Implementasi Model Pembelajaran Demonstrasi Berbasis Cooperative Learning Berbantuan Lks dan Alat Peraga yang Berkaitan dengan Kehidupan Sehari hari pada Pokok Bahasan Cahaya
i
PERAGA YANG BERKAITAN DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA POKOK BAHASAN CAHAYA
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Agus Purwanto
4201407055
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
ii panitia ujian skripsi.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sugianto, M.Si Dr. Putut Marwoto, M.S
(3)
iii
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BERBASIS COOPERATIVE LEARNING BERBANTUAN LKS DAN ALAT PERAGA YANG BERKAITAN DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA POKOK BAHASAN CAHAYA
Disusun oleh
Agus Purwanto 4201407055
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal
Panitia:
Ketua Sekretaris
Dr. Kasmadi Imam S., M.S Dr. Putut Marwoto, M.S
195111151979031001 196308211988031004
Ketua Penguji
Drs. Sri Hendratto, M.Pd 194708101973021001
Anggota Penguji/ Anggota penguji/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Sugianto, M.Si Dr. Putut Marwoto, M.S
(4)
iv
yang berjudul “
Pembelajaran Demonstrasi Berbasis Cooperative Learning Berbantuan LKS dan Alat Peraga yang Berkaitan dengan Kehidupan Sehari-hari pada Pokok Bahasan Cahaya” ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, Agustus 2011
Agus Purwanto 4201407055
(5)
v
“Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang”
(Al Fatihah: 1)
“Dan katakanlah:”Ya Tuhanku, Masukkanlah aku secara masuk yang benar dan
keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari
sisi engkau kekuasaan yang menolong” (Al Israa’: 80)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang
lain), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Alam
Nasyroh: 6-8)
Pengalaman adalah guru terbaik.
Persembahan:
Tulisan ini kupersembahkan untuk: Ibu dan almarhum bapakku tercinta Kakak-kakakku tersayang
Sahabat-sahabatku Nabla ’07
Teman-temanku di Al Hikmah Cost & Black Cat Boys
Guru dan dosen yang telah memberikan ilmunya kepadaku
(6)
vi
Cooperative Learning Berbantuan Lks dan Alat Peraga yang Berkaitan dengan Kehidupan Sehari-hari pada Pokok Bahasan Cahaya. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Sugianto, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dr. Putut Marwoto, M.S.
Kata kunci : kooperatif, demonstrasi, hasil belajar, pemahaman konsep.
Di dalam proses belajar mengajar pelajaran fisika masih dianggap sulit untuk dimengerti sehingga prestasi belajar siswa masih kurang memuaskan. Maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif. Berdasarkan latar belakang tersebut timbul suatu permasalahan yaitu apakah pemahaman konsep peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif dengan metode demonstrasi lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep peserta didik dengan pembelajaran ceramah dan metode diskusi? Dari rumusan masalah tersebut tujuan penelitian yang dicapai adalah untuk mengetahui pemahaman konsep fisika peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif dengan metode demonstrasi lebih baik daripada peserta didik yang menggunakan pembelajaran ceramah dan diskusi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP 2 Kaliwungu tahun ajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling,
diperoleh kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan VIII-E sebagai kelas kontrol. Variabel yang diteliti adalah pemahaman konsep siswa, dengan desain eksperimen
randomized control group pre test – post test design. Data penelitian diambil menggunakan tes dan dianalis menggunakan uji t.
Analisis tahap awal menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal, variansinya sama, dan rata-rata nilai pre test tidak berbeda. Analisis tahap akhir menunjukkan bahwa kedua kelas mengalami perbedaan pada rata-rata nilai post test, dimana nilai rata-rata post test kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen rata-rata kemampuan siswa mencapai 71,09 lebih besar dibandingkan kelas kontrol yang mencapai sebesar 67,45. Setelah diuji menggunakan uji t terdapat perbedaan. Diuji lagi dengan uji signifikansi gain ternormalisasi, dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar 2,192> t tabel (1,982), yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan dimana peningkatan kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode demonstrasi baik daripada pemahaman
(7)
vii
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Demonstrasi Berbasis
Cooperative Learning Berbantuan LKS dan Alat Peraga yang Berkaitan dengan Kehidupan Sehari-hari pada Pokok Bahasan Cahaya”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu terselesainya skripsi ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Dr. Kasmadi Imam S, M.S, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Putut Marwoto M.S, Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang dan Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Sugianto M.Si, Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Suroso S.Pd, Kepala SMP 2 Kaliwungu Kudus yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
5. Ahmad Sholikin S.Pd, guru pamong yang membantu penulis selama melakukan penelitian.
6. Siswa kelas VIII-B dan VIII-E yang telah mendukung dan membantu penulis selama melakukan penelitian.
(8)
viii
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan sumbangan, serta bermanfaat yang berguna bagi dunia pendidikan.
Semarang, Agustus 2011 Penulis
(9)
ix
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4Penegasan Istilah ... 5
1.5Manfaat Penelitian ... 6
1.6Sistematika Penulisan Skripsi ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1Tinjauan Kurikulum KTSP ... 8
(10)
x
2.6Metode Ceramah ... 14
2.7Metode Diskusi ... 15
2.8Tinjauan Pokok Bahasan Cahaya ... 15
2.9Kerangka Berpikir ... 21
2.10 Hipotesis Penelitian ... 22
BAB 3 METODE PENELITIAN... 22
3.1Penentuan Obyek Penelitian ... 23
3.2Variabel Penelitian ... 24
3.3Teknik Pengumpulan Data ... 25
3.4Analisis Hasil Pengujian Instrumen ... 27
3.5Rancangan Eksperimen ... 32
3.6Analisis Data Tahap Awal ... 32
3.7Analisis Data Tahap Akhir. ... 35
3.8Lembar Pengamatan (Observasi) ... 40
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1Hasil Penelitian ... 42
4.2Pembahasan ... 51
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 59
5.1Simpulan ... 59
(11)
(12)
xii
3.2 Data Nilai Ulangan Akhir Semester I Kelas VIII ... 23
3.3 Ringkasan Validitas Soal Uji Coba ... 28
3.4 Ringkasan Daya Beda Soal Uji Coba... 29
3.5 Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ... 30
3.6 Rancangan Eksperimen Randomized control group pre test-post test Design ... 32
3.7 Harga untuk Uji Bartlett ... 33
3.8 Tabel Persiapan Anava ... 34
3.9 Kriteria Keberhasilan Terhadap Aktivitas Siswa ... 41
4.1 Kemampuan Awal Siswa Sebelum Pembelajaran ... 44
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pre Test ... 45
4.3 Hasil Uji Kesamaan Varians Data Pre Test ... 46
4.4 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pre Test ... 46
4.5 Deskriptif Data Hasil Belajar Setelah Pembelajaran ... 47
4.6 Hasil Uji Normalitas Data Post Test ... 47
4.7 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Post Test ... 48
4.8 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar ... 49
4.9 Hasil Uji Signifikansi Gain Ternormalisasi ... 49
(13)
xiii
2.2 Pemantulan Baur ... 16 2.3 Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar ... 17 2.4 Bagian-bagian Cermin Cekung ... 18
2.5 Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui
titik fokus ... 18 2.6 Sinar datang melalui titik fokus, akan dipantulkan sejajar
sumbu utama ... 18 2.7 Sinar datang melalui pusat kelengkungan akan dipantulkan
kembali melalui titik pusat kelengkungan cermin ... 19 2.8 Bagian-bagian Cermin Cembung ... 19 2.9 Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan
seolah-olah berasal dari titik fokus ... 20 2.10 Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus akan dipantulkan
sejajar sumbu utama ... 20 2.11 Sinar datang yang menuju pusat kelengkungan cermin,
(14)
xiv
2. Rencana Pembelajaran Kelas Kontrol ... 71
3. Lembar Kerja Siswa ... 80
4. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 101
5. Soal Uji Coba ... 102
6. Kunci Jawaban Soal Uji Coba... 108
7. Hasil Analisis Soal Uji Coba... 109
8. Kisi-kisi Soal Penelitian ... 119
9. Soal Penelitian ... 120
10.Kunci Jawaban Soal Penelitian ... 125
11.Nilai Ulangan Akhir Semester I Kelas VIII ... 126
12.Uji Homogenitas Populasi ... 127
13.Analisis Varians ... 128
14.Data Kondisi Awal dan Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 131
15.Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 132
16.Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test antara Kelompok eksperimen dan Kontrol ... 136
17.Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pre Test Antara Kelompok eksperimen dan Kontrol ... 137
18.Uji Perbedaaan Dua Rata-rata Data Post Test antara Kelompok eksperimen dan Kontrol ... 138
(15)
xv
22.Uji Signifikansi Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... 142
23.Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen ... 144
24.Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol ... 145
25.Daftar Nama Siswa Kelas VIII-B ... 146
26.Daftar Nama Siswa Kelas VIII-E ... 147
27.Dokumentasi ... 148
(16)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kurikulum sains disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan sains secara nasional. Saat itu kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada alam dan fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal sosial dan kepercayaan (kredibilitas), maka tuntutan untuk terus-menerus memutahirkan pengetahuan sains menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan oleh pemerintah. Di Indonesia pendidikan menjadi sorotan yang penting oleh pemerintah, bahkan pemerintah menganggarkan dana APBN sebesar 20% dan juga memberikan sertifikasi bagi tenaga guru profesional. Namun sampai saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan.
