DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP

MARKET VALUE ADDED (MVA)

(STUDI KASUS PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk)

Oleh

SITI PASUS IS PREHATININGSIH

H24103056

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Siti Pasus Is Prehatiningsih. H24103056. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA) (Studi Kasus PT. Bank Danamon Indonesia (Persero), Tbk). Dibawah bimbingan Beatrice Mantoroadi.

Pemulihan kondisi perbankan Indonesia menunjukkan kinerja yang mulai membaik. Salah satu bank di Indonesia yang mengalami peningkatan kinerja yang signifikan adalah PT. Bank Danamon Indonesia (Persero), Tbk atau lebih dikenal Bank Danamon. Kondisi ini terlihat dari kinerja rasio keuangannya. Pada tahun 2005 terjadi penurunan Return On Equity (ROE) sebesar 10,98 persen dari tahun 2004. Tingkat ROE ini masih berada dibawah BCA dan BRI. Hal ini menandakan bahwa peningkatan modal rata-rata yang dipakai lebih besar daripada peningkatan labanya. Kondisi ini mencerminkan kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai kekayaan bagi investornya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai perusahaan di mata investor. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan dapat memberikan suatu pengukuran terhadap kinerja perusahaan, untuk menilai kinerja perusahaan, umumnya digunakan metode pengukuran berbasis laba yaitu Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA) dan Earning Per Share (EPS). Namun pengukuran secara tradisional tersebut belum cukup untuk memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Konsep yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Selain itu perlu dilakukan analisis pengaruh antara Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA). Hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan mengenai komponen kinerja manakah yang dapat mempengaruhi dan mencerminkan nilai MVA sehingga dapat dikelola dengan baik agar menghasilkan kinerja yang lebih baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan menurut metode EVA dan MVA serta menganalisis kekuatan hubungan antara rasio keuangan dan EVA terhadap MVA, dan menganalisis tolok ukur mana yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap MVA.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengajuan pertanyaan secara tertulis kepada pihak Bank Danamon. Data sekunder bersumber dari laporan tertulis dan dokumen perusahaan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode rasio keuangan, EVA, MVA dan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 13 yaitu uji Korelasi Pearson dan Regresi Linear Berganda.

Hasil yang diperoleh menunjukkan secara keseluruhan kinerja Economic Value Added (EVA) Bank Danamon adalah baik, karena sebagian besar nilainya adalah positif yang berarti perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis bagi investornya dan cenderung mengalami peningkatan. Tetapi terdapat periode yang berada pada posisi negatif yaitu Maret 2003 dan Maret 2005 yaitu sebesar Rp -1,194,634 dan Rp -153,387 (dalam jutaan). Lalu untuk nilai EVA terbesar terjadi pada periode Desember 2005 yaitu sebesar Rp 5.516.279 (dalam jutaan).

Nilai Market Value Added (MVA) yang dicapai Bank Danamon secara keseluruhan adalah positif, hal ini membuktikan bahwa perusahaan sudah berhasil menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya dan memiliki rata-rata di tiap


(3)

periodenya adalah Rp 11.139.697,53 (dalam jutaan). Namun, memasuki tahun 2005 dan 2006 nilai MVA perusahaan mengalami fluktuasi karena kondisi makro ekonomi yang kurang stabil, sehingga mempengaruhi harga saham perusahaan.

Dari pengujian regresi berganda, didapat hasil bahwa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan MVA adalah EVA, ROE dan ROA. EVA dan ROA memiliki pengaruh yang positif terhadap MVA sedangkan ROE memiliki pengaruh yang negatif terhadap perubahan MVA perusahaan. Variabel independen tersebut dapat menjelaskan perubahan MVA sebesar 70,6 persen. Sedangkan untuk uji kekuatan korelasi antara rasio keuangan (ROE, ROA, EPS) dan EVA terhadap MVA masing-masing memiliki kekuatan sebesar EVA 0,637, ROE -0,351, EPS 0,249 dan ROA -0,178 terhadap MVA.


(4)

(STUDI KASUS PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SITI PASUS IS PREHATININGSIH H24103056

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA)

(STUDI KASUS PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SITI PASUS IS PREHATININGSIH H24103056

Menyetujui, Juni 2007

Beatrice Mantoroadi, SE.Ak, M.M. Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc. Ketua Departemen


(6)

iii

Penulis bernama Siti Pasus Is Prehatiningsih, dilahirkan di Kendal 8 Februari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Djuhroni dan Djuwariyah.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Semeru I Bogor pada tahun 1991 sampai dengan 1997, Sekolah Lanjutan Pertama Negeri 4 Bogor tahun 1997 sampai dengan 2000, lalu dilanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor pada tahun 2000 sampai dengan 2003. Lalu penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan USMI.

Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi Rohis Manajemen angkatan 40 menjabat di direktorat PPSDM, kepanitiaan acara seminar Banking Goes To Campus yaitu salah satu rangkaian acara rutin tahunan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Penulis menjabat sebagai seksi Hubungan Masyarakat (Humas). Penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan seminar dan juga pelatihan.


(7)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, karunia, serta pertolongan-Nya sehingga penyusunan penelitian skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Kinerja keuangan adalah salah satu hal terpenting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dalam melakukan penilaian kinerja perusahaan, yang paling umum digunakan adalah pengukuran tradisional berupa rasio keuangan, namun seiring berkembangnya dunia perbankan membuat penggunaan pengukuran tradisional saja belum cukup untuk dapat menilai kinerja perusahaan, sehingga muncul konsep penilaian baru yang berdasarkan nilai. Seiring dengan status go public yang telah dijalani PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk diperlukan penggunaan pengukuran yang dapat menilai kesejahteraan investor atas modal yang telah diinvestasikan kepada perusahaan dan pengukuran tersebut adalah pengukuran yang berbasiskan nilai yang termasuk EVA dan MVA. Dengan penggunaan metode tersebut, perusahaan dapat mengaplikasikannya untuk memilih kegiatan investasi atau proyek yang dapat menguntungkan bagi perusahaan dan investor.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas segala kemudahan, rahmat, hidayat, dan pertolongan-Nya. 2. Kedua orang tuaku (bapak dan ibu), dan adikku Isnain (Bownetto), dan

seluruh keluarga besar, Mba Yul, Mba Nur, Mba Warsih yang selalu memberikan doa restu, semangat dan kasih sayang kepada penulis.

3. Beatrice Mantoroadi, Se.Ak, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing, memberi motivasi, ilmu, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

v

memberikan masukan, saran dan kritik sebagai penyempurnaan skripsi ini. 5. DR. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen. 6. Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pengajar keuangan dan seluruh staf dosen

pengajar Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu, saran dan pengarahan.

7. Ibu Rini Sundari selaku Public Affair Bank Danamon dan Bapak Sendang sebagai Investor Relation yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dan atas kesediannya meluangkan waktunya untuk wawancara dan memberikan informasi kepada penulis.

8. Pak Anan dan Ibu Mila dari pihak Bursa Efek Surabaya (BES) atas kesediaannya memberikan kelancaran dalam permohonan pengambilan data. 9. Pak Acep, Mba Dina, Mas Hadi, Mas Yadi, Mas Dedy, Mas Iwan dan seluruh

staf Departemen Manajemen yang telah membantu kelancaran administratif dan fasilitas.

10.Rekan satu bimbingan (Ranty, Amellia, Nora, Sri W. dan Kartika) untuk kerjasama dan motivasi selama bimbingan dan konsultasi skripsi.

11.Sahabat-sahabat terbaik (Luh Rahmi”Amiko”, Whina”Mboe”, Etty, S. Hanifah”Ipeh”, Ulfa, Yayuk, Else, Rinrin, Sevlina”Nela”, Cornelia”Uci”, Reny”Septic”, Yuli. A, Gita, Ari. K, Sylva, Dian SMS, Dyah, Dyan Schume, Prita, Ruslan, Aldhika, Adit, Yan. R, Irwan“Jonkey”, Syaiful”Ipul” 41 ) untuk keceriaan dan kebersamaannya selama ini, dan rekan-rekan Manajemen 40 untuk persahabatan selama 4 tahun di masa perkuliahan.

12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu selama penyusunan skripsi ini.


(9)

vi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan bahan perbaikan dalam penulisan yang lebih baik lagi.

Bogor, Juni 2007


(10)

vii

Halaman ABSTRAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank ... 9

2.2. Pengertian Kinerja Keuangan ... 9

2.3. Pengertian Laporan Keuangan ... 10

2.4. Konsep Rasio Keuangan ... 12

2.5. Konsep Economic Value Added (EVA) ……….. 15

2.6. Konsep Market Value Added (MVA) ……… 24

2.7. Penelitian Terdahulu ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 28

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.3.1. Rasio Keuangan ... 31

3.3.2. Metode Economic Value Added (EVA) ……… 32

3.3.3. Metode Market Value Added (MVA) ... 35

3.3.4. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan EVA terhadap MVA ... 36


(11)

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN

DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP

MARKET VALUE ADDED (MVA)

(STUDI KASUS PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk)

Oleh

SITI PASUS IS PREHATININGSIH

H24103056

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Siti Pasus Is Prehatiningsih. H24103056. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA) (Studi Kasus PT. Bank Danamon Indonesia (Persero), Tbk). Dibawah bimbingan Beatrice Mantoroadi.

