20 c. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat
diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi hasilkan kepada peserta.
d. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat
diinvestasikan.
7 Klaim
a. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.
b. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
c. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
d. Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta dan
merupakan kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
8 Invetasi
a. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul.
b. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.
9 Reasuransi
Asuransi syariah
hanya diperbolehkan
melakukan reasuransi yang berlandaskan prinsip
syari’ah.
10 Pengelolaan
a. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
21 b. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari
pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah mudharabah.
c. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrohfee dari pengelolaan dana
tabarru’hibah
11 Ketentuan Tambahan
a. Implementasi daru fatwa ini harus selalu dikonsultasikan dan diawasi oleh DPS.
b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi
perselisihan diantara
para pihak,
maka penyelesaianya dilakukan oleh badan arbritase syariah
setelah tidak terjadi kesepakatan melalui musyawarah.
2. Surplus Underwriting
2.1. Pengertian Surplus Underwriting
Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution AAOIFI, Surplus Underwriting merupakan
kelebihan dari total kontribusi peserta selama periode tertentu dikurangi total klaim, reasuransi retakaful dan semua beban provisi. Sedangkan
menurut Islamic Financial Service Board IFSB terkait standar corporate governance Takaful, Surplus underwriting adalah sisa dari
pendapatan kontribusi peserta setelah dikurangi biaya-biaya klaim dan provisi lalu ditambah dengan hasil investasi investment return. Sharia
Advisory Council - Bank Negara Malaysia SAC-BNM mengeluarkan pedoman dan kerangka kerja operasional takaful pada tahun 2001, surplus
bisa ditentukan setelah dikurangi klaim, provisi serta solvency
22 requirement. Solvency Requirement adalah dana yang dibutuhkan untuk
menutup kemungkinan terjadinya risiko kerugian yang timbul sebagai akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
2.2. Distribusi Surplus Underwriting
Dalam pendistribusian surplus underwriting terjadi perbedaan apakah surplus underwriting didistribusikan ke peserta, entitas pengelola,
atau dialokasikan seluruhnya sebagai cadangan dana tabarru ’. Menurut
Mohammad Mahmudi Ali yang merupakan Asisten Peneliti dari International Sharia Research Academy ISRA Malaysia, menyebutkan
bahwa terdapat dua kutub yang berlawanan dalam memperlakukan surplus underwriting di perusahaan asuransi syuariah. Pertama, kutub “ekstrem”
Timur Tengah yang mengadopsi standar AAOIFI No 13 dan IFSB No. 8 yang menegaskan bahwa surplus adalah hak peserta sehingga harus
dikembalikan kepada peserta. Kedua, kutub “liberal” Malaysia yang mengadopsi panduan operasional takaful tahun 2001 yang dikeluarkan
oleh Sharia Advisory Council - Bank Negara Malaysia SAC-BNM menyatakan bahwa takaful adalah akad yang berpijak pada landasan
tabarru’. Oleh sebab itu, ketika peserta menyerahkan dana preminya berarti mereka telah dengan suka rela melepaskan kepemilikan dan klaim
untuk mendapatkan kembali premi itu dikemudian hari. Dengan demikian, surplus yang bersumber dari dana itu bukan milik peserta.
15
Di Indonesia, perlakuan terhadap surplus underwriting cenderung moderat dan berusaha mengakomodasi madzab Timur Tengah dan
15
Mohammad Mahbubi Ali ,” Dilema Distribusi Surplus di Asuransi Syariah, “ Sharing,
2011, h. 38.
23 Malaysia. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
16
, menetapkan bahwa jika terdapat surplus underwriting, maka boleh dilakukan tiga alternative,
yaitu: diperlakukan seluruhnya sebagai cadangan dana tabarru’, disimpan
sebagian sebagai cadangan dana tabarru’ dan dibagikan sebagian ke
peserta, serta disimpan sebagian cadangan dana tabarru ’ dan dibagikan
sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati dalam akad. Dari ketiga alternative tersebut cadangan dana
tabarru’ selalu masuk dalam alternative pendistribusian surplus underwriting.
3. Kontribusi
Kontribusi dalam kontrak asuransi adalah konsiderasi uang al- iwad dari peserta, di mana peserta diharuskan untuk membayar kepada
pelaku sebagai pertukaran dengan perlindungan yang nantinya akan diberikan. Kontrak asuransi adalah kontrak kerjasama timbal balik dimana
konsiderasi diharuskan tidak hanya dari satu pihak, namun dari kedua belah pihak, dan didalamnya pelaku menjadi terikat.
17
Sedangkan kontribusi netto adalah kontribusi bruto setelah dikurangi kontribusi reasuransi dan komisi. Salah satu komponen
pendapatan underwriting adalah kontribusi netto. Makin besar pendapatan kontribusi netto dan makin terkendali besarnya beban klaim akan
menghasilkan surplus underwriting yang berarti menunjukan keberhasilan perusahaan dalam mengelola resiko yang diterimanya dari tertanggung.
16
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 53DSN-MUIX2006, tentang Akad
Tabarru ’
pada Asuransi Syariah.
17
Mohd Ma’sum Billah. Kontekstualitas Takaful dalam Asuransi Modern. Penerjemah Suparto Malaysia : Sweet Maxwell Asia, 2010,h. 235.
24 Idealnya, perusahaan yang mampu memperoleh kontribusi netto dalam
jumlah yang besar juga akan memperoleh laba yang besar pula. Namun oleh karna masih terdapat komponen lain dalam perhitungan laba rugi
seperti tersebut di atas, tentunya laba rugi dipengaruhi juga secara langsung oleh komponen lain tersebut.
Dalam mengevaluasi kinerja operasional perusahaan asuransi, biasanya juga pendapatan kontribusi netto juga akan dibandingkan dengan
beban usaha, beban klaim dan pengeluaran komisi asuransi. Pengukuran ini penting untuk mengetahui apakah biaya-biaya yang dikeluarkan tidak
melebihi pendapatan netto yang diterima dan apakah berada ditingkat kewajaran atau tidak.
Kontribusi premi adalah biaya yang dibebankan suatu perusahaan asuransi untuk jumlah uang pertanggungan tertentu. Aktuaris perusahaan
asuransi mempertimbangkan banyak faktor ketika melakukan perhitungan- perhitungan yang diperlukan untuk menetapkan tarif kontribusi premi
yang wajar dan memadai. Tarif kontribusi harus adequate memadai agar perusahaan mempunyai cukup dana untuk membayar manfaat polis.
Kontribusi harus pula equitable wajar sehingga setiap pemegang polis dikenakan kontribusi yang mencerminkan tingkat risiko yang ditanggung
oleh perusahaan asuransi dalam memberikan pertanggungan Pendapatan kontribusi adalah jumlah pendapatan dari penjualan
polis asuransi dan biasanya diukur dalam periode satu tahun. Pendapatan ini merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi laba perusahaan
asuransi. Oleh karnanya penetapan premi mempunyai peranan penting dalam strategi perusahaan. Jika perusahaan asuransi secara konsisten salah