Mementaskan Drama Karya Sendiri

Komp Bahasa SMA 3 Bhs 178 Sebelumnya, kalian telah melakukan pementasan drama. Kalian juga telah menyimak pementasan drama yang dilakukan oleh teman kalian dan mencatat hasil pementasan tersebut kelebihan dan kekurangannya. Berdasarkan hasil catatan kalian, silakan kalian membuat sebuah kritik terhadap pementasan drama yang dilakukan oleh teman kalian. Pilihlah satu judul drama saja. ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Pelatihan 9 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Soal-Soal Pengembangan Kompetensi 1. Dengarkan pembacaan puisi terjemahan ini Beterbangan Burung-Burung Malam Karya Salvatore Quasimodo Di ketinggian ada sebatang cemara tumbang; tengah memahami dan mendengarkan jurang dengan ranting terlipat melintang. Beterbangan burung-burung malam, ketika makin meninggi terdengar kelepak sayapnya mengencar. Hatiku pun memiliki sarangnya sendiri tertahan dalam kelam, sebuah suara: pun tengah mendengarkan: malam. Diterjemahkan oleh Zainal Muttaqien Sumber: Membaca Sastra, hlm. 48 Rangkuman 1. Isi puisi sangat dipengaruhi oleh keadaan penyair pada waktu puisi diciptakan. Dengan metode sama akan tetapi ada perbedaan latar belakang, maka hasilnya pun akan sangat jauh berbeda. 2. Untuk bisa menyampaikan sebuah kritik yang seobjektif mungkin, kalian harus menghilangkan kepentingan-kepentingan lain. Refleksi Puisi merupakan salah satu curahan jiwa. Apa yang kalian rasakan, apa yang kamu pikirkan bisa kalian curahkan dalam bentuk kalimat yang indah. Galau, senang, cemas, semua perasaaan itu akan terlampiaskan dalam untaian kata-kata yang indah. Hal ini secara tidak langsung bisa merupakan sarana bagi kamu untuk berbagai perasaan dan pikiran. Keuntungan yang kedua adalah kamu bisa mengirimkan curahan perasaan kamu ke berbagai surat kabar atau majalah. Kalau dimuat, kamu akan mendapat honor. Seni dan Hiburan 179 a. Jelaskan tema puisi di atas disertai bukti yang mendukung b. Ceritakan apa yang ingin disampaikan penyair dalam puisi tersebut c. Bagaimana sikap penyair menghadapi masalah yang diceritakan pada puisi itu? 2. Bacalah prosa naratif di bawah ini. Tentukan unsur-unsur intrinsik yang membangun prosa naratif tersebut Sepeda Tua dan Seorang Pedagang Karya Aswi Kutatap lagi daganganku dan aku tersenyum karenanya. Entahlah, sudah berapa lama dan berapa jauh aku mengayuh sepeda tuaku untuk menjajakan daganganku. Sepeda tuaku itu memang telah setia menemaniku berdagang, ke mana pun, sejauh apa pun. Ia lebih dikenal sebagai sepeda kumbang, atau bahkan ada yang menyebutnya sepeda Umar Bakri, padahal, kata seorang pelanggan, sepedaku tetap saja sepeda onthel. Istilah hanya untuk membuat si pembuat merasa nyaman dan merasa akrab, sehingga ia merasa sangat-sangat memilikinya. Di bidang apa pun istilah itu. Dan karenanya ..., entahlah, kok aku jadi bingung dan berpikir kembali. Sebenarnya sepedaku itu namanya apa, ya? Ya, itulah akibatnya kalau terlalu banyak istilah. Si pembuat istilah akan bingung, dan aku juga jadi bingung. Padahal aku hanya berperan sebagai pemakai, tidak lebih. Yang jelas, sepedaku itu berwarna asli hitam, lebih besar dari sepeda mini, dan kerangkanya mirip dengan kerangka sepeda balap. Setangnya agak datar, sangat berbeda jauh dengan setang sepeda balap