Pemulihan kondisi perbankan Indonesia menunjukkan kinerja yang mulai membaik. Salah satu bank di Indonesia yang mengalami peningkatan kinerja yang signifikan adalah PT. Bank Danamon Indonesia (Persero), Tbk atau lebih dikenal Bank Danamon. Kondisi ini terlihat dari kinerja rasio keuangannya. Pada tahun 2005 terjadi penurunan Return On Equity (ROE) sebesar 10,98 persen dari tahun 2004. Tingkat ROE ini masih berada dibawah BCA dan BRI. Hal ini menandakan bahwa peningkatan modal rata-rata yang dipakai lebih besar daripada peningkatan labanya. Kondisi ini mencerminkan kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai kekayaan bagi investornya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai perusahaan di mata investor. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan dapat memberikan suatu pengukuran terhadap kinerja perusahaan, untuk menilai kinerja perusahaan, umumnya digunakan metode pengukuran berbasis laba yaitu Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA) dan Earning Per Share (EPS). Namun pengukuran secara tradisional tersebut belum cukup untuk memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Konsep yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Selain itu perlu dilakukan analisis pengaruh antara Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA). Hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan mengenai komponen kinerja manakah yang dapat mempengaruhi dan mencerminkan nilai MVA sehingga dapat dikelola dengan baik agar menghasilkan kinerja yang lebih baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan menurut metode EVA dan MVA serta menganalisis kekuatan hubungan antara rasio keuangan dan EVA terhadap MVA, dan menganalisis tolok ukur mana yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap MVA.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengajuan pertanyaan secara tertulis kepada pihak Bank Danamon. Data sekunder bersumber dari laporan tertulis dan dokumen perusahaan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode rasio keuangan, EVA, MVA dan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 13 yaitu uji Korelasi Pearson dan Regresi Linear Berganda.

Hasil yang diperoleh menunjukkan secara keseluruhan kinerja Economic Value Added (EVA) Bank Danamon adalah baik, karena sebagian besar nilainya adalah positif yang berarti perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis bagi investornya dan cenderung mengalami peningkatan. Tetapi terdapat periode yang berada pada posisi negatif yaitu Maret 2003 dan Maret 2005 yaitu sebesar Rp -1,194,634 dan Rp -153,387 (dalam jutaan). Lalu untuk nilai EVA terbesar terjadi pada periode Desember 2005 yaitu sebesar Rp 5.516.279 (dalam jutaan).

Nilai Market Value Added (MVA) yang dicapai Bank Danamon secara keseluruhan adalah positif, hal ini membuktikan bahwa perusahaan sudah berhasil menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya dan memiliki rata-rata di tiap


(13)

periodenya adalah Rp 11.139.697,53 (dalam jutaan). Namun, memasuki tahun 2005 dan 2006 nilai MVA perusahaan mengalami fluktuasi karena kondisi makro ekonomi yang kurang stabil, sehingga mempengaruhi harga saham perusahaan.

Dari pengujian regresi berganda, didapat hasil bahwa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan MVA adalah EVA, ROE dan ROA. EVA dan ROA memiliki pengaruh yang positif terhadap MVA sedangkan ROE memiliki pengaruh yang negatif terhadap perubahan MVA perusahaan. Variabel independen tersebut dapat menjelaskan perubahan MVA sebesar 70,6 persen. Sedangkan untuk uji kekuatan korelasi antara rasio keuangan (ROE, ROA, EPS) dan EVA terhadap MVA masing-masing memiliki kekuatan sebesar EVA 0,637, ROE -0,351, EPS 0,249 dan ROA -0,178 terhadap MVA.


(14)

(STUDI KASUS PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SITI PASUS IS PREHATININGSIH H24103056

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA)

(STUDI KASUS PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SITI PASUS IS PREHATININGSIH H24103056

Menyetujui, Juni 2007

Beatrice Mantoroadi, SE.Ak, M.M. Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc. Ketua Departemen


(16)

iii

Penulis bernama Siti Pasus Is Prehatiningsih, dilahirkan di Kendal 8 Februari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Djuhroni dan Djuwariyah.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Semeru I Bogor pada tahun 1991 sampai dengan 1997, Sekolah Lanjutan Pertama Negeri 4 Bogor tahun 1997 sampai dengan 2000, lalu dilanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor pada tahun 2000 sampai dengan 2003. Lalu penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan USMI.

Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi Rohis Manajemen angkatan 40 menjabat di direktorat PPSDM, kepanitiaan acara seminar Banking Goes To Campus yaitu salah satu rangkaian acara rutin tahunan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Penulis menjabat sebagai seksi Hubungan Masyarakat (Humas). Penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan seminar dan juga pelatihan.


(17)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, karunia, serta pertolongan-Nya sehingga penyusunan penelitian skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Kinerja keuangan adalah salah satu hal terpenting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dalam melakukan penilaian kinerja perusahaan, yang paling umum digunakan adalah pengukuran tradisional berupa rasio keuangan, namun seiring berkembangnya dunia perbankan membuat penggunaan pengukuran tradisional saja belum cukup untuk dapat menilai kinerja perusahaan, sehingga muncul konsep penilaian baru yang berdasarkan nilai. Seiring dengan status go public yang telah dijalani PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk diperlukan penggunaan pengukuran yang dapat menilai kesejahteraan investor atas modal yang telah diinvestasikan kepada perusahaan dan pengukuran tersebut adalah pengukuran yang berbasiskan nilai yang termasuk EVA dan MVA. Dengan penggunaan metode tersebut, perusahaan dapat mengaplikasikannya untuk memilih kegiatan investasi atau proyek yang dapat menguntungkan bagi perusahaan dan investor.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas segala kemudahan, rahmat, hidayat, dan pertolongan-Nya. 2. Kedua orang tuaku (bapak dan ibu), dan adikku Isnain (Bownetto), dan

seluruh keluarga besar, Mba Yul, Mba Nur, Mba Warsih yang selalu memberikan doa restu, semangat dan kasih sayang kepada penulis.

3. Beatrice Mantoroadi, Se.Ak, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing, memberi motivasi, ilmu, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(18)

v

memberikan masukan, saran dan kritik sebagai penyempurnaan skripsi ini. 5. DR. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen. 6. Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pengajar keuangan dan seluruh staf dosen

pengajar Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu, saran dan pengarahan.

7. Ibu Rini Sundari selaku Public Affair Bank Danamon dan Bapak Sendang sebagai Investor Relation yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dan atas kesediannya meluangkan waktunya untuk wawancara dan memberikan informasi kepada penulis.

8. Pak Anan dan Ibu Mila dari pihak Bursa Efek Surabaya (BES) atas kesediaannya memberikan kelancaran dalam permohonan pengambilan data. 9. Pak Acep, Mba Dina, Mas Hadi, Mas Yadi, Mas Dedy, Mas Iwan dan seluruh

staf Departemen Manajemen yang telah membantu kelancaran administratif dan fasilitas.

10.Rekan satu bimbingan (Ranty, Amellia, Nora, Sri W. dan Kartika) untuk kerjasama dan motivasi selama bimbingan dan konsultasi skripsi.

11.Sahabat-sahabat terbaik (Luh Rahmi”Amiko”, Whina”Mboe”, Etty, S. Hanifah”Ipeh”, Ulfa, Yayuk, Else, Rinrin, Sevlina”Nela”, Cornelia”Uci”, Reny”Septic”, Yuli. A, Gita, Ari. K, Sylva, Dian SMS, Dyah, Dyan Schume, Prita, Ruslan, Aldhika, Adit, Yan. R, Irwan“Jonkey”, Syaiful”Ipul” 41 ) untuk keceriaan dan kebersamaannya selama ini, dan rekan-rekan Manajemen 40 untuk persahabatan selama 4 tahun di masa perkuliahan.

12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu selama penyusunan skripsi ini.


(19)

vi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan bahan perbaikan dalam penulisan yang lebih baik lagi.

Bogor, Juni 2007


(20)

vii

Halaman ABSTRAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank ... 9

2.2. Pengertian Kinerja Keuangan ... 9

2.3. Pengertian Laporan Keuangan ... 10

2.4. Konsep Rasio Keuangan ... 12

2.5. Konsep Economic Value Added (EVA) ……….. 15

2.6. Konsep Market Value Added (MVA) ……… 24

2.7. Penelitian Terdahulu ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 28

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.3.1. Rasio Keuangan ... 31

3.3.2. Metode Economic Value Added (EVA) ……… 32

3.3.3. Metode Market Value Added (MVA) ... 35

3.3.4. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan EVA terhadap MVA ... 36


(21)

viii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum... 41

4.1.1. Sejarah Perusahaan... 41

4.1.2. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan ... 46

4.1.3. Struktur Organisasi ... 48

4.1.4. Kegiatan Usaha ... 48

4.2. Kinerja Keuangan ... 50

4.2.1. Rasio Keuangan ... 50

1. Return On Equity (ROE) ... 50

2. Return On Assets (ROA) ... 53

3. Earning Per Shares (EPS)………. 55

4.2.2. Economic Value Added (EVA) ………. 57

4.2.3. Market Value Added (MVA) ………. 62

4.3. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan EVA Terhadap MVA... 65

4.4. Pos-pos Keuangan yang Mempengaruhi Rasio Keuangan, EVA dan MVA ……….. 72

KESIMPULAN DAN SARAN ………... 74

1. Kesimpulan ... 74

2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(22)

ix

No. Halaman 1. Perkembangan indikator utama perbankan 2006 ... 2 2. Pertumbuhan dana menurut jenisnya ... 2 3. Perkembangan rasio utama perbankan (%) ……… 3 4. Financial performance of the top 10 banks

in Indonesia, 2003 – 2004 ……….... 4 5. Rating 131 bank di Indonesia per Desember 2004-2005... 5 6. Langkah perhitungan EVA... 33 7. Langkah perhitungan MVA... 36 8. Pencapaian Return On Equity (ROE) Bank Danamon

Tahun 2003 sampai 2006 ... 51 9. Pencapaian Return On Assets (ROA) Bank Danamon

Tahun 2003 sampai 2006 ... 54 10. Pencapaian Earning Per Share (EPS) Bank Danamon