Upaya pembaharuan di bidang pendidikan pada dasarnya diarahkan pada usaha antara lain: penguasaan materi, media dan model pembelajaran. Model pembelajaran diarahkan pada peningkatan pemahaman konsep dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung secara optimal antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa yang optimal berimbas pada peningkatan penguasaan konsep. Di dalam proses belajar mengajar, pelajaran fisika dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk dimengerti sehingga pada umumnya prestasi belajar siswa pada pelajaran fisika kurang memuaskan. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang mudah
(17)
diterapkan dan mampu meningkatkan prestasi belajar fisika di sekolah-sekolah. Sejalan dengan berkembangnya penelitian dibidang pendidikan maka ditemukan model-model pembelajaran baru yang dapat meningkatkan prestasi belajar dan interaksi siswa dalam proses belajar mengajar, yang dikenal dengan model pembelajaran kooperatif. Menurut Jacobs (1997 : 1) di dalam ratusan penelitian, pembelajaran kooperatif mampu menunjukkan peningkatan variabel seperti prestasi, keterampilan interpersonal, sikap terhadap sekolah, diri sendiri, dan lain-lain. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan berpikir. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif menjadi pertimbangan penting untuk digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas. Shimazoe dan Aldrich (2010 : 52-57) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif bercita-cita untuk mengalihkan pembelajaran dari guru yang hanya memberikan ceramah pada siswa yang pasif menjadi siswa yang aktif berinteraksi satu sama lain. Pada pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk berkoordinasi dan berinteraksi dengan rekan mereka sehingga siswa diharapkan dapat belajar melalui kegiatan mereka sendiri.
Berkenaan dengan pembelajaran kooperatif yang tidak hanya bekerja secara kelompok, Jacobs (1997: 1) juga menegaskan ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok tradisional. Pada kelompok tradisional siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok tanpa diperhatikan oleh guru sedangkan pada pembelajaran kooperatif kelompok kerja memang benar-benar telah dipersiapkan secara sungguh-sungguh, direncanakan, dan dimonitor oleh guru. Pada pembelajaran kooperatif siswa dibuat secara berkelompok untuk
(18)
saling tukar informasi, ide, dan berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran kooperatif ini dapat berjalan baik apabila diterapkan bersamaan dengan suatu metode yang tepat, agar siswa mampu bekerja sebagai suatu kelompok dan berdiskusi dengan baik. Pemilihan metode didasarkan pada kondisi sekolah SMP 2 Kaliwungu Kudus yang kurang memiliki alat peraga. Hal ini disebabkan karena jarang dipakainya laboratorium dan tidak adanya assisten laboratorium sehingga perawatan alat-alat peraga kurang diperhatikan. Akibatnya alat yang semestinya cukup untuk melakukan eksperimen menjadi kurang karena terbatas jumlahnya. Sebab itu metode yang cocok digunakan adalah metode demonstrasi. Menurut Djamarah (1995: 102) dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian yang baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai hasil penelitian Latifah (2003 :38) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara penggunaan metode demonstrasi terhadap hasil belajar. Menurut Suparno (2007: 142) lewat demonstrasi siswa dapat mengamati sesuatu secara nyata dan dapat melihat bagaimana cara bekerjanya suatu proses. Metode demonstrasi bertujuan agar siswa lebih tertarik terhadap materi yang diajarkan dan mempermudah siswa dalam mengingat pelajaran sebab siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Nasution (2004: 6) menyatakan bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh-contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang
(19)
dihadapi, dengan mempraktikkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik dan benda yang benar-benar nyata. Berdasarkan hal itu maka tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang memotivasi anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Dengan cara ini pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna dan lebih mudah dipakai untuk memecahkan suatu permasalahan. Di samping itu, demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang membangkitkan rasa keingintahuan siswa melalui suatu percobaan. Diharapkan dengan rasa keingintahuan inilah timbul minat siswa untuk lebih termotivasi untuk belajar fisika.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh masalah tersebut melalui penelitian dengan judul: “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BERBASIS COOPERATIVE LEARNING BERBANTUAN LKS DAN ALAT PERAGA YANG BERKAITAN DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA POKOK BAHASAN CAHAYA”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini adalah:
Apakah pemahaman konsep peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif dengan metode demonstrasi lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep peserta didik dengan pembelajaran ceramah dan diskusi ?
(20)
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang dicapai yaitu untuk mengetahui pemahaman konsep fisika peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif dengan metode demonstrasi lebih baik daripada peserta didik yang menggunakan pembelajaran ceramah dan diskusi.
1.4
Penegasan istilah
1) Implementasi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Indrawan Ws, 2003:220) adalah : penerapan, pelaksanaan. Menurut Nurdin dan Usman (2004) implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide atau gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut.
2) Metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa.
3) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. 4) Pembelajaran ceramah dan diskusi merupakan suatu metode pembelajaran
dengan penyampaian bahan pelajaran secara lisan dalam hal kegiatan belajar, guru bertindak sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
(21)
Metode diskusi adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara menggunakan gambar-gambar yang harus dipahami dan diartikan maknanya dan dilakukan secara berkelompok.
1.5
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat baik siswa, guru maupun penulis sendiri.
1) Bagi siswa
Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat meminimalkan anggapan fisika kurang menarik dan sulit sehingga meningkatkan penguasaan materi fisika secara keseluruhan. Siswa dapat mengenal, memahami dan mengetahui arti penting dari materi cahaya serta mengaplikasikan terhadap kehidupan sehari-hari.
2) Bagi guru
Dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan, guru mengetahui bahwa demonstrasi dapat digunakan untuk membangkitkan motivasi siswa sehingga memperbaiki dan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran.
3) Bagi penulis
Bagi penulis sebagai calon pendidik pelaksanaan penelitian merupakan wahana yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelajar dalam mengenal lapangan demi meningkatkan mutu kinerja sendiri pada saat menjadi pendidik dalam arti sesungguhnya, serta memperoleh model pembelajaran yang sesuai dengan materi cahaya.
(22)
1.6
Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini terdiri atas tiga bagian yang dapat dirinci sebagai berikut:
1) Bagian Pendahuluan skripsi, pada bagian ini berisi judul, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2) Bagian Isi skripsi, terdiri dari: Bab I : Pendahuluan
Bab II : Tinjauan Pustaka dan Hipotesis Bab III : Metode Penelitian
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab V : Simpulan dan Saran
(23)
8
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1
Tinjauan Kurikulum KTSP
Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat dan dramatis dalam bidang ini merupakan fakta dalam kehidupan siswa. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki teknologi, termasuk teknologi informasi. KTSP yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2009:10).
Terkait dengan penyusunan KTSP, BSNP telah membuat panduan penyusunan KTSP. Panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi pendidikan tingkat dasar hingga menengah dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
Berdasarkan panduan yang telah dibuat oleh BSNP. Ada tujuh prinsip pengembangan KTSP yaitu sebagai berikut : (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah ( Muslich, 2009 : 11). Selain itu, KTSP disusun dengan
(24)
memperhatikan acuan operasional. Salah satu diantaranya yaitu peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. Hal ini mengandung arti kurikulum harus disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan dari peserta didik itu sendiri.
2.2
Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Menurut Moskowitz dan Orgel, sebagaimana dikutip Darsono (2000:3) pada dasarnya belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir. Belajar sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman, dikemukakan oleh Whittaker sebagaimana dikutip Darsono (2000: 4). Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.