yang melengkung. Sadelnya biasa terbuat dari kulit entah kulit apa dengan per yang sangat empuk. Remnya dihubungkan oleh besi yang sangat panjang, bukan oleh kawat yang biasa ada di sepeda mini atau sepeda balap. Rodanya lebih mirip dengan roda sepeda balap. Aku kira, itu saja yang bisa kuberikan tentang ciri-ciri sepedaku. Jelas, kan? Orang-orang yang kulewati dan kebetulan kenal denganku tersenyum ramah. Beberapa di antara mereka bahkan menegurku. ”Bagaimana dagangannya, Kek?” Seperti biasa aku hanya menunjuk pada daganganku dan mereka yang bertanya mengangguk. Bahkan ada yang tertawa, kendati mereka tidak menyapaku dan tidak bertanya. Aku tidak tahu kenapa mereka tertawa. Apakah daganganku lucu? Ah, lupakan saja dengan mereka. Sebagai pedagang memang harus siap dengan segala perlakuan yang diberikan oleh masyarakat sebagai calon Komp Bahasa SMA 3 Bhs 180 pelanggan. Prinsipku sebagai pedagang adalah yang penting dagangannya laku, itu saja. Dan aku kira prinsipku itu juga dipakai oleh pedagang-pedagang lainnya. Aku kembali tersenyum pada daganganku. Kukayuh sepeda tuaku dengan sekuat tenaga. Sepeda tua yang telah setia menemaniku berdagang, ke mana pun, sejauh apa pun. Dan sekali lagi, selalu saja ada orang-orang yang tersenyum ramah padaku karena mereka mengenalku. Aku sendiri kadang-kadang merasa heran terhadap tingkah mereka itu. Bukan apa-apa, karena sebagian besar dari mereka tidak kukenal. Mungkin hal inilah yang membuat para pedagang merasa kerasan dengan karier dagangnya. Banyak dikenal orang. Bukankah hal tersebut yang sangat diharapkan oleh setiap orang? Beberapa orang, dan selalu begitu, kembali kulewati sambil tersenyum. Sebagai pedagang aku memang harus terlihat ramah. Dan senyum adalah senjata utama untuk menunjukkan bahwa aku sangat ramah. Di antara mereka kemudian ada yang ber- tanya, ”Bagaimana dagangannya, Kek? Masih menjual barang yang sama?” Aku mengangguk dan menunjuk daganganku. Mereka yang bertanya pun mengangguk. Dan seperti yang sudah-sudah, di antara mereka ada yang tertawa kendati mereka tidak menyapaku dan tidak bertanya. Setelah tertawa mereka menambahkan, ”Barang dagangannya sudah pasti tidak akan basi, ya, Kek” Aku mengangguk. Kemudian yang lain ikut- ikutan, ”Tentu saja tidak basi, soalnya kakek selalu mengganti dagangannya ketika hari sudah menjelang malam hari?” tanya yang lain. Sebelum kujawab aku melihat ke atas langit, dan tampaknya suasana langit sedang cerah. Aku pun mengangguk, karena daganganku memang sangat tergantung dengan cuaca. Jika pada sore hari aku melihat cuaca tidak bersahabat alias mendung, dapat dipastikan aku tidak berdagang. Semua orang yang mengenalku pasti akan mengerti, karena pada cuaca seperti itu barang daganganku lenyap dan sulit untuk ditemukan. Di pasar mana pun juga tidak akan ditemukan. Siang hari, jika cuaca tidak mendukung, misalnya dengan adanya hujan, aku tidak akan melanjutkan berdagang. Mungkin sama dengan pedagang-pedagang lainnya, yaitu berteduh. Kecuali jika ia adalah pedagang jasa payung atau lebih dikenal dengan ojek payung. Kalau aku beruntung, daganganku akan basah dan orang-orang merasa kasihan padaku. Tetapi, kalau sedang sial, dan hal ini pernah terjadi, barang daganganku lenyap dan sulit untuk ditemukan. Di pasar mana pun juga tidak akan ditemukan.