Tahun 2003 sampai 2006 ... 56 11. Nilai Economic Value Added (EVA) Bank Danamon ... 58 12. Nilai Market Value Added (MVA) Bank Danamon ... 63 13. Uji normalitas data melalui Kolmogorv-Smirnov ………. 66 14. Persamaan regresi berganda rasio keuangan dan EVA

terhadap MVA ……….. 67


(23)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Bagan kerangka pemikiran konseptual penelitian... 30 2. Logo PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk ... 45


(24)

xi

No. Halaman 1. Laporan neraca Bank Danamon 2003-2006 ... 79 2. Laporan laba rugi Bank Danamon 2003-2006 ... 83 3. Daftar harga saham Bank Danamon 2003-2006 ... 85 4. Daftar Indeks Harga Saham Gabungan 2003-2006... 85 4. Daftar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ... 86 5. Nilai rasio keuangan, Economic Value Added (EVA) dan

Market Value Added (MVA)……… 86 6. Output regresi berganda rasio keuangan dan EVA

terhadap MVA ………. 87

7. Output regresi berganda rasio keuangan dan EVA terhadap MVA


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis multidimensi yang terjadi pada tahun 1998 membawa dampak buruk terhadap kondisi perbankan Indonesia. Hal ini terjadi karena banyaknya perusahaan yang collapse sehingga membuat mereka sulit untuk melunasi pinjaman terhadap bank, sehingga kerugian besar diderita oleh banyak bank di Indonesia. Akibat dari kerugian yang terus menerus diderita bank dan memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang jauh dibawah 8 persen, seperti yang sudah ditetapkan Bank for International Settlement (BIS), maka pemerintah menilai bank-bank yang bersangkutan kurang sehat dan tidak sehat (Dendawijaya, 2000). Sehingga, penilaian akhir membawa tiga puluh dua bank dicabut izin usahanya pada pertengahan tahun 1998 (Dendawijaya, 2000). Kondisi ini membawa perbankan Indonesia mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat dan mereka melakukan rush terhadap dana yang disimpan dalam bank dan mengakibatkan dana yang beredar di masyarakat dalam tingkat tinggi sehingga menimbulkan inflasi yang parah.

Tingkat inflasi tertinggi berada pada level 77,63 persen pada periode Desember 1998, hal ini terjadi pula karena masa transisi penerapan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang tinggi. Langkah yang diambil pemerintah untuk mengendalikan keadaan agar inflasi berada pada tingkat normal adalah dengan memainkan tingkat suku bunga SBI, hal ini dimaksudkan agar menarik kelebihan dana yang ada di masyarakat, kondisi tingkat suku bunga SBI tertinggi berada pada level 70,44 persen periode Agustus 1998. Dan pada akhirnya, kebijakan pemerintah tersebut menghasilkan perubahan yang positif dengan menurunnya tingkat inflasi di Indonesia pada bulan Maret 1999 mencapai tingkat normal yaitu 4,08 persen.

Perkembangan pemulihan kondisi perbankan Indonesia menunjukkan kondisi yang membaik, hal ini ditandai dengan kenaikan aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit. Tabel 1 adalah tabel perkembangan perbankan menurut indikator utamanya.


(26)

Tabel 1. Perkembangan indikator utama perbankan 2006 (dalam Rp. trilyun)

Indikator Utama 2002 2003 2004 2005 2006*

Asset 1.112,2 1.213,5 1.272,1 1.469,8 1.605,2

DPK 835,8 888,6 963,1 1.127,9 1.233,6

Kredit 371,1 440,5 559,5 695,6 755

*

Sampai Oktober 2006

Keterangan : Statistik Perbankan Indonesia

Sumber : Economic Review No. 206 Desember 2006

Dengan tingkat pemberian kredit yang terus meningkat diharapkan perbankan Indonesia dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi sebagai penggerak sektor riil agar Loan to Deposit Ratio (LDR) yang pada tahun 2006 sebesar 61 persen dapat mencapai lebih besar dari 80 persen seperti yang diharapkan.

Tabel 2. Pertumbuhan dana menurut jenisnya (dalam Rp. trilyun)

Jenis Dana 2002 2003 2004 2005 2006*

Giro 6,14 11,09 12,72 14,52 21,14

Deposito 1,43 -3,89 -1,83 34,21 15,04

Tabungan 12,03 25,02 22,61 -5,03 9,56

Total Dana 4,82 6,32 8,39 17,11 15,18

*

Sampai Oktober 2006

Keterangan : Statistik Perbankan Indonesia

Sumber : Economic Review No. 206 Desember 2006

Per Oktober 2006, terdapat perbaikan struktur DPK di mana porsi giro (dana murah) mulai meningkat sedangkan porsi deposito berjangka (dana mahal) mulai menurun. Hal ini makin menyehatkan struktur dana perbankan karena akan menekan biaya dana. Sedangkan jika dilihat berdasarkan rasio utama perbankan, kondisi perbankan Indonesia saat ini pun sudah menunjukkan kecenderungan membaik, hal ini dapat dilihat dari tabel 3.


(27)

3

Tabel 3. Perkembangan rasio utama perbankan (%)

Rasio 2002 2003 2004 2005 2006*

ROA 1,96 2,63 3,46 2,55 2,58 CAR 22,44 19,43 19,42 19,30 20,82

NPL gross 7,50 6,78 4,5 7,56 8,25

NPL net 2,21 3,0 1,7 4,8 Na

BOPO 94,76 88,10 76,64 89,5 87,74 LDR 38,24 43,52 49,95 59,66 61,2 NIM 4,14 4,64 5,88 5,63 5,79

*

Sampai Oktober 2006

Keterangan : Statistik Perbankan Indonesia

Sumber : Economic Review No. 206 Desember 2006

Selain kecenderungan yang mengarah pada kondisi yang membaik, terdapat pula indikator perbankan yaitu laba sebelum pajak yang mengalami tekanan pada pertengahan tahun 2005 (periode Juni) dan membukukan laba tersebut pada tingkat Rp. 15,77 trilyun, padahal laba akhir tahun 2004 sebesar Rp. 41,09 trilyun. Sehubungan dengan hal itu, pengukuran terhadap kondisi keuangan bank merupakan pertimbangan utama bagi penilaian bagus tidaknya kinerja suatu bank, karena seperti kita ketahui bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang menitikberatkan pada pengelolaan jasa keuangan.

Salah satu bank di Indonesia yang mengalami peningkatan kinerja yang signifikan adalah PT. Bank Danamon Indonesia (Persero), Tbk atau lebih dikenal dengan Bank Danamon. Dalam perkembangannya, Bank Danamon selalu berusaha meningkatkan kinerjanya, terutama kinerja keuangannya, hal ini dapat dilihat dari financial performance-nya. Menurut InfoBank, pada tahun 2003 sampai 2004, Bank Danamon menempati peringkat ke-5 besar dalam Financial Performance of the Top 10 Banks in Indonesia, data mengenai kinerja keuangan Bank Danamon dapat dilihat pada tabel 4.


(28)

Tabel 4. Financial performance of the top 10 banks in Indonesia, 2003-2004 Total Assets Return on

Assets Return on Equity Loans– Deposit Ratio Net Interest Margin Bank Rp trilliun

% 2003 2004 2003 2004 2003 2004 2003 2004 Bank

Mandiri

234,7 -9,0 2,4 3,8 29,3 31,6 35,4 46,3 3,0 4,6 BCA 141,7 21,1 2,5 3,1 20,9 31,2 21,7 27,1 5,0 5,2

BNI 128,6 2,6 0,7 2,4 10,6 29,8 43,6 50,8 3,9 5,5

BRI 99,3 8,2 4 5,3 44,9 40,6 58,5 69,1 8,9 11,7 Bank

Danamon

53,1 7,5 2,7 4,2 24,8 35,2 59,2 63,2 4,4 6,7

Bank Internasional

35,1 1,6 0,8 2,5 17,5 41,6 29,3 42,3 1,9 5,3 Bank

Permata

30,5 5,4 1 2 16,7 41,9 36,2 48,7 3,9 5,7

Bank Lippo 27,3 18 0,8 0,8 4,6 25,8 23,7 20,4 4,3 4 Bank Niaga 25,4 17 2,3 3,3 37,2 39,8 64,1 78,7 4,3 6,2

Citibank 24,1 17,5 5,7 5,7 38,9 45,1 58,8 48,5 7,2 13,8 Overall

Banking

1.189,7 7,5 2,3 3,0 16,1 19,7 62,7 72 5,3 7,1 Sumber : Info Bank, No.308, November 2004.

Dari data tabel 4 dapat diketahui bahwa selama perkembangannya dari tahun 2003 sampai 2004, secara keseluruhan Bank Danamon mengalami peningkatan kinerja, dimulai dari Return on Assets (ROA) yang mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen dari posisinya di tahun 2003, Return on Equity (ROE) yang mengalami kenaikan sebesar 10,4 persen dari posisinya di tahun 2003 menjadi 35,2 persen, tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat sebesar 4 persen dari tahun 2003 dan Net Interest Margin (NIM) yang mengalami kenaikan sebesar 2,3 persen dari tahun 2003.