Belajar mempunyai ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri belajar adalah sifat atau keadaan yang khas dimiliki oleh perbuatan belajar. Dengan demikian ciri-ciri belajar ini akan membedakannya dengan perbuatan yang bukan belajar. Beberapa ciri belajar yang perlu dikemukakan adalah:
1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan dipakai sebagai arah kegiatan dan sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan belajar.
(25)
2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan pada orang lain. Jadi belajar bersifat individual.
3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Berarti individu harus aktif bila dihadapkan pada suatu lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk belajar. Misalnya perhatian, minat, pikiran, emosi, motivasi dll. 4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.
Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang lain (Darsono, 2000: 30 – 31).
Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku. Maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).
Sesuai dengan ciri-ciri belajar, maka ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis, (2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar, (3) pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa, (4) pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik, dan (5) pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.
(26)
Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis (Darsono, 2000: 25).
2.3
Pemahaman Konsep
Pemahaman berasal dari kata paham mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2003), paham berarti mengerti dengan tepat sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Di dalam fisika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.
Pemahaman konsep ialah suatu pengertian yang merupakan kemampuan untuk menemukan ciri-ciri yang sama pada sejumlah benda dan merupakan dasar bagi pembentukan konsep-konsep konkret. Ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu itulah yang disebut dengan konsep (tanggapan).
2.4
Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kontruktivisme.
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif
(27)
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Menurut Johnson, Johnson dan Smith, sebagaimana dikutip oleh Shimazoe dan Aldrich (2010:52-57) terdapat lima prinsip dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut : (1) ketergantungan antar anggota, (2) setiap anggota bertanggung jawab akan tugasnya masing-masing, (3) ada interaksi antar anggota, (4) saling mengembangkan dan meningkatkan keahlian masing-masing anggota kelompok, dan (5) lebih mengutamakan penilaian kelompok daripada individu. Pembelajaran kooperatif juga bermanfaat bagi siswa sebagaimana ditulis oleh Shimazoe dan Aldrich (2010:52-57) sebagai berikut: (1) meningkatkan pembelajaran, (2) membantu meningkatkan nilai lebih tinggi, (3) mengajarkan keterampilan sosial dan nilai-nilai sipil, (4) mengajarkan keterampilan berpikir, (5) meningkatkan kemampuan individu, dan (6) mengembangkan sikap positif terhadap pembelajaran otonom.
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat sebab sebagian besar orang bekerja dalam suatu organisasi yang saling bergantung satu sama lain.
(28)
Metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran sains dan teknologi, misalnya : bagaimana cara kerja suatu mesin cuci atau apa yang terjadi jika suatu balon berisi air bakar dengan api.
2.5.1 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Metode Demonstrasi :
1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di demonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
2) Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila siswa sendiri tidak dapat ikut memperhatikan.
3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4) Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis tetapi dapat membangkitkan minat siswa.
5) Guru harus dapat memperagakan demonstrasi dengan sebaik-baiknya, karena itu guru perlu mengulang-ulang peragaan di rumah dan memeriksa semua alat yang akan dipakai sebelumnya sehingga sewaktu mendemonstrasikan di depan kelas semuanya berjalan dengan baik.
(29)
2.5.2 Kelebihan Metode Demonstrasi :
1) Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati.
2) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang didemonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
3) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar. 4) Dapat menambah pengalaman anak didik.
5) Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang disampaikan. 6) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran lebih jelas dan
kongkrit.
7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta berperan secara langsung.
2.6
Metode ceramah
Metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk melihat dan mendengarkan. Pembelajaran terpusat pada guru siswa cenderung pasif. Di dalam metode ceramah pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu dari guru ke siswa.
2.7
Metode diskusi
Dalam metode diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengungkapkan pendapat menjadi terangsang, siswa
(30)
terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain.
2.8
Pokok Bahasan Cahaya
2.6.1 Cahaya sebagai Gelombang Elektromagnetik
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang tidak memerlukan medium untuk merambat sehingga cahaya dapat merambat tanpa memerlukan medium. Setiap benda yang memancarkan cahaya disebut sumber cahaya dan setiap benda yang tidak dapat memancarkan cahaya disebut benda gelap.
1) Benda tembus cahaya, yaitu benda yang dapat meneruskan cahaya yang diterimanya. contoh benda baur adalah es dan air keruh.
2) Benda tak tembus cahaya, yaitu benda yang tidak dapat meneruskan cahaya yang diterimanya.
2.6.2 Pemantulan Cahaya
Setiap benda bersifat memantulkan cahaya. Benda dapat terlihat karena benda tersebut memantulkan cahaya. Secara lengkap hukum pemantulan cahaya adalah sebagai berikut.
1) Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2) Sudut datang sama dengan sudut pantul.
Meskipun hampir semua benda bersifat memantulkan cahaya, tetapi hanya beberapa saja yang dapat memantulkan cahaya secara sempurna. Permukaan benda yang memantulkan cahaya mempengaruhi karakteristik pemantulan. Pada Gambar 2.1 terlihat cahaya yang mengenai yang rata akan dipantulkan secara
(31)
teratur oleh permukaan tersebut. Pemantulan ini disebut sebagai pemantulan teratur.
Gambar 2.1 Pemantulan Teratur
Pada permukaan yang tidak rata, cahaya akan dipantulkan secara tidak teratur. Perhatikan Gambar 2.2! Pantulan jenis ini disebut dengan pemantulan baur. Sinar-sinar cahaya yang datang sejajar akan dipantulkan oleh permukaan menjadi tidak sejajar.
Gambar 2.2 Pemantulan Baur 2.6.2.1 Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar
Cermin bersifat memantulkan cahaya secara teratur karena permukaannya bersifat rata dan bening.
(32)
Gambar 2.3 Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar
Sinar datang yang mengenai cermin datar akan dipantulkan. Jika sinar datang tegak lurus terhadap cermin akan dipantulkan tegak lurus cermin. Pada gambar terlihat bahwa bayangan pada cermin datar merupakan perpanjangan sinar -sinar pantulnya. Bayangan yang terbentuk akibat perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar pantul dinamakan bayangan maya. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah (1) sama besar, (2) berkebalikan, (3) tegak, (4) maya, dan(5) jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan ke cermin.
Jika terdapat dua buah cermin datar yang membentuk sudut α, maka banyaknya bayangan yang dibentuk dirumuskan oleh persamaan sebagai berikut.
1 360
n
Keterangan:
n = banyaknya bayangan yang dibentuk (nilai n harus bilangan bulat tidak pecahan).
α = sudut antara dua cermin.
2.6.2.2 Pemantulan Cahaya pada Cermin Cekung
Cermin cekung adalah cermin yang bentuknya melengkung seperti bagian dalam bola. Pada pemantulan cahaya oleh cermin cekung, jarak antara benda dan
(33)
cermin mempengaruhi bayangan yang dihasilkan. Bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung merupakan perpotongan sinar pantul atau merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar pantul. Cermin cekung bersifat mengumpulkan cahaya (konvergen). Berikut adalah gambar lukisan sinar istimewa pada cermin cekung.
.
Gambar 2.4 Bagian-bagian Cermin Cekung
Gambar 2.5 Sinar Datang Sejajar Sumbu Utama Dipantulkan Melalui Titik Fokus
Gambar 2.6 Sinar Datang Melalui Titik Fokus Dipantulkan Sejajar Sumbu Utama Keterangan :
SU = Sumbu Utama M = Pusat
(34)
Gambar 2.7 Sinar Datang Melalui Pusat Kelengkungan Dipantulkan Kembali Melalui Titik Pusat Kelengkungan Cermin
2.6.2.3 Pemantulan Cahaya pada Cermin Cembung
Cermin cembung adalah cermin yang bagiannya melengkung seperti bagian luar bola. Perhatikan skema bentuk cermin cembung pada Gambar 2.8. Terlihat bahwa cermin cembung merupakan kebalikan cermin cekung. Seperti halnya cermin cekung, sebelum menggambarkan pembentukan bayangan, perlu diketahui sinar-sinar istimewa yang dimiliki cermin cembung. Sinar-sinar istimewa itu dapat dilihat pada Gambar 2.9, Gambar 2.10, dan Gambar 2.11.