Peningkatan yang terjadi pada Bank Danamon membuktikan bahwa mereka berusaha untuk selalu melakukan peningkatan dan perbaikan kinerja agar mencapai misinya sebagai lembaga keuangan terkemuka di Indonesia. Komitmen mereka untuk menjadi lebih baik lagi di masa mendatang memang terbuktikan, pada periode 2004 sampai 2005 terjadi peningkatan kinerja yang signifikan dimana Bank Danamon menempati peringkat pertama dengan predikat sangat baik menurut InfoBank dalam Rating 131 Bank di Indonesia per Desember 2004-2005. Hal ini didasarkan pada kategori bank nasional


(29)

5

dengan kriteria modal diatas Rp. 10 Trilyun sampai dengan Rp. 50 Trilyun. Data mengenai financial performance Bank Danamon dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5. Rating 131 bank di Indonesia per Desember 2004-2005

Sumber : InfoBank, No.327, Juni 2006

Dari data yang disajikan, terlihat bahwa secara umum kinerja keuangan Bank Danamon mengalami peningkatan. Terjadi kenaikan dari total assets sebesar 27,68 persen di tahun lalu, ROA yang meningkat sebesar 0,28 persen menjadi 4,68 persen, lalu tingkat LDR mengalami kenaikan sebesar 17,62 persen dari posisi 63,2 persen dan akhirnya NIM meningkat sebesar 2,16 persen dari tahun 2004. Namun terdapat salah satu indikator yang belum menunjukkan kinerja menggembirakan yaitu untuk tingkat ROE, Bank Danamon mengalami penurunan dari posisinya di tahun 2004 10,98 persen menjadi 24,22 persen di tahun 2005, jika dibandingkan, ROE Bank Danamon masih dibawah BRI dan BCA. Hal ini menandakan bahwa peningkatan modal yang dipakai lebih besar daripada peningkatan pendapatannya. Kondisi ini dapat pula diartikan sebagai menurunnya kemampuan manajemen dalam pengelolaan modal untuk menciptakan nilai atas modalnya yang berupa pendapatan ataupun laba operasional. Peningkatan modal yang dipakai akan meningkatkan pula biaya ekuitas perusahaan atau penurunan laba yang tercipta dapat mencerminkan kemampuan manajemen dalam menciptakan

Total Assets CAR Return on Assets (ROA) Return on Equity (ROE) Loans– Deposit Ratio (LDR) Net Interest Margin (NIM) Bank

Rp. (juta) % % % % %

Nilai Total

Predikat

Bank Danamon

67.803.454 23,48 4,68 24,22 80,82 8,86 98,04 Sangat Bagus BRI 122.775.579 16,25 5,04 37,92 77,83 12,17 94,73 Sangat

Bagus

BCA 150.180.752 21,66 3,44 28,16 41,78 6,00 90,13 Sangat

Bagus

BNI 147.812.206 16,67 1,61 12,64 54,24 5,35 76,01 Bagus

Bank Mandiri

263.383.348 23,65 0,47 2,76 49,97 3,81 56,43 Cukup


(30)

nilai kekayaan bagi investornya, yang pada akhirnya kondisi ini mencerminkan pula nilai perusahaan di mata investor.

Tujuan suatu perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang sahamnya (investor) dan dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja secara tradisional dapat memberikan suatu pengukuran terhadap keberhasilan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan. Salah satu tolok ukur yang sangat diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah laba perusahaan (earning measures). Rasio keuangan yang umum digunakan investor untuk menilai perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi mereka dapat dilihat dari earning measures yaitu Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), dan Earnings Per Share (EPS). Namun pengukuran kinerja secara tradisional tersebut belum cukup untuk memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Karena dalam aktivitasnya, untuk melakukan pengembangan, perusahaan tentu saja memerlukan jumlah modal dan pinjaman yang besar. Pada pengukuran tradisional tersebut, biaya modal yang menyertai belum diperhitungkan padahal hal tersebut merupakan suatu opportunity cost bagi investor atau penyetor modal, lalu untuk dapat menghasilkan informasi mengenai profitabilitas sesungguhnya, biaya tersebut perlu diperhitungkan, sehingga tingkat kekayaan sebenarnya dan nilai perusahaan yang tercipta dapat diketahui. Sehingga perlu digunakan suatu konsep untuk menghitung nilai kekayaan sebenarnya yang telah dihasilkan terkait modal dan pinjaman yang digunakan, dan nilai perusahaan yang berhasil diciptakan. Konsep yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah konsep laba residu (Economic Value Added/EVA) dan Market Value Added (MVA). Konsep ini dapat menghasilkan informasi mengenai nilai kekayaan dan nilai perusahaan yang bersangkutan.

Berdasarkan latar belakang yang terjadi, maka dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kinerja menurut metode EVA dan MVA, sehingga dengan penggunaan metode EVA dan MVA dapat memberikan gambaran mengenai nilai kekayaan bank sesungguhnya dan nilai perusahaan yang berhasil diciptakan, dari sini akan dapat diketahui apakah Bank Danamon


(31)

7

telah berhasil menciptakan kekayaan atau sebaliknya. Selain itu, dilakukan analisis hubungan dan pengaruhnya antara metode EVA dan rasio laporan keuangan terhadap MVA, agar dapat mengetahui tolok ukur mana yang memiliki pengaruh serta hubungan yang paling signifikan dan dapat menjelaskan perubahan yang terjadi terhadap MVA. Hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan mengenai komponen kinerja keuangan manakah yang paling dekat hubungannya dan dapat mencerminkan nilai MVA sehingga dapat dikelola dengan baik untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi.

1.2. Perumusan Masalah

Dari keterangan diatas maka dapat diketahui bahwa pengukuran kinerja secara tradisional (pengukur akuntansi) belum cukup untuk mengetahui informasi mengenai nilai kekayaan sesunguhnya dan nilai perusahaan yang berhasil diciptakan oleh Bank Danamon. Lalu permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Bagaimana kinerja Bank Danamon, menurut metode Economic Value Added (EVA)?

2.Bagaimana Market Value Added (MVA) Bank Danamon yang terbentuk? 3.Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara EVA dan rasio

keuangan terhadap MVA? 1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kinerja keuangan menurut metode EVA sehingga didapat gambaran mengenai nilai kekayaan yang telah dicapai Bank Danamon Indonesia, agar dapat mempertahankan dan meningkatkan penciptaan nilai kekayaan baik bagi perusahaan maupun shareholders. 2. Untuk mengetahui kinerja keuangan menurut MVA, sehingga didapat

gambaran mengenai nilai perusahaan dari Bank Danamon, agar mampu untuk mencapai lebih baik lagi dan mempertahankan kepercayaan investor.

3. Menganalisis kekuatan hubungan antara metode EVA dan metode rasio keuangan earning measures (ROE, ROA, dan EPS) terhadap MVA, sehingga didapat kesimpulan mengenai seberapa signifikan hubungan


(32)

yang terjadi, juga untuk mengetahui tolok ukur manakah yang dapat menjelaskan perubahan MVA sebagai pengukur nilai perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai sebuah masukan bagi Bank Danamon dalam mengambil keputusan guna memaksimalkan keuntungan dan meningkatkan kinerja, sehingga dapat menciptakan nilai perusahaan yang tinggi untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kepercayaan investor.

2. Sebagai gambaran bagi investor mengenai kinerja keuangan berbasiskan nilai Bank Danamon sehingga dapat dijadikan masukan bagi pengambilan keputusan investasi.

3. Sebagai sumber referensi dan pengembangan yang lebih lanjut bagi penelitian mengenai pengukuran kinerja keuangan menurut metode EVA dan MVA.

4. Sebagai wacana yang dapat menambah pengetahuan penulis mengenai pengukuran kinerja keuangan menurut metode EVA dan MVA serta menganalisis hubungan antara rasio keuangan dan EVA terhadap MVA. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian hanya dilakukan seputar lingkup pengukuran kinerja keuangan berdasarkan EVA, rasio laporan keuangan berupa earning measures (ROE, ROA, dan EPS) serta MVA pada PT. Bank Danamon Indonesia, Persero (Tbk) serta menganalisis bagaimana hubungan yang tercipta antara metode EVA dan metode rasio keuangan terhadap MVA tentang nilai perusahaan. Rasio keuangan yang dipakai dalam penelitian ini hanya ROE, ROA, dan EPS karena rasio ini paling umum digunakan oleh investor dalam menilai kemampuan suatu perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi mereka dan rasio ini dipublikasikan oleh Bank Danamon.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank

Menurut Kasmir (2003), bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Pengertian bank menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 dalam Kasmir (2003) tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Verryn Stuart dalam Dendawijaya (2000), bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral

Jadi, perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan sebagai badan intermediasi yang menghimpun dana (funding), menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit (lending) serta memberi pelayanan jasa keuangan lainnya (service).

2.2. Kinerja Keuangan

Menurut Lesmana dan Surjanto dalam Budiharti (2006) kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut. Pengukuran kinerja perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut menggambarkan kinerja bank selama periode tertentu. Agar laporan dapat


(34)

dibaca sehingga menjadi berarti, maka perlu dianalisis terlebih dahulu. Analisis yang umum dilakukan untuk menilai kinerja bank adalah menggunakan rasio keuangan. Indikator ini sering pula digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Namun, muncul konsep penilaian kinerja baru yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). 2.3. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan bagian penting dari suatu informasi mengenai operasi penting yang dilaporkan dalam bentuk laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas (Keown, 2004). Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan ini biasanya merupakan gabungan dari laporan laba rugi, neraca, dan laporan aliran kas . Dalam industri perbankan sendiri, laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan, laporan ini menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Dalam praktiknya, bank memiliki beberapa jenis laporan keuangan (Kasmir, 2003), yaitu :

1.Neraca

2.Laporan Komitmen dan Kontinjensi 3.Laporan Laba Rugi

4.Laporan Arus Kas

5.Catatan Atas Laporan Keuangan

6.Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi

Dalam menganalisis kinerja keuangan menurut EVA dan MVA serta rasio keuangan, maka laporan keuangan yang diperlukan adalah laporan laba rugi dan laporan neraca.

1.Laporan Laba Rugi

Laporan laba/rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih . Laporan laba rugi adalah laporan laba atau rugi untuk periode tertentu yang terdiri atas penerimaan


(35)

11

bersih dikurangi beban periode itu. Laporan laba rugi menggambarkan hasil operasi kegiatan usaha selama satu periode waktu (Keown, 2001). Menurut Kasmir (2003), laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. 2.Neraca

Brigham dan Houston (2006) mengatakan bahwa neraca merupakan sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu titik tertentu. Neraca adalah laporan posisi keuangan pada saat tertentu. Bentuk laporan mengikuti persamaan neraca :

Neraca memberikan gambaran sesaat posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, menyajikan kepemilikan aktiva, kewajiban, serta ekuitas pemegang saham dari para pemilik (Keown, 2004). Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal . Dalam konteks perbankan, neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksud adalah posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo (Kasmir, 2003).

Informasi yang dapat dilihat dari neraca antara lain adalah posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulan, kwartal, atau tahunan). Dalam neraca terdapat komponen aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana seluruh sumber daya


(36)

perusahaan itu didanai. Aktiva dalam neraca terdiri atas tiga kategori (Keown, 2004) :

1. Aktiva Lancar (Current Assets),

2. Aktiva Tetap atau Jangka Panjang (Fixed Assets atau Long Term Assets),

3. Aktiva Lain (Other Assets).

Dalam melaporkan jumlah uang atas berbagai aktiva ini, berlaku praktik konvensional pelaporan nilai aktiva maupun dan kewajiban yang dilakukan atas dasar beban historis. Jadi neraca tidak dimaksudkan untuk menyajikan nilai pasar perusahaan, namun melaporkan transaksi berdasarkan beban historisnya. Menentukan nilai yang wajar dari perusahaan adalah masalah yang berbeda. Bagian lain dari neraca adalah kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Sumber utama pendanaan adalah kewajiban serta ekuitas pemegang saham (Keown, 2004).

2.4. Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah sebuah alat utama untuk menganalisis keuangan sebuah perusahaan. Rasio keuangan terdiri dari perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan keuangan . Rasio keuangan merupakan hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase maupun kali (Riyadi, 2004). Rasio keuangan memberikan dua cara untuk membuat perbandingan dari data keuangan menjadi lebih berarti (Keown, 2004):

1.Dapat meneliti rasio antar waktu untuk meneliti arah pergerakannya

2.Dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain.

Rasio keuangan dapat menstandarisasi informasi keuangan yang dapat dipakai sebagai alat pembandingan antar perusahaan dengan ukuran yang berbeda. Terdapat dua kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna: 1.Terdiri dari para manajer yang menggunakannya untuk mengukur dan

melacak kinerja perusahaan sepanjang waktu. Fokus utama dari analisis mereka sering berkaitan dengan berbagai ukuran profitabilitas yang


(37)

13

digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari sudut pandang pemilik.

2.Pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang merupakan pihak eksternal bagi perusahaan.

Keunggulan dari rasio keuangan adalah rasio keuangan dapat membantu pihak-pihak yang terkait untuk mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan, dan secara umum rasio keuangan dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Namun rasio keuangan bukan tanpa kelemahan, terdapat keterbatasan dari analisis rasio keuangan, yaitu (Keown, 2004): 1.Terkadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri di mana

perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dengan beberapa bidang usaha.

2.Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tingi ataupun rendah.

3.Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat memberikan panduan atas posisi keuangan perusahaan rata-rata dalam suatu industri. Itu tidak berarti suatu nilai rasio yang ideal atau terbaik.

4.Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam kegiatan operasinya. Jadi pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan.

Rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas (Kasmir, 2003). Rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank, rasio solvabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi bank dalam menjalankan aktivitasnya, sedangkan rasio rentabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas bank dalam mencapai tujuannya.

Sementara itu menurut Helfert dalam Pradhono (2004), pengukuran kinerja perusahaan bisa dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu:

1.Earning Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit. Termasuk dalam kategori adalah earnings per share (EPS), return on investment (ROI), return on net assets (RONA), return on capital employed (ROCE) dan return on equity (ROE), dan lain-lain.


(38)

2.Cash Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas operasi (operating cash flow). Termasuk dalam kategori ini adalah free cash flow, cash flow return on gross investment (ROGI), cash flow return on investment (CFROI), total shareholder return (TSR) dan total business return (TBR).

3.Value Measures, yang mendasarkan kinerja pada nilai (value based management). Termasuk dalam kategori ini adalah economic value added (EVA), market value added (MVA), cash value added (CVA), dan shareholder value (SHV).

Dalam penelitian ini, rasio keuangan berupa earning measures yang digunakan adalah :

1.Return On Equity (ROE)

ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kapital yang ada untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2003). ROE adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan manajer bank. Menurut Husnan (2004), rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.

2.Return On Assets (ROA)

ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan (Riyadi, 2004). Menurut Kasmir (2003), ROA merupakan pengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan income dari pengelolaan asset. Menurut Husnan (2004), rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. 3. Earning per Share (EPS)

Menurut Brigham dan Houston (2006), EPS merupakan perbandingan antara laba bersih terhadap saham biasa yang beredar, sehingga EPS menggambarkan laba per lembar saham yang diperoleh investor dari suatu perusahaan.


(39)

15

2.5. Metode Economic Value Added (EVA)

Menurut Tunggal (2001), dasar teoritis konsep nilai tambah ekonomis disajikan dalam kertas akademis yang dipublikasikan antara tahun 1958 dan 1961 oleh dua ekonom finansial, yaitu Merton H.Miller dan Franco Modigliani, yang memenangkan hadiah nobel dalam bidang ekonomi. Mereka berargumentasi bahwa laba ekonomis (economic income) merupakan sumber penciptaan nilai (value creation) di perusahaan dan bahwa tingkat kembalian (rate of return/cost of capital) ditentukan berdasarkan tingkat risiko yang diasumsikan oleh investor. Tetapi, Modigliani dan Miller tidak memberikan teknik untuk mengukur laba ekonomis (economic income) dalm suatu perusahaan. Konsep Economic Value Added (EVA) dipopulerkan oleh G. Bennet Stewart, III, Managing Partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya ”The Quest for Value” pada tahun 1991. Konsep EVA diluncurkan Stern Steward & Co pada tahun 1989.

Taufik (2001) mengatakan bahwa EVA menggambarkan efisiensinya dalam periode tertentu. EVA bukan hanya menggambarkan kinerja manajemen dalam suatu periode tapi juga kinerja karyawannya. Konsep economic value added (EVA) merupakan konsep yang dianggap bisa memberikan jawaban terhadap kemampuan perusahaan menambah kekayaan investor atau shareholder. Menurut Drucker dalam Stewart and Co (2000), tidak ada profit kecuali anda dapat menciptakan kekayaan dari biaya modal. Alfred Marshall mengatakannya pada tahun 1896 lalu Peter Drucker mengatakan pada tahun 1954 dan 1973, dan sekarang EVA mensistematiskan ide tersebut. EVA tidak hanya suatu pengukur kinerja, namun merupakan suatu kesatuan antara pengukur kinerja, manajemen dan system reward (Stewart and Co, 2000). Menurut Iramani dan Erie Febrian (2005), EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Jika perusahaan tidak dapat menciptakan profit diatas required of return, maka EVA menjadi negatif dan dalam hal ini merupakan signal akan terjadinya financial distress bagi perusahaan. Menurut Bringham dan Houston (2001) EVA adalah nilai tambah yang diberikan oleh manajemen


(40)

kepada para pemegang saham selama satu tahun tertentu. EVA membantu manajer bahwa perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana yang akan meningkatkan nilainya.

EVA menghitung economic profit dan bukan accounting profit, pada dasarnya EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan diatas cost of capital perusahaan. Dan jika EVA yang terbentuk positif, maka perusahaan telah menciptakan kekayaan (Pradhono, 2004). EVA merupakan metode pengukur yang dapat mengambarkan bagaimana kekayaan yang diciptakan perusahaan untuk para shareholder (Mäkeläinen, 1998). Menurut Tunggal (2001), EVA didapat dari laba tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal (cost capital) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA merupakan suatu tolok ukur kinerja keuangan yang berbasis nilai. EVA dinilai sebagai suatu tolok ukur yang menggambarkan jumlah absolut dari nilai pemegang saham (shareholder value) yang diciptakan (created) atau dirusak (destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya setahun. EVA yang positif menunjukkan penciptaan nilai (value creation), sedangkan EVA yang negatif menunjukkan penghancuran nilai (value destruction). Menurut Utomo (1999), EVA merupakan konsep yang relevan dalam mengukur kinerja yang berdasarkan nilai (value) karena EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen.

Dalam Yusbardini (2004), EVA didefiniskan sebagai jumlah peningkatan kekayaan pemegang saham perusahaan pada suatu periode tertentu. Konsep dari EVA sendiri tidak terlalu sukar untuk dipahami, yaitu perusahaan akan menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya bila net operating profit after tax (NOPAT, laba bersih setelah pajak) dikurangi biaya kapital menghasilkan nilai positif. Hal ini berarti bila tingkat pengembalian lebih besar dari biaya kapitalnya. EVA memerlukan adanya penyesuaian-penyesuaian, yang dimaksudkan untuk menghitung distorsi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan, sehingga penilaian kinerja lebih akurat.


(41)

17

EVA merupakan nilai ekonomi sebenarnya yang dimiliki oleh perusahaan. EVA adalah sebuah alat pengukuran kinerja sebuah perusahaan layaknya Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE) ataupun Return on Assets (ROA). Namun, berbeda dari alat ukur berbasis rasio yang mengukur rasio laba terhadap investasi/aset/ekuitas, EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan kepada investor.