Gambar 2.8 Skema Cermin Cembung
Keterangan :
SU = Sumbu Utama M = Pusat
(35)
Gambar 2.9 Sinar Datang Sejajar Sumbu Utama Dipantulkan Seolah-olah Berasal dari Titik Fokus
Gambar 2.10 Sinar Datang Seolah-olah Menuju Titik Fokus Dipantulkan Sejajar Sumbu Utama
Gambar 2.11Sinar Datang yang Menuju Pusat Kelengkungan Cermin Dipantulkan Seolah-olah Berasal dari Pusat Kelengkungan yang Sama
(36)
2.9
Kerangka Berpikir
Tujuan pembelajaran sangatlah penting sebab suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila tujuan dari pembelajaran itu dapat tercapai. Untuk itu guru harus mampu untuk merumuskan tujuannya secara tepat agar mampu mengukur prestasi belajar siswa. Prestasi belajar yang dicapai tiap individu merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Diantara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah lingkungan sekolah, karena sekolah merupakan lingkungan tempat siswa berinteraksi sehingga mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Proses belajar mengajar dapat mencapai hasil yang lebih baik apabila siswa mempunyai motivasi dan keinginan untuk belajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk mendesain suatu kegiatan pembelajaran yang tidak membosankan. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi merupakan salah satu langkah yang dapat diterapkan oleh guru. Hal ini karena pelajaran fisika yang membutuhkan contoh-contoh konkret agar siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak. Misalnya pada pokok bahasan cahaya yang membutuhkan suatu peragaan sehingga siswa mudah untuk memahami materi yang diajarkan.
Melihat dari ciri-ciri pembelajaran fisika, maka diperlukan suatu desain metode pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar. Motivasi berakibat pada kemauan belajar siswa, yang akhirnya berpengaruh pada
(37)
pemahaman konsep pemantulan cahaya pada siswa sehingga hal ini bisa meningkatkan hasil belajar siswa.
2.10
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan materi di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah
Ho : Pemahaman konsep peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif menggunakan metode demonstrasi tidak lebih baik bila dibandingkan dengan pemahaman konsep peserta didik dengan pembelajaran ceramah dan diskusi. Ha : Pemahaman konsep peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif menggunakan metode demonstrasi lebih baik bila dibandingkan dengan pemahaman konsep peserta didik dengan pembelajaran ceramah dan diskusi.
(38)
23
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Penentuan Objek Penelitian
3.1.1 PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP 2 Kaliwungu Kudus kelas VIII tahun ajaran 2010/2011. Populasi ini terdiri dari enam kelas seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas VIII
Kelas VIII-A VIII-B VIII-C VIII-D VIII-E VIII-F Jumlah
siswa 40 40 38 38 38 38
Jadi banyaknya populasi yang diambil 232 siswa. Populasi ini mempunyai kondisi awal yang relatif sama. Hal ini dapat dilihat dari data nilai ulangan akhir semester I kelas VIII SMP 2 Kaliwungu Kudus seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data Nilai Ulangan Akhir Semester I Kelas VIII Kelas n Rata-rata Varians
Uji Homogenitas Uji kesamaan rata-rata 2
hitung 2Tabel Kriteria Fhitung FTabel Kriteria X-1 40 72.90 49.02
9.41 11.07 Homogen 2.08 2.25
Tidak berbeda signifikan X-2 40 71.10 41.22
X-3 38 67.68 77.47 X-4 38 70.66 82.12 X-5 38 70.00 88.76 X-6 38 68.13 85.20
(39)
Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh 2hitumg (9.41) 2tabel (11.07) yang berarti bahwa ketujuh kelas tersebut mempunyai varians yang relatif sama. Dilihat dari hasil uji anava diperoleh F hitung sebesar 2.08 F tabel (2.25) yang berarti keenam kelas tersebut mempunyai rata-rata yang relatif sama. Berdasarkan kedua analisis tersebut menunjukkan bahwa populasi tersebut homogen.
3.1.2 Sampel
Pada penelitian ini digunakan teknik random sampling, yaitu sampel yang diambil secara acak.
Penentuan sampel diambil dengan cara diundi dari enam kelas sampel tersebut terdiri dari satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Sampel dalam penelitian ini diambil dua dari enam kelas siswa SMP 2 Kaliwungu Kudus kelas VIII tahun ajaran 2010/2011. Diperoleh kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-E sebagai kelas kontrol.
3.2
Variabel Penelitian
Variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu:
1) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab (Arikunto, 1998: 101). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan metode demonstrasi dan pembelajaran ceramah dan diskusi pada pengajaran fisika di SMP.
(40)
2) Variabel terikat adalah akibat atau variabel yang dipengaruhi (Arikunto, 1998: 93). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah pemahaman konsep fisika siswa SMP kelas VIII semester II.
3) Variabel yang dikendalikan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dikendalikan adalah materi pelajaran berasal dari guru yang sama, kurikulum yang digunakan guru untuk mengajar dan sumber belajar siswa.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (1998: 225) definisi metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Keberhasilan pengumpulan data sangat dipengaruhi oleh metode pengumpulan data, karena data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis dan pembahasan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.3.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998: 236). Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang banyaknya siswa yang akan menjadi sampel penelitian dan juga daftar nama-nama siswa yang akan menjadi responden dalam uji coba instrumen. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk mendapatkan data nilai ulangan akhir semester I kelas VIII. Data nilai tersebut kemudian dianalisis dalam rangka menarik simpulan apakah populasinya homogen atau tidak.
(41)
3.3.2 Tes
Metode tes ini dipergunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes ini terdiri dari dua macam tes yaitu pre test dan post test. Bentuk tesnya adalah tes obyektif berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.
Dalam penyusunan perangkat tes langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut.
1) Materi yang akan diteskan dibatasi pada pokok bahasan cahaya.
2) Menyusun jumlah soal uji coba sebanyak 40 butir soal obyektif pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.
Pilihan soal obyektif ini dengan pertimbangan sebagai berikut: 1) Dapat mewakili isi dan keluasan materi.
2) Dapat dinilai secara obyektif oleh siapapun.
3) Kunci jawaban telah tersedia secara pasti sehingga mudah dikoreksi. Sebelum tes digunakan untuk memperoleh data dari sampel sebagai objek penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba tes pada kelas di luar kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3.3.3 Lembar Pengamatan ( Observasi )
Lembar observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai gambaran proses pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu melihat dan mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
(42)
3.4
Analisis Hasil Pengujian Instrumen
Untuk mendapatkan instrumen yang baik, terlebih dahulu dilakukan uji coba tes untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Dari hasil uji coba itu kemudian dianalisis untuk mengetahui daya pembeda, taraf/indeks kesukaran, validitas dan reliabilitas tes.
3.4.1 Analisis Validitas
Menurut Arikunto (2007: 79), instrumen penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus korelasi biserial sebagai berikut :
q p St
Mt Mp rbis
keterangan:
Mp = rata-rata skor siswa yang pada butir soal menjawab benar. Mt = rata-rata skor seluruh siswa
St = simpangan baku skor total p = proporsi siswa
q = 1 – p p =
siswa seluruh jumlah
benar menjawab yang
siswa banyaknya
Dari hasil perhitungan, soal yang memenuhi kriteria valid dapat dilihat pada Tabel 3.3.
(43)
Tabel 3.3 Ringkasan Validitas Soal Uji Coba
No Kriteria No soal Jumlah %
1. Valid
1; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 13; 14; 15; 16; 17; 18; 20; 22; 23; 25; 26; 27; 28; 29; 30; 32; 34; 35; 36;37;38;39;40
31 77.5
2. Tidak valid
2; 3; 4; 12; 19; 21; 24; 31
9 22.5
3.4.2 Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa kelas atas dan kelas bawah. Soal ini dikatakan baik apabila daya pembeda soal makin besar. Dalam menentukan daya pembeda soal atau indek diskriminasi (D), peserta dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas atas dan kelas bawah (Arikunto, 2006: 213).
Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah: D =
P
AP
BDengan PA =
A A
J B
P
B B B
J B
Keterangan :
D = Daya beda soal (indeks diskriminasi)
PA = Proporsi siswa kelas atas yang menjawab benar PB = Proporsi siswa kelas bawah yang menjawab benar JA = Banyaknya siswa kelas atas
(44)
BA = Banyaknya siswa kelas atas yang menjawab benar BB = Banyaknya siswa kelas atas yang menjawab benar
Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya pembedanya diklasifikasikan sebagai berikut :
0,00 ≤ D < 0,20 maka daya pembedanya kurang 0,20 ≤ D < 0,40 maka daya pembedanya cukup 0,40 ≤ D < 0,70 maka daya pembedanya baik 0,70 ≤ D ≤ 1,00 maka daya pembedanya baik sekali
bila D negatif, semua tidak baik, jadi butir soal yang mempunyai nilai D negatif, sebaiknya dibuang.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, soal yang memenuhi yang kriteria daya beda dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Ringkasan Daya Beda Soal Uji Coba
No Kriteria No soal Jumlah %
1. Baik 15; 16; 20; 33; 35; 36; 37; 38; 39
9 22.5
2. Cukup 1; 3; 4; 5; 6; 8; 9; 10; 11; 12; 14; 17; 18; 22; 23;24; 25; 26; 27; 28; 30; 31; 32; 34; 40
25 62.5
3. Jelek 2; 7; 13; 19; 21; 29 6 15
3.4.3 Analisis Taraf Kesukaran Rumus yang digunakan adalah :
P = JS
(45)
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria yang menunjukkan tingkat kesukaran soal adalah: 0,00 P 0,30 maka dikategorikan soal sukar 0,30 P 0,70 maka dikategorikan soal sedang 0,70 P 1,00 maka dikategorikan soal mudah
Dengan demikian tes yang baik mempunyai perbandingan yang proporsional antara soal yang mudah, sedang dan sukar (Arikunto, 2006: 208).
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, soal yang memenuhi yang kriteria tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba
No Kriteria No soal Jumlah %
1. Sukar 7; 8; 22; 23; 26; 36; 37; 40 8 20 2. Sedang 1; 2; 3; 4; 5; 6; 9; 10; 11; 12;
13; 15; 16; 18; 19; 20; 21; 24; 25; 27; 28; 29; 30; 31; 32; 33; 34; 35; 38; 39
30 75
3. Mudah 14; 17; 2 5
3.4.4 Analisis Reliabilitas
Suatu tes dikatakan relibel apabila tes tersebut dapat dipercaya dan konsisten (ajeg). Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kuder and Richardson (K-R 21) seperti yang tercantum dalam Arikunto (2007: 101) sebagai berikut :
(46)
2 2 11 1 S pq S k k r Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal ∑pq = Jumlah dari pq
S2 = Varians total Nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika nilai r11≥ rtabel maka instrumen tersebut reliabel.
Harga
r
11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan aturanpenetapan reabilitas sebagai berikut:
20
,
0
00
,
0
r
11 = reliabilitas sangat rendah40
,
0
20
,
0
r
11 = reliabilitas rendah60
,
0
40
,
0
r
11 = reliabilitas sedang80
,
0
60
,
0
r
11 = reliabilitas tinggi00
,
1
80
,
0
r
11 = reliabilitas sangat tinggiSoal dapat dipakai sebagai instrumen penelitian apabila telah memenuhi validitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal sesuai dengan kriteria yang dapat dipakai serta reliabilitasnya baik.
(47)
3.5
Rancangan Eksperimen
Dalam penelitian ini, terdapat dua kelas yang akan diteliti yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rancangan eksperimen dipilih Randomized control group pre test-post test design seperti Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Rancangan eksperimen Randomized control group pre test-post test design
Kelas Pre test Treatmen Post test
Kelas eksperimen T1 X T2
Kelas Kontrol T1 Y T2
Keterangan:
X : penggunaan model kooperatifdengan metode demonstrasi
Y : tanpa penggunaan metode demonstrasi (pembelajaran ceramah dan diskusi)
T1 : pre test sebelum pembelajaran pemantulan cahaya
T2 : post test setelah pembelajaran pemantulan cahaya
3.6
Analisis Data Tahap Awal
Tahap awal digunakan untuk mengetahui kondisi populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel yang meliputi uji homogenitas dan uji anava.
3.6.1 Uji Homogenitas
Sebelum dilakukan penelitian maka populasi haruslah dalam keadaan homogen sehingga dalam pengambilan sampel dapat digunakan teknik random sampling. Data yang dipergunakan adalah nilai ulangan akhir semester I.
(48)
Kemudian dari data sampel tersebut dilakukan analisis selanjutnya. Pengujian tersebut adalah uji homogenitas varians yang bertujuan untuk menguji kesamaan k buah (K ≥ 2) varians populasi yang berdistribusi normal. Analisis dilakukan untuk pengujian hipotesis Ho = σ12 = σ22=...= σk2. Dalam menguji homogenitas sampel dipergunakan uji Bartlett. Untuk memudahkan perhitungan pengujian Bartlett dibuat tabel seperti Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Harga untuk uji Bartlett
Sampel Dk 1/dk Si2 Log Si2 (dk) log Si2
1 2 3 k
N1-1
N2-1
N3-1
Nk-1
1/(N1-1)
1/(N2-1)
1/(N3-1)
1/(Nk-1)
S12
S22
S32
Sk2
Log S12
Log S22
Log S32
Log Sk2
(N1-1) Log S12
(N2-1) Log S22
(N3-1) Log S32
(Nk-1) Log Sk2
Jumlah - - - - -
Langkah-langkah antara lain:
(1) Menghitung Variansi gabungan
1 1 2 2 Ni i S Ni S Keterangan :
S2 = Varians gabungan dari kelas sampel N = Jumlah Siswa
(2) Menghitung Koefisien Bartlett B = log S2 - (Ni – 1) (3) Menghitung χ2 data
2
log 1 10 B Ni S Ln
(49)
Kriteria pengujian tolak hipotesis Ho jika χ2≥ χ2
(1- α)(k- 1), dengan α = 5% dan dk = (k- 1).
3.6.2 Uji Kesamaan Varians
Pada penelitian ini untuk mengetahui sampel apakah populasi berasal dari varians yang sama besar disebut varians homogen dan bila tidak dari varians yang sama disebut varians heterogen. Uji kesamaan varians digunakan untuk menentukan kehomogenan sampel yang diambil dengan teknik random sampling. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
terkecil ian
terbesar ian
F
var var
Untuk pengujian hipotesis tersebut digunakan uji F dengan bantuan tabel analisis varians seperti pada Tabel 3.8, untuk k lebih dari dua.
Tabel 3.8 Tabel persiapan anava
Sumber variasi dk JK KT F
Rata-rata 1 RY RY+1
Antar kelas k – 1 AY A=AY:(k-1)
F=A/D Dalam Kelas (ni - 1) DY D=DY: ( (ni
-1)
Total ni X2
(Sudjana, 1998: 305) keterangan:
RY = ( Y2)/n
AY = ( Xi)2/ni – RY JK tot = Xi2
DY =Jktot – RY- AY
Hasil uji F dikonsultasikan dengan kriteria jika harga Fhitung < FTabel,
(50)
disimpulkan kedua kelas mempunyai varians yang homogen (Sudjana, 2002: 250).
3.7
Analisis Tahap Akhir
Setelah perlakuan selesai diberikan, maka diadakan tes II untuk mengambil data hasil belajar kognitif siswa dari kelas yang menggunakan pembelajaran model kooperatif dengan metode demonstrasi dan kelas yang menggunakan pembelajaran ceramah dan diskusi yang kemudian hasil dari tes II, kedua kelas tersebut dilakukan analisis tahap akhir untuk menguji hipotesis penelitian. Langkah-langkah untuk analisis tahap akhir yaitu :
3.7.1 Uji Kenormalan Data
Asumsi bahwa populasi berdistribusi normal membantu menyelesaikan persoalan dengan mudah dan lancar, yaitu untuk mengetahui apakah data hasil penelitian dianalisis dengan memakai statistika parametrik atau non parametrik. Jika populasi berdistribusi normal dan menggunakan instrumen yang terukur maka dapat diselesaikan dengan parametrik. Oleh karena itu asumsi normalitas perlu dicek keberlakuannnya, agar langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan (Sudjana, 2002: 291). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data. Uji ini menggunakan rumus Chi kuadrat sebagai berikut:
i i i
E E O
2
keterangan: χ 2
(51)
Oi = frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian, jika χ 2hitung χ 2tabel dengan dk = k – 3, maka data berdistribusi normal (Sudjana, 1996: 273).