Dilihat dari segi waktunya, menurut Dierks dan Patel dalam Turangan (2003), EVA didefinisikan sebagai suatu pengukuran kinerja keuangan yang mengkombinasikan konsep pendapatan residu yang telah dikenal sebelumnya dengan prinsip terkini dari manajemen keuangan perusahaan. Elemen yang digunakan dalam memperhitungkan EVA terdiri dari NOPAT, jumlah modal perusahaan yang digunakan (firm’s capital employed) dan biaya modal (cost of capital). Menurut Utama (1997), EVA sangat bermanfaat apabila digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerjanya adalah pada penciptaan nilai. Secara sederhana EVA diketahui dari laba perusahaan dikurangi biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan. Pendekatan EVA memasukkan semua unsur yang ada dalam laporan neraca dan laba rugi.

Menurut Hansen dan Mowen (2005), laba residu (Economic Value Added) adalah laba operasional setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal. Jika EVA positif, maka perusahaan telah menciptakan kekayaan. Jika EVA negatif, maka perusahaan telah menyia-nyiakan modal. Dalam jangka panjang, hanya perusahaan-perusahaan yang menghasilkan modal atau kekayaan yang dapat bertahan. EVA merupakan sebuah bentuk nominal mata uang, bukan suatu tingkat persentase pengembalian. Inti dari EVA adalah penekanan pada laba bersih operasi dan hubungannya terhadap biaya aktual dari modal. Penghitungan EVA menurut perspektif akuntansi manajemen merupakan selisih antara laba bersih operasional dikurangi biaya modal yang terpakai. Kesulitan yang dihadapi perusahaan secara umum adalah menghitung biaya modal yang terpakai. Dua langkah yang digunakan dalam hal ini, yaitu :


(42)

2.Menentukan total jumlah modal yang dipakai

Untuk menghitung biaya tertimbang rata-rata atas modal, perusahaan harus mengidentifikasi seluruh sumber dana yang diinvestasikan. Sumber-sumber yang biasanya adalah pinjaman dan ekuitas (saham yang diterbitkan). Pinjaman yang dikenakan bunga harus disesuaikan tingkatnya untuk pengurangan pajak. Sedangkan ekuitas ditangani secara berbeda. Biaya atas pembiayaan ekuitas adalah biaya kesempatan (opportunity cost) bagi para investor, tidak ada penyesuaian pajak untuk ekuitas. Lalu pembagian proporsional dari masing-masing metode pembiayaan dikalikan dengan persentase biayanya dan dijumlahkan untuk menghasilkan biaya beban rata-rata modal.

EVA dapat dijadikan sebagai alat ukur keuangan berdasarkan nilai (value), alat ukur yang dapat memperlihatkan secara absolut berapa nilai shareholder yang telah diciptakan atau dihancurkan, EVA juga sebagai alat ukur yang sangat berkaitan dengan harga saham, juga memberikan dasar bagi terciptanya sistem kompensasi yang mampu memotivasi seluruh komponen perusahaan untuk menciptakan nilai kepada pemegang saham. Tunggal (2001) mengatakan bahwa terdapat beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:

(1) EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend).

(2) Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.

Sedangkan menurut Utama (1997), manfaat EVA adalah:

(1) EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value creation).

(2) EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modal.


(43)

19

(3) EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaximumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaximalkan.

(4) EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modalnya.

Perhitungan EVA

Menurut Tunggal (2001), formula untuk menghitung EVA sebagai berikut :

Dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Tax

C = Capital

CCR = Capital Cost Rate atau Cost of Capital

Sebagai akhir perhitungan EVA, hasilnya dapat menunjukkan angka positif, negative atau nol. Poeradisastra (2003) menjelaskan mengenai analisis dari perhitungan EVA sebagai berikut :

1. Kondisi EVA positif mencerminkan kompensasi yang lebih tinggi ketimbang biaya modal. Ini berarti, manajemen mampu menciptakan peningkatan kekayaan (create value) bagi perusahaan/pemilik modal, bukan sekadar memberi fatamorgana. Perusahaan yang menghasilkan EVA positif, dipastikan laba bersihnya bagus.

2. Sedangkan kondisi EVA yang negatif menunjukkan adanya penurunan nilai kekayaan (destroy value) dari pemegang saham. Hal ini berarti bila laba bersihnya lebih rendah ketimbang biaya modal dan manajemen dianggap belum berhasil dalam menciptakan peningkatan kekayaan bagi pemilik modal.

3. Lalu jika kondisi EVA bernilai nol, maka tidak terjadi penurunan ataupun kenaikan dari nilai kekayaan dari pemilik modal.

Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

Menurut Tunggal (2001) NOPAT merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya


(44)

keuangan (financial cost). Menurut Sartono (2001), NOPAT merupakan formula untuk evaluasi kinerja manajer berupa laba operasi bersih sesudah pajak yang merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utanh dan tidak memiliki aset finansial. Dalam Yusbardini (2004), NOPAT meerupakan laba operasi setelah pajak yang dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang disebut ekuivalen ekuitas. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2001), NOPAT menunjukkan laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan apabila perusahaan tersebut tidak menggunakan hutang dan/atau tidak memiliki non operating assets.

Biaya Modal (Cost of Capital/COC)

Menurut Tunggal (2001) Biaya Modal adalah tingkat pengembalian minimum atas modal yang dibutuhkan untuk mengganti pinjaman dan ekuitas investor. Menurut Pradhono (2004) Cost of Capital perusahaan adalah cost setiap sumber modal, yang ditimbang sesuai dengan struktur modal perusahaan. Komponen Cost of Capital berdasarkan struktur modal bisa dibedakan atas biaya hutang (cost of debt) dan biaya modal sendiri atau ekuitas (cost of equity). COC sendiri didapat dari komponen Weighted Average Cost of Capital (WACC) dan Invested Capital (IC).

Weighted Average Cost of Capital (WACC)

WACC adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek (cost of debt) dan pinjaman jangka panjang serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. WACC didapat dari komponen biaya ekuitas (Ke), biaya hutang (Kd), bobot modal (We) serta bobot hutang (Wd).

Biaya Ekuitas (Ke) dihitung menggunakan model Capital Assets Pricing Model (CAPM). Pendekatan CAPM menegaskan bahwa tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor sama dengan tingkat bebas risiko ditambah dengan premi risiko. Premi risiko ini adalah premi risiko pasar dikalikan dengan beta yang dapat diterapkan pada perusahaan yang bersangkutan (Weston dan Copeland, 1997). CAPM akan mengestimasikan Ke dengan dimulai dari tingkat bebas risiko dari rata-rata


(45)

21

saham (Km-Krf), dinaikkan atau diturunkan untuk mencerminkan risiko saham tertentu seperti yang diukur oleh koefisien betanya (Brigham dan Houston, 2006). Model CAPM dapat memberikan estimasi nilai Ke yang akurat dan tepat.

Biaya Utang yang digunakan adalah biaya utang setelah pajak, Kd(1-T). Biaya utang setelah pajak adalah biaya yang relevan dari utang baru, dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan pajak melalui bunga, digunakan untuk menghitung WACC, alasan menggunakan itu karena nilai dari saham perusahaan, yang ingin dimaksimalkan perusahaan ,akan bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga adalah biaya yang dapat dikurangkan, bunga akan memberikan pengurangan pajak yang mengurangi biaya utang bersih.

Invested Capital (IC)

Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities) atau dapat pula dikatakan bahwa IC merupakan modal yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan. Menurut Tunggal (2001), perhitungan IC dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Pendekatan Operasi (Operating Approach)

Invested Capital = Kas + Working Capital Requirements + Aktiva Tetap. Working Capital Requirement = (Persediaan + Piutang dagang + Aktiva Lancar lainnya) – (Hutang Dagang + Biaya-biaya masih harus Dibayar + Uang Muka Pelanggan).

2. Pendekatan keuangan (Financial Approach)

Invested Capital = Pinjaman jangka Pendek + Pinjaman jangka panjang yang Lain (interest bearing liabilities) + Ekuitas Pemegang Saham.

Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Isnani dan Iswati dalam Turagan (2003), terdapat beberapa kelebihan serta kekurangan dari penerapan model EVA. Menurutnya kelebihan EVA adalah sebagai berikut :

1. Bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation)


(46)

3. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal.

Sementara kekurangan dari model EVA :

1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu.

2. Proses perhitungannya memerlukan estimasi atas biaya modal. Estimasi tersebut cukup sulit dilakukan dengan tepat, terutama pada preusan yang belum go public.

3. EVA terlalu menekankan pada keyakinan bahwa investor Sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk mensual atau membeli saham tertentu, padahal faktor lain kadang-kadang justru dominan.

4. Konsep EVA sangat tergantung pada transparansi internal untuk menghasilkan perhitungan yang akurat. Di dalam kenyataan perusahaan jarang mengemukakan kondisi internalnya.

Lalu menurut Wood dalam Turangan (2003), terdapat guidelines penerapan EVA, maslaah-masalah yang timbul ketika menggunakan EVA, serta keuntungan dalam penggunaan EVA .

Guidelines untuk suksesnya pengimplementasian EVA :

1. Tindakan implementasi harus dipandang sebagai suatu proyek dalam perusahaan, dengan adanya alokasi anggaran khusus serta adanya seorang pemimpin proyek yang berasal dari lingkungan senior eksekutif.

2. Pengambilan keputusan harus dilakukan secara desentralisasi, hal ini menjadi sangat penting sehingga manajer tingkat bawah memiliki kekuasaan untuk mengambil langkah penting apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja yang dipakai untuk pengukuran EVA.

3. Pendekatan secara bertahap dalam melakukan implementasi sangat direkomendasikan, penggunaan EVA pertama kali bisa saja dilakukan utnuk mengukur kinerja perusahaan, baru kemudian dijadikan sebagai dasar untuk skema insentif perusahaan. Hal ini ditujukan untuk menghindari tidak terbentuknya komitmen dari para manajer untuk mensukseskan implementasi jika skema insentif berbasis EVA diadopsi secara bersamaan.


(47)

23

Keuntungan penggunaan EVA antara lain :

1. Peningkatan EVA memotivasi manajer untuk lebih waspada dalam menggunakan modal serta mengukur aset perusahaan secara lebih efisien dan efektif. Dapat dikatakan bahwa EVA berperan sebagai petunjuk yang berguna bagi keputusan strategik dan operasional perusahan.

2. EVA menciptakan bahasa yang umum bagi pengambilan keputusan terutama keputusan jangka panjang.

3. Jika dikaitkan dengan dasar pembayaran insentif, EVA memudahkan pembedaan antara karyawan yang berkinerja dengan yang tidak sehingga mendorong terciptanya kepemimpinan serta perspektif bagi keputusan yang berjangka waktu lebih lama. Kesemuanya itu akan menghasilkan pemberian penghargaan yang tepat secara lebih objektif kepada kinerja yang tepat, sehingga penggunaan EVA dapat dikatakan lebih efektif dalam mengintegrasikan fungsi perencanaan dan pengendalian suatu organisasi. Tidak hanya keuntungan yang dimiliki EVA dalam penerapannya, terdapat beberapa permasalahan dalam penerapan EVA :

1. Tidak adanya harapan yang nyata bahwa EVA dengan sendirinya dapat memperbaiki keadaan perusahaan.

2. Timbulnya demotivasi pada saat perusahaan tidak mapu menaikkan EVA karena faktor-faktor eksternal perusahaan yang tidak dapat dikontrol. 3. Kesulitan dalam menghitung biaya modal dan penyusunan alokasi modal. 4. Kesulitan komunikasi dan perbedaan konsep, terutama jika EVA

diimplementasikan ke seluruh bagian perusahaan.

5. Administrasi dari EVA membutuhkan pengawasan yang sangat berhati-hati untuk menghindari terjadinya birokrasi yang berbelit-belit.

6. Pengukuran dengan EVA saja, sama dengan alat pengukur keuangan lainnya, adalah tidak cukup jika berdiri sendiri digunakan untuk mengawasi pencapaian tujuan strategik perusahaan.

Selain berbagai keunggulan, konsep EVA juga memiliki kelemahan-kelemahan. Menurut Mirza dalam Iramani (2005) kelemahan-kelemahan tersebut antara lain :


(48)

aktivitas-aktivitas penentu.

(2) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.

2.6. Metode Market Value Added (MVA)

Dalam Brigham dan Houston (2006), Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan. Menurut Taufik (2001), MVA adalah perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu - dari investasi modal, pinjaman dan laba ditahan - dan uang yang bisa diambil sekarang. Atau, sama dengan selisih antara nilai buku dan nilai pasar saham plus obligasi. MVA kini dianggap menjadi panduan terbaik untuk menilai manajemen perusahaan publik, mulai dari the good, the bad and the ugly, mulai dari yang benar-benar the good sampai yang hanya menjadi the good pada musim tertentu. Karena bisa menjawab persoalan penting yang paling dibutuhkan investor di manapun yaitu kemampuan manajemen perusahaan publik menambah kekayaan mereka. MVA menggambarkan berapa besar wealth yang bisa diciptakan atau dihilangkan sampai saat ini. Menurut Turangan (2003), MVA lebih menunjukkan suatu penilaian kinerja yang menyeluruh bagi perusahaan seumur hidup perusahaan tersebut dan digunakan lebih kepada tujuan utama manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kesejahteraan para investor.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) kemakmuran pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Dalam Fardiansyah (2003) market value added (MVA) dikenal sebagai present value dari nilai EVA secara periodik di masa depan. Dalam Sartono (2001) disebutkan bahwa MVA merupakan kenaikan nilai pasar perusahaan dari modal perusahaan diatas modal yang disetor pemegang saham, dalam hal ini MVA mengukur dampak tindakan manajerial sejak perusahaan berdiri.


(49)

25

Perhitungan Market Value Added (MVA)

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) Formula yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya MVA adalah :

MVA = Market Value of Stock – Equity Capital Supplied by Shareholders = (Jumlah saham beredar)(Harga saham) – Total modal sendiri

Dalam hal ini MVA sendiri mencerminkan nilai perusahaan (Yusbardini, 2004). MVA yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berkapasitas sebagai penghancur dari kesejahteraan (wealth destroyer) bukan pencipta kesejahteraan (wealth creator), begitu pula sebaliknya. Semakin besar MVA maka semakin berhasil pekerjaan manajemen dalam mengelola perusahaan.

Market Value (Nilai Pasar)

Yang dimaksud dengan nilai perusahaan adalah nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuiti perusahaan yang beredar (Keown, et. al, 2004). Nilai pasar perusahaan dapat diketahui dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dan harga saham perlembar perusahaan.

Equity Capital Supplied by Shareholders (Modal yang Ditanam)

Secara konseptual, modal yang diinvestasikan perusahaan adalah penjumlahan semua dana yang telah diinvestasikan di dalamnya (Keown, et. al, 2004). Komponen ini sama dengan nilai buku dari total ekuitas yang terdapat dalam laporan keuangan.

Kelebihan dan Kekurangan

Dalam Young dan O’Byrne dalam Turangan (2003), keuntungan dari penggunaan MVA adalah bahwa para manajer dapat dengan penuh keyakinan atau percaya diri memaksimalkan MVA saat ini sehingga kelebihan pengembalian (excess return) juga akan maksimal. Sementara itu terdapat beberapa kelemahan, yaitu :

1. MVA mengabaikan kesempatan biaya opportunitas dari modal yang diinvestasikan pada perusahaan.

2. MVA adalah sebuah indikator ”sekali bidik” yang mengukur perbedaan nilai pasar dan modal yang diinvestasikan pada tanggal tertentu.


(50)

2.7. Penelitian Terdahulu

Dalam Yusbardini (2004), G. Bennet Stewart III (1994) melakukan analisis lima tahun terhadap daftar Stern Stewart 1000 dan menemukan bahwa perubahan EVA dapat menerangkan 50 persen perubahan MVA, sedangkan pertumbuhan penjualan hanya memiliki hubungan sebesar 10 persen, EPS 15-20 persen, dan ROE 35 persen. Lalu penelitian lain dilakukan oleh Uyemura, Kantor dan Petti dengan sampai 100 bank holding company dan menemukan hubungan antara MVA dengan EVA sebesar 40 persen, dengan ROA 13 persen, ROE 10 persen, laba bersih 8 persen dan EPS 6 persen. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Milunovich dan Tsuei yang meneliti hubungan antara MVA dengan beberapa metode pengukur pada industri komputer, hasilnya adalah MVA memiliki hubungan dengan EVA sebesar 0,42; dengan pertumbuhan EPS 0,34; dan dengan EPS dan ROE sebesar 0,29.

Penelitian Imamah (2005) menggunakan analisis Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) dan menganalisis pengaruh serta hubungannya dengan menggunakan alat analisis Regresi Berganda dan Korelasi Pearson dengan program Statistic Packages for Social Science (SPSS). Dalam hasilnya, secara garis besar kinerja Bank Mandiri pada tahun 2004 lebih baik daripada tahun 2003, hal ini ditunjukkan melalui nilai NPM, NIM, ROA, dan ROE yang mengalami peningkatan, tetapi CAR, AUR, dan EVA mengalami penurunan di tahun 2004 dibandingkan tahun 2003. Dari hasil analisis regresinya terdapat hubungan dan pengaruh yang signifikan antara AUR, ROA, ROE, dan CAR terhadap EVA, terjadi pengaruh yang positif antara AUR terhadap EVA, dan pengaruh negatif antara ROA, ROE, dan CAR terhadap EVA. Lalu dilakukan analisis lanjutan mengenai pos-pos keuangan yang mempengaruhi rasio keuangan maupun EVA yaitu laba bersih, ekuitas, dan aset. Laba bersih mempengaruhi NOPAT, NPM, ROE, dan ROA. Ekuitas mempengaruhi WACC, CAR, dan ROE, sedangkan aset mempengaruhi IC, AUR, dan NIM.

Penelitian Budiharti (2006) menggunakan analisis rasio keuangan, EVA dan MVA, serta menganalisis hubungan serta pengaruhnya dengan alat analisis Korelasi Pearson dan Regresi Berganda dengan program Minitab.


(51)

27

Dalam hasilnya, jika dilihat dari EVA dan MVA tingkat kesehatan BRI tahun 2005 lebih besar daripada tahun 2004, tetapi jika dilihat dari rasio keuangan, tingkat kesehatannya menurun. Lalu disebutkan dari rasio keuangan yang terdapat dalam model regresi, hanya Capital Adequacy Ratio (CAR) yang memiliki tingkat signifikansi < 0.05 yang berarti memiliki pengaruh signifikan terhadap MVA, CAR memiliki pengaruh negatif terhadap EVA. Dengan penurunan CAR sebesar 1 persen akan meningkatkan EVA sebesar Rp. 1.135.320 (dalam jutaan rupiah). EVA dan MVA berpengaruh secara positif, dengan kenaikan EVA maka akan meningkatkan MVA sebesar Rp. 1,6 juta (dalam jutaan rupiah).


(52)

3.1. Kerangka Pemikiran

Dalam dunia perbankan, pengukuran terhadap kinerja keuangan merupakan hal utama untuk menilai seberapa baik kemampuannya untuk menghasilkan laba dan meningkatkan kekayaan bank. Dari laporan keuangan, dapat diketahui bagaimana kinerja bank sebenarnya dalam menghasilkan profit. Kinerja keuangan yang umum dipakai dan sering dipakai sebagai tolok ukur adalah kinerja keuangan tradisional, yaitu parameter akuntansi standar berupa rasio-rasio keuangan yang dinilai dari sudut pandang bank yang bersangkutan. Namun dalam hal ini, perlu diukur pula kinerjanya yang tidak hanya berdasarkan perusahaan namun juga para investor atau dalam hal ini shareholders. Dimana tujuan utama bank adalah menciptakan laba dan menciptakan kesejahteraan bagi para investornya.