3.7.2 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pre Test
Uji kesamaan dua rata-rata uji dua pihak digunakan untuk menguji apakah rata-rata kelas eksperimen dan kontrol mempunyai rata-rata yang sama atau tidak. Uji hipotesis ini menggunakan rumus t tes yang jenis rumusnya ditentukan dari hasil uji kesamaan dua varians, yaitu jika variansinya sama rumus t tes yang digunakan adalah rumus:
2 1
2 1 1
1 1
n n S
X X
t (Sudjana 1996 ; 241)
keterangan : _
1
X = Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
_ 2
X = Rata-rata hasil belajar kelas kontrol
n1 = Banyaknya data sampel kelas eksperimen
n2 = Banyaknya data sampel kelas kontrol
S = Varians
Dalam uji kesamaan dua rata-rata pre test, hipotesis statistik yang diajukan adalah:
Ho : Yang berarti nilai rata-rata pre test kelas eksperimen sama dengan nilai rata-rata kelas kontrol.
(52)
Ha : yang berarti ada perbedaan nilai-nilai rata-rata pre test kedua kelas. Hipotesis nol diterima artinya μe = μk, jika t’ dalam kriteria di atas, sedang Ho ditolak artinya μe > μk, jika t’ di luar kriteria di atas.
3.7.3 Uji Perbedaan Dua Rata- rata Data Post Test
Uji perbedaan dua rata-rata uji satu pihak kanan dilakukan untuk mengetahui hasil penelitian, apakah hipotesis kerja diterima atau ditolak.
Dalam uji perbedaan dua rata-rata peningkatan hasil belajar, hipotesis statistik yang diajukan adalah:
Ho : yang berarti rata-rata peningkatan hasil belajar kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata peningkatan hasil belajar kelas kontrol.
a yang berarti rata-rata peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata peningkatan hasil belajar kelas kontrol.
Uji hipotesis ini menggunakan rumus t tes yang jenis rumusnya ditentukan dari hasil uji kesamaan dua varians, yaitu jika variansinya sama rumus t tesyang digunakan adalah sebagai berikut:
2 1 2 1 1 1 1 n n S X X t dengan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 2 1 n n S n S n S
(53)
keterangan: _
1
X = Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
_ 2
X = Rata-rata hasil belajar kelas kontrol
n1 = Banyaknya data sampel kelas eksperimen
n2 = Banyaknya data sampel kelas kontrol
2 1
S = Varians kelas eksperimen
2 2
S = varians kelas kontrol
Derajat kebebasan untuk tabel distribusi t adalah (n1+n2 - 2) dengan
peluang (1- ), taraf signifikan (Sudjana, 1998: 243). Dalam penelitian ini diambil taraf signifikan = 5%.
Dalam uji perbedaan dua rata-rata post test, kriteria pengujiannya sebagai berikut.
1) Terima Ho jika t hitung < t(1 – 1/2 )(n1+n2 - 2), hal ini berarti nilai rata-rata
post test kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan nilai rata-rata post test kelas kontrol.
2) Tolak Ho jika t hitung ≥ t(1 – 1/2 )(n1+n2 - 2), hal ini berarti nilai rata-rata
post test kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata post test kelas kontrol.
3.7.4 Uji Peningkatan Pemahaman Konsep
Uji peningkatan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan pemahaman konsep siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapatkan perlakuan. Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut:
(54)
Keterangan:
g : besarnya faktor g
Spre : skor rata-rata pre test (%)
Spost : skor rata-rata post test (%)
Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut: Tinggi : g > 0,7
Sedang : 0,3 g 0,7
Rendah : g < 0,3 (Hake, 1998: 64) 3.7.5 Uji Signifikansi Gain Ternormalisasi
Uji ini bertujuan untuk menguji perbedaan antara hasil pre test dan post test dari masing-masing kelas sampel atau untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar yang signifikan. Dalam pengujian ini digunakan hipotesis:
Ho: yang berarti tidak ada peningkatan yang signifikan. Ha: yang berarti ada peningkatan yang signifikan. Rumus yang digunakan untuk pengujian hipotesis;
(Sugiyono, 2008:119) pre pre post S S S g % 100 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n s n s r n s n s x x t
(55)
keterangan:
= rata-rata kelas eksperimen = rata-rata kelas kontrol
= simpangan baku kelas eksperimen
= simpangan baku kelas kontrol
= varians kelas eksperimen
= varians kelas kontrol
= korelasi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
Dengan menggunakan uji pihak kanan, apabila t hitung > t tabel, maka dapat dinyatakan bahwa ada peningkatan hasil belajar yang signifikan.
3.8
Lembar Pengamatan ( Observasi )
Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data hasil observasi ini disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mempermudah dalam membaca data. Kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran fisika, serta aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif.
Untuk menganalisis hasil observasi aktivitas siswa menggunakan analisis persentase. Setelah itu, mengubah skor mentah ke dalam bentuk persentase dengan rumus:
∑ Skor yang diperoleh
Persentase Skor Rata-rata = × 100%
Skor maks
(56)
Tabel 3.9 Kriteria Keberhasilan Terhadap Aktivitas Siswa Persentase Keberhasilan Interpretasi
81 – 100 Sangat Baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
< 21 Sangat Kurang
(57)
42
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Uji Coba Test
Uji coba perangkat tes dilakukan pada anak kelas IX SMP 2 Kaliwungu Kudus, hal ini mengambil pertimbangan bahwa anak kelas IX telah menerima materi pelajaran dengan proporsi yang sama. Jumlah soal yang diuji cobakan sebanyak 40 butir soal dalam bentuk soal tes obyektif selama 2 jam mata pelajaran. Setelah dianalisis yang meliputi reliabilitas tes, taraf kesukaran, dan daya pembeda serta validitas butir soal, maka dipilih 30 soal yang memenuhi kriteria sebagai alat ukur.
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Februari sampai dengan 19 Maret 2011 di SMP 2 Kaliwungu Kudus. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada dua kelas yaitu kelas VIII-B dan VIII-E. Kedua kelas ini diberikan materi dan media yang sama. Pada kelas VIII-B yang dijadikan kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif bermetode demonstrasi, dan pada kelas VIII-E yang dijadikan kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran ceramah dan diskusi. Pada penelitian ini
(58)
kedua kelas mengalami 3 tahap kegiatan yaitu pre test, pembelajaran, dan post test. Pre test di sini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa apakah dalam keadaan awal yang sama sebelum diadakan pembelajaran dan post test digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran dari kedua kelas hampir sama yaitu menggunakan metode ceramah dan diskusi untuk membuktikan sifat dan karakteristik cahaya. Perbedaannya pada kelas eksperimen diberikan metode demonstrasi sehingga siswa diberikan gambaran secara nyata sifat dan karakteristik cahaya.
4.1.2.1 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen
Pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen dibagi dalam enam kali pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pre test sedangkan pertemuan keenam digunakan untuk post test. Perangkat test untuk pre test dan post test yang digunakan adalah soal yang sudah diuji cobakan berupa soal obyektif berjumlah 30 butir dengan 4 pilihan jawaban.
Tahapan pelaksanaan penelitian untuk kelas eksperimen adalah sebagai berikut : (1) mengadakan tes awal sebelum pelajaran dimulai, (2) membahas soal tes awal bersama-sama, (3) guru memberikan demonstrasi sesuai pokok bahasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari kepada siswa, (4) diskusi dan ceramah materi pelajaran, (5) memberi latihan soal, dan (6) memberikan tes akhir sebagai evaluasi tiap pertemuan.
(59)
4.1.2.2 Proses Pembelajaran Kelas Kontrol
Pelaksanaan penelitian pada kelas kontrol dibagi dalam enam kali pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pre test sedangkan pertemuan keenam digunakan untuk post test. Perangkat test yang digunakan adalah soal yang sudah diuji cobakan berupa soal obyektif berjumlah 30 butir dengan 4 pilihan jawaban, perangkat test untuk pre test dan post test yang digunakan pada kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen.
Tahapan pelaksanaan penelitian untuk kelas kontrol berbeda dengan kelas eksperimen, untuk tahapan pada kelas kontrol adalah sebagai berikut : (1) ceramah dan diskusi materi pelajaran, dan (2) memberi latihan soal.
Ringkasan kegiatan kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
4.1.3 Analisis Data Kemampuan Awal Siswa Sebelum Pembelajaran 4.1.3.1 Deskriptif Data Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa sebelum diadakan pembelajaran dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kemampuan Awal Siswa Sebelum Pembelajaran
Sumber Variasi Eksperimen Kontrol
n 38 38
Rata-rata 36,47 40,34
Varians 57,82 95,58
Standart deviasi 7,60 9,78
Maksimal 50 57
(60)
Berdasarkan pada Tabel 4.1 dari 38 siswa kelas eksperimen rata-rata kemampuan awalnya mencapai nilai 36.47 sedangkan kelas kontrol rata-rata kemampuan awalnya mencapai nilai 40.34. Kemampuan awal tertinggi kelas eksperimen mencapai nilai 50 dengan nilai terendah mencapai 23 sedangkan untuk kelas kontrol kemampuan awal tertinggi mencapai nilai 57 dengan nilai terendah mencapai 23. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut masih dibawah batas ketuntasannnya yaitu 72.