Sehubungan dengan hal itu, diperlukan suatu konsep yang dapat mengukur seberapa besar kesejahteraan maupun kekayaan yang berhasil diciptakan bank yang bersangkutan kepada investor atas modal yang telah diberikan, apakah nilai kekayaan yang diciptakan sudah memberikan kepuasan bagi investornya. Dan konsep tersebut adalah Economic Value Added (EVA), perhitungan EVA didapat dari selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan Cost of Capital (COC). NOPAT sendiri merupakan selisih antara laba/rugi bersih tahun berjalan dengan beban bunga. Sementara COC dari perkalian antara Weight Average Cost of Capital (WACC) dan Invested Capital (IC). IC merupakan penjumlahan dari total hutang dan ekuitas serta dikurangi hutang beban. Sementara itu, WACC diperoleh dari penyesuaian atas ekuitas dan hutang yang dipakai. WACC menggunakan bobot dari masing-masing elemen ekuitas dan hutang dengan melibatkan biaya hutang dan biaya ekuitas. Struktur modal yang merupakan bobot tertimbang dari masing-masing elemen hutang dan ekuitas terhadap asset akan dikalikan dengan masing-masing biaya hutang dan biaya ekuitas. Dan dari langkah-langkah tersebut didapatlah WACC. Lalu setelah semua


(1)

Lampiran 5. Daftar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) per bulan 2003-2006 (dalam persen)

Bulan 2003 2004 2005 2006 Januari 12,69 7,86 7,42 12,75 Februari 12,24 7,7 7,43 12,74

Maret 11,4 7,42 7,44 12,73

April 11,06 7,33 7,7 12,74

Mei 10,44 7,32 7,95 12,5

Juni 9,53 7,34 8,25 12,5

Juli 9,1 7,36 8,49 12,25

Agustus 8,91 7,37 9,51 11,75 September 8,66 7,39 10 11,25

Oktober 8,48 7,41 11 10,75 November 8,49 7,41 12,25 10,25

Desember 8,31 743 12,75 9,75

Lampiran 6. Nilai rasio keuangan, Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)

Periode ROE (%) ROA (%) EPS EVA MVA

Maret 2003 24,80 2,50 54,99 -1.194.634 1.635.479 Juni 2003 26,50 2,70 125,32 27.755 2.498.094

September 2003 29,60 3,10 212,57 1.383.952 2.885.633 Desember 2003 31,40 3,20 311,72 2.028.550 3.014.953 Maret 2004 34,40 3,80 102,49 149.640 6.525.020 Juni 2004 35,20 4,20 224,43 1.397.188 6.370.647 September 2004 37,80 4,40 357,32 2.647.461 9.951.867 Desember 2004 38,60 4,50 490,75 3.841.440 13.449.163

Maret 2005 34,20 4,20 130,39 1.080.740 14.928.484 Juni 2005 34,30 4,20 261,86 2,389,637 16.370.189 September 2005 33,20 4,00 384,68 3.871.798 11.380.414 Desember 2005 24,20 3,10 407,71 5.516.279 14.552.006 Maret 2006 11,4 1,40 50,93 -153.387 14.530.417 Juni 2006 12,70 1,60 113,64 1.437.379 11.349.636 September 2006 14,10 1,70 185,61 3.258.247 17.063.866 Desember 2006 15,10 1,80 268,91 4.908.250 23.589.595


(2)

Lampiran 7. Output regresi berganda rasio keuangan dan EVA terhadap MVA

Correlations

1.000 .249 .637 -.351 -.178

.249 1.000 .823 .468 .527

.637 .823 1.000 .018 .136

-.351 .468 .018 1.000 .975

-.178 .527 .136 .975 1.000

. .176 .004 .091 .255

.176 . .000 .034 .018

.004 .000 . .473 .308

.091 .034 .473 . .000

.255 .018 .308 .000 .

16 16 16 16 16

16 16 16 16 16

16 16 16 16 16

16 16 16 16 16

16 16 16 16 16

MVA EPS EVA ROE ROA MVA EPS EVA ROE ROA MVA EPS EVA ROE ROA Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N

MVA EPS EVA ROE ROA

Variables Entered/Removedb

ROA, EVA,

EPS, ROEa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: MVA b.

Model Summaryb

.887a .787 .709 3414407.052 1.945

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), ROA, EVA, EPS, ROE

a.

Dependent Variable: MVA b.

ANOVAb

5E+014 4 1.182E+014 10.135 .001a

1E+014 11 1.166E+013

6E+014 15 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), ROA, EVA, EPS, ROE a.

Dependent Variable: MVA b.

Coefficientsa

1E+007 3249301 3.948 .002

-22258.7 20999.005 -.467 -1.060 .312 .100 10.008

2.546 1.434 .763 1.775 .103 .105 9.511

-1566684 610529.5 -2.313 -2.566 .026 .024 41.878

1E+007 4725223 2.221 2.726 .020 .029 34.205

(Constant) EPS EVA ROE ROA Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: MVA a.


(3)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Ex

pect

ed

C

u

m

Pro

b

Dependent Variable: MVA

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2

Regression Standardized Predicted Value

2

1

0

-1

-2

R

e

g

res

sio

n

S

tude

nt

iz

ed

Re

si

dual

Dependent Variable: MVA Scatterplot


(4)

Lampiran 8. Output regresi berganda rasio keuangan (ROE dan ROA) dan EVA terhadap MVA (Backward Elimination)

Correlations

1.000 .249 .637 -.351 -.178

.249 1.000 .823 .468 .527

.637 .823 1.000 .018 .136

-.351 .468 .018 1.000 .975

-.178 .527 .136 .975 1.000

. .176 .004 .091 .255

.176 . .000 .034 .018

.004 .000 . .473 .308

.091 .034 .473 . .000

.255 .018 .308 .000 .

16 16 16 16 16

16 16 16 16 16

16 16 16 16 16

16 16 16 16 16

16 16 16 16 16

MVA EPS EVA ROE ROA MVA EPS EVA ROE ROA MVA EPS EVA ROE ROA Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

MVA EPS EVA ROE ROA

Variables Entered/Removed b

ROA, EVA,

EPS, ROE a . Enter

. EPS

Backward (criterion: Probabilit y of F-to-remo ve >= . 100). Model

1 2

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: MVA b.

Model Summaryc

.887a .787 .709 3414407.052

.875b .765 .706 3431942.259 1.680

Model 1 2

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), ROA, EVA, EPS, ROE a.

Predictors: (Constant), ROA, EVA, ROE b.

Dependent Variable: MVA c.


(5)

ANOVAc

5E+014 4 1.182E+014 10.135 .001a

1E+014 11 1.166E+013

6E+014 15

5E+014 3 1.532E+014 13.004 .000b

1E+014 12 1.178E+013

6E+014 15

Regression Residual Total Regression Residual Total Model 1

2

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), ROA, EVA, EPS, ROE a.

Predictors: (Constant), ROA, EVA, ROE b.

Dependent Variable: MVA c.

Coefficientsa

1E+007 3249301 3.948 .002

-22258.7 20999.005 -.467 -1.060 .312 .100 10.008

2.546 1.434 .763 1.775 .103 .105 9.511

-1566684 610529.5 -2.313 -2.566 .026 .024 41.878

1E+007 4725223 2.221 2.726 .020 .029 34.205

1E+007 2907561 4.952 .000

1.143 .553 .342 2.065 .061 .714 1.401

-1934084 505183.1 -2.856 -3.828 .002 .035 28.381

1E+007 4365792 2.561 3.402 .005 .035 28.902

(Constant) EPS EVA ROE ROA (Constant) EVA ROE ROA Model 1

2

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: MVA a.

Collinearity Diagnosticsa

4.480 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

.420 3.267 .01 .00 .07 .00 .00

.079 7.509 .56 .05 .02 .00 .00

.019 15.355 .24 .67 .47 .00 .03

.001 58.836 .18 .28 .44 .99 .97

3.553 1.000 .01 .02 .00 .00

.379 3.060 .01 .67 .00 .00

.065 7.373 .93 .03 .01 .01

.002 44.997 .05 .29 .99 .99

Dimension 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Model 1

2

Eigenvalue

Condition

Index (Constant) EPS EVA ROE ROA

Variance Proportions

Dependent Variable: MVA a.

Excluded Variablesb

-.467a -1.060 .312 -.304 .100 10.008 .024

EPS Model 2

Beta In t Sig.

Partial

Correlation Tolerance VIF

Minimum Tolerance Collinearity Statistics

Predictors in the Model: (Constant), ROA, EVA, ROE a.

Dependent Variable: MVA b.


(6)

2 1

0 -1

-2

Regression Standardized Predicted Value 3

2

1

0

-1

-2

Regre

ssi

on Studen

tiz

ed Res

idua

l

Dependent Variable: MVA Scatterplot

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expected C

u

m

P

rob

Dependent Variable: MVA


Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 84 90

Pengaruh Economic Value Added ( EVA), Market Value Added (MVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Tambang Yang Terdaftar Di BEI

4 65 80

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

2 79 15

Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia

0 34 88

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011 - 2012

0 73 84

Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Bank Mandiri, Tbk

9 92 91

Analisis Economic Value Added (EVA) dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk.

15 102 104

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

5 97 94

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia 2012-2014

6 87 92

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) Pada Bank Central Asia, Tbk

1 4 200