4.1.3.2 Uji Normalitas Data Pre Test
Hasil uji normalitas data pre test dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pre test
Sumber Variasi Eksperimen Kontrol
x2hitung 7,6082 6,5412
Dk 3 3
x2 hitung 7,81 7,81
Kriteria Normal normal
Berdasarkan hasil analisis diperoleh x2 hitung untuk kelas eksperimen sebesar 7,6082 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 6,5412. Dari hasil perhitungan kedua nilai tersebut kurang dari x2 tabel pada taraf kesalahan 5% dengan dk = 3 yaitu 7.81, yang berarti bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil analisis ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam analisis selanjutnya yaitu menggunakan statistika parametrik. 4.1.3.3 Uji Kesamaan Varians Data Pre Test
(61)
Hasil uji kesamaan varians data pre test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Varians Data Pre Test
Kelas Varians dk F hitung F tabel
Eksperimen 57,82 37
1,653 1,92
Kontrol 7,60 37
Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh F hitung sebesar 1,653 < F tabelsebesar 1,92 dengan dk (37:37) yang berarti bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang tidak berbeda.
4.1.3.4 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pre Test
Hasil uji kesamaan dua rata-rata data pre test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pre Test
Kelas Rata-rata dk t hitung t tabel
Eksperimen 36,47
74 -1,925 1,993
Kontrol 40,34
Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh t hitung sebesar -1,925 berada pada daerah penerimaan Ho, yaitu antara - 1,993 sampai 1,993 dengan dk 74 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan pembelajaran.
(62)
4.1.4 Analisis Data Hasil Belajar Siswa Setelah Pembelajaran 4.1.4.1 Deskriptif Data Hasil Belajar Siswa
Kemampuan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Deskriptif Data Hasil Belajar Siswa Setelah Pembelajaran
Sumber Variasi Eksperimen Kontrol
N 38 38
Rata-rata 71,09 67,45
Varians 50,37 69,97
Standart deviasi 7,10 8,36
Maksimal 83 80
Minimal 53 47
Berdasarkan pada Tabel 4.5, dari 38 siswa kelas eksperimen rata-rata kemampuan siswa setelah pembelajaran mencapai nilai 71,09 sedangkan kelas kontrol rata-rata kemampuan setelah pembelajaran mencapai nilai 67,45. Kemampuan tertinggi kelas eksperimen setelah pembelajaran mencapai nilai 83 dengan nilai terendah mencapai 53 sedangkan untuk kelas kontrol kemampuan tertinggi setelah pembelajaran mencapai nilai 80 dengan nilai terendah mencapai 47. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas mengalami peningkatan baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
(63)
4.1.4.2 Uji Normalitas Data Post Test
Hasil uji normalitas data post test dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Post Test
Sumber Variasi Eksperimen Kontrol
x2hitung 5,04 5,84
Dk 3 3
x2 tabel 7,81 7,81
Kriteria Normal normal
Berdasarkan hasil analisis diperoleh x2 hitung untuk kelas eksperimen sebesar 5,04 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 5,84. Dari hasil perhitungan kedua nilai tersebut kurang dari x2 tabel pada taraf kesalahan 5% dengan dk = 3 yaitu 7.81, yang berarti bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil analisis ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam analisis selanjutnya yaitu menggunakan statistika parametrik.
4.1.4.3 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Post Test
Hasil uji perbedaan dua rata-rata data post test antara kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Post Test
Kelas Rata-rata dk t hitung t tabel
Eksperimen 71,09
74 2,04 1,993
(64)
Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh t hitungsebesar 2,04 > t tabel sebesar 1,993 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol.
4.1.4.4 Uji Peningkatan Hasil Belajar Kognitif
Untuk menguji adanya peningkatan hasil belajar setelah adanya pembelajaran dari kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat dari hasil uji peningkatan yang menggunakan uji gain ternormalisasi seperti Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar Kognitif
Kelas Faktor g
<g> Kriteria
Eksperimen 0,54 Sedang
Kontrol 0,45 Sedang
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh besarnya faktor g untuk kelas eksperimen sebesar 0,54 dengan kriteria pengambilan keputusan sedang, untuk kelas kontrol sebesar 0,45 dengan kriteria pengambilan keputusan sedang. Namun apabila dilihat dari besarnya faktor g dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
4.1.4.5 Uji Signifikansi Gain Ternormalisasi
Hasil uji signifikansi antara kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.9.
(65)
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Gain Ternormalisasi
Kelas Rata-rata dk t hitung t tabel Kriteria Eksperimen 71,09
74 2,193 1,982 berbeda
Kontrol 67,45
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh t hitung sebesar 2,192 > t tabel (1,982), yang berarti ada perbedaan yang signifikan, dimana peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
4.1.4.6 Uji Observasi Aktivitas Siswa
Hasil uji observasi siswa antara kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Uji Observasi Aktivitas Siswa
Sumber variasi Eksperimen Kontrol
Nilai penskoran 2668,8 2350
Rata-rata aspek
penilaian 70,64% 61,84%
Kriteria Baik Cukup baik
Berdasarkan pada Tabel 4.10 dapat dilihat hasil uji observasi siswa yaitu kemampuan psikomotorik siswa pada kelas eksperimen mencapai 70,64% dalam kriteria baik sedangkan kemampuan psikomotorik siswa pada kelas kontrol mencapai 61,84% dalam kriteria cukup baik. Berarti kemampuan psikomotorik siswa pada kelas eksperimen lebih aktif daripada kelas kontrol.
(66)
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 19 Maret 2011 dengan mengambil populasi siswa kelas VIII SMP 2 Kaliwungu Kudus tahun ajaran 2010/2011. Populasi terdiri dari enam kelas yang terdiri dari kelas VIII A – kelas VIII F, namun di dalam penelitian ini hanya diambil sampelnya saja. Sampel dalam penelitian ini diambil dua dari enam kelas siswa SMP 2 Kaliwungu Kudus kelas VIII. Pada penentuan sampel peneliti menggunakan teknik random sampling, sehingga diperoleh kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan VIII E sebagai kelas kontrol.
Pada tahap pelaksanaan kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif dengan metode demonstrasi sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan model ceramah dan diskusi. Pada penelitian ini kedua kelas mengalami 3 tahap kegiatan yaitu pre test, penerapan modelpembelajaran (kegiatan inti), dan post test.
Pada tahap kegiatan pertama siswa diberi pre test, pre test di sini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa apakah dalam keadaan awal yang sama atau tidak sebelum diberikan perlakuan. Berdasarkan data kondisi awal menunjukkan kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama. Hal ini ditunjukkan dari data pre test kedua kelas. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kemampuan rata-rata awal kelas eksperimen mencapai sebesar 36,47 sedangkan kemampuan awal kelas kontrol mencapai sebesar 40,34. Melalui uji t (pada Tabel 4.4) diperoleh t hitung sebesar -1,925 yang berada pada daerah penerimaan Ho yaitu selang – 1,993 sampai 1,993 yang merupakan batas kritik uji
(1)
Sehingga diperoleh :
t =
71,09 - 67,45
50
+ 70 - 2 0,13 7 8
38 38 38 38
= 4
1,6593 = 2,1927
Pada a = 5% dengan dk = 38 + 38 - 2 = 74 diperoleh t(0.95)(74) = 1,982
-2,19 1,982 2,19
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
2 2
1 1
2 2 2
1 2 1
2 1
2
n
s
n
s
r
n
s
n
s
x
x
t
(2)
Lampiran 23
Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen
No Kode
Aktivitas yang diamati
Jumlah Nilai Kriteria
mendengarkan kemampuan kemampuan kemampuan
penjelasan menjawab menyampaikan menyelesaikan
guru pertanyaan pendapat tugas
1 E-01 3 3 3 3 12 75 cukup
2 E-02 3 3 3 3 12 75 cukup
3 E-03 3 3 3 3 12 75 cukup
4 E-04 3 3 3 2 11 68,75 cukup
5 E-05 3 3 2 3 11 68,75 cukup
6 E-06 2 2 3 3 10 62,5 cukup
7 E-07 4 3 3 4 14 87,5 sangat baik
8 E-08 2 3 2 3 10 62,5 cukup
9 E-09 2 3 3 2 10 62,5 cukup
10 E-10 2 3 2 3 10 62,5 cukup
11 E-11 2 2 1 2 7 43,75 cukup
12 E-12 3 4 3 3 13 81,25 sangat baik
13 E-13 2 3 3 2 10 62,5 cukup
14 E-14 2 3 3 3 11 68,75 cukup
15 E-15 2 3 3 2 10 62,5 cukup
16 E-16 3 4 3 3 13 81,25 sangat baik
17 E-17 3 3 3 3 12 75 cukup
18 E-18 3 3 3 3 12 75 cukup
19 E-19 3 4 3 3 13 81,25 sangat baik
20 E-20 2 4 2 2 10 62,5 cukup
21 E-21 2 3 2 3 10 62,5 cukup
22 E-22 3 3 2 3 11 68,75 cukup
23 E-23 2 3 3 3 11 68,75 cukup
24 E-24 2 3 2 3 10 62,5 cukup
25 E-25 3 3 2 4 12 75 cukup
26 E-26 2 4 3 2 11 68,75 cukup
27 E-27 2 3 3 3 11 68,75 cukup
28 E-28 3 3 3 3 12 75 cukup
29 E-29 3 3 2 3 11 68,75 cukup
30 E-30 4 3 3 3 13 81,25 sangat baik
31 E-31 3 3 3 3 12 75 cukup
32 E-32 3 3 3 4 13 81,25 sangat baik
33 E-33 3 4 3 3 13 81,25 sangat baik
34 E-34 2 2 3 2 9 56,25 cukup
35 E-35 3 3 2 3 11 68,75 cukup
36 E-36 3 3 3 4 13 81,25 sangat baik
37 E-37 3 3 3 3 12 75 cukup
38 E-38 3 2 2 2 9 56,25 cukup
RATA-RATA
11,30 70,64 baik
Jumlah 101 116 101 109
% 76,515 87,879 76,515 82,576
S 2668,8
s2 81,153
s 9,009
Rumus yang digunakan:
Klasifikasi presentase nilainya adalah sebagai berikut: 25.00% ≤ N ≤ 43.75% : kurang baik
43.75% < N ≤ 62.50% : cukup 62.50% < N ≤ 81.25% : baik 81.25% < N ≤ 100% : sangat baik
(3)
Lampiran 24
Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol
No Kode
Aspek yang dinilai
Jumlah Nilai Kriteria
mendengarkan kemampuan kemampuan kemampuan
penjelasan menjawab menyampaikan menyelesaikan
guru pertanyaan pendapat tugas
1 K-01 2 2 3 3 10 62,5 baik
2 K-02 2 2 3 2 9 56,25 cukup
3 K-03 2 2 2 3 9 56,25 cukup
4 K-04 2 2 3 3 10 62,5 baik
5 K-05 3 3 2 3 11 68,75 baik
6 K-06 3 2 3 3 11 68,75 baik
7 K-07 3 3 3 3 12 75 baik
8 K-08 2 3 3 3 11 68,75 baik
9 K-09 2 2 3 2 9 56,25 cukup
10 K-10 2 3 2 3 10 62,5 baik
11 K-11 3 3 1 3 10 62,5 baik
12 K-12 2 3 2 2 9 56,25 cukup
13 K-13 2 3 2 3 10 62,5 baik
14 K-14 2 2 2 2 8 50 cukup
15 K-15 3 3 3 2 11 68,75 baik
16 K-16 2 2 3 3 10 62,5 baik
17 K-17 3 2 2 2 9 56,25 cukup
18 K-18 3 3 3 3 12 75 baik
19 K-19 3 3 3 3 12 75 baik
20 K-20 3 3 2 3 11 68,75 baik
21 K-21 3 2 3 2 10 62,5 baik
22 K-22 2 2 2 2 8 50 cukup
23 K-23 3 3 3 3 12 75 baik
24 K-24 2 3 2 2 9 56,25 cukup
25 K-25 2 3 3 3 11 68,75 baik
26 K-26 2 2 2 2 8 50 cukup
27 K-27 2 4 3 3 12 75 baik
28 K-28 3 2 3 3 11 68,75 baik
29 K-29 2 1 2 1 6 37,5 kurang baik
30 K-30 2 3 2 3 10 62,5 baik
31 K-31 1 3 2 3 9 56,25 cukup
32 K-32 3 3 3 2 11 68,75 baik
33 K-33 3 2 3 3 11 68,75 baik
34 K-34 2 2 2 2 8 50 cukup
35 K-35 2 3 3 3 11 68,75 baik
36 E-36 3 3 2 2 10 62,5 baik
37 E-37 3 2 2 2 9 56,25 cukup
38 E-38 2 1 1 2 6 37,5 kurang baik
RATA-RATA
9,89 61,84 cukup
Jumlah 91 95 93 97
% 63,194 65,972 64,583 67,361
∑ 2350
s2 90,349
s 9,505
Rumus yang digunakan:
Klasifikasi presentase nilainya adalah sebagai berikut: 25.00% ≤ N ≤ 43.75% : kurang baik
43.75% < N ≤ 62.50% : cukup 62.50% < N ≤ 81.25% : baik 81.25% < N ≤ 100% : sangat baik
(4)
Lampiran 25
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII-B
(KELAS EKSPERIMEN)
Wali Kelas : Murtiani,S.Si
NO.
NAMA
L/P
NO.
NAMA
L/P
1
Acep Rahmad
L
21
Kunafi
L
2
Adi Wiranti
P
22
Lestari Cahyo Putro
L
3
Arifianto
L
23
Luluk Izzatun Ni'mah
P
4
Bagas Saputro
L
24
M. Romdhoni Muqoddas
L
5
Choirul fatehi
L
25
Melin Elizabeth E M
P
6
Dani Eko Susanto
L
26
Mila Sari
P
7
Devi Listiana
P
27
Moch Ulinuha
L
8
Dyah Fitria Lestari
P
28
Muh Sumarno
L
9
Ellintang Indah C
P
29
Muhammad Asrori Abas
L
10
Ervin Qoirul Deby
L
30
Mulyani
P
11
Galuh Safitri
P
31
Nur Muhammad Ibnu R.
L
12
Handha Zenita
P
32
Qori'ah
P
13
Heri Setiawan
L
33
Retno Alfiyanti
P
14
Ina Leriana
P
34
Rudi Kurniawan
L
15
Indrayati
P
35
Samsiyatun
P
16
Jeffri Anggara
L
36
Sindi Karlina
P
17
Johan Tri wahyu
L
37
Siti Aisyah
P
18
Jouhana Ardiyanti
P
38
Siti Kholidah
P
19
Khoirul Abdul Najib
L
39
Sofiatul Muna
P
(5)
Lampiran 26
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII-E
(KELAS KONTROL)
Wali Kelas : Fardatun Ni'mah S.Pd
NO.
NAMA
L/P
NO.
NAMA
L/P
1
Afrillia Putri Magfiroh
P
21
Nico Sudarman
L
2
Agung Tri Wicaksono
L
22
Nunung Duwi Sulfiani
P
3
Ahmad Malik
L
23
Nur Hasanah
P
4
Akhmad Khoirudin
L
24
Nurul Maita Sari
P
5
Andi Miyanto
L
25
Riyan Megantoro
L
6
Arif Fitriyanto
L
26
Sally Wijayanti
P
7
Arif Musyafak
L
27
Setiyani
P
8
David Ramadhan
L
28
Siti Latifatul Rahayu
P
9
Dian Pertiwi
P
29
Siti Zulaikah
P
10
Edi Purwanto
L
30
Supriyanto
L
11
Eny Susilowati
P
31
Teguh Widiyantoro
L
12
Heri Taufik
L
32
Tomy Ariyanto
L
13
Imelda Yuliana
P
33
Toni Setiawan
L
14
Jamiatun
P
34
Tony Riyanto
L
15
Jauharotul Farida
P
35
Tri Haryanto
L
16
Kukuh Bryan Oktavian
L
36
Tri Jayanti Widia A
P
17
Lailatul Khasanah
P
37
Yuni Hartatik
P
18
M. Ulil Amza
L
38
Yunita
P
19
M. Badrul C
L
(6)