5. Sumber-Sumber Dukungan Sosial
Sumber-sumber dukungan sosial menurut Gottlieb terdapat tiga yaitu:
34
a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional, Seperti: keluarga, teman dekat, atau rekan kerja. Hubungan dengan
non-profesional merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seseorang individu dan menjadi sumber dukungan
sosial yang sangat potensial karena lebih mudah diperoleh, bebas dari biaya finansial dan berakar pada kekerabatan yang cukup lama.
b. Profesional, seperti: psikolog, dokter, pekerja sosial dan perawat. c. Kelompok-kelompok dukungan sosial social support groups. Sumber
dukungan lain yang juga bermanfaat bagi individu adalah kelompok- kelompok dukungan sosial. Kelompok dukungan support group
merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari para anggotanya, menekankan pada partisipasi individu yang hadir
secara sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah dalam menolong serta menyediakan
dukungan emosi kepada para anggotanya.
6. Pengukuran Dukungan Sosial
Untuk mengukur dukungan sosial dalam penelitian ini digunakan alat pengukur dukungan sosial yang dikembangkan oleh Weiss, berbentuk
34
Aamalia Kusuma Putri, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Prestasi Belajar Terhadap Kepercayaan Diri Remaja,” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2012, h. 28.
skala yang bernama The Social Provisions Scale. Skala ini mempunyai tujuan untuk menguji sejauh mana hubungan sosial responden.
35
Instrumen dalam skala ini mempunyai enam aspek. Adapun komponen-komponen
menurut Weiss dapat berdiri sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Weiss membaginya dalam enam komponen dukungan sosial
yaitu kerekatan emosional emostional attachment, Integrasi sosial social integration, penghargaan atau pengakuan reassurance of worth,
hubungan yang dapat diandalkan reliable aliance, saran guidance, dan kemungkinan membantu Opportunity for naturance.
D. Kualitas Hidup Lanjut Usia
1. Pengertian Kualitas Hidup
World Health Organization Quality of Life WHOQOL mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di
masyarakat dalam konteks budaya dan sistemnilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan
suatu konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan
lingkungan.
36
Menurut Kazdagli kualitas hidup yaitu istilah deskriptif dan memiliki arti yang luas, mengacu pada kesehatan emosional, sosial dan fisik individu,
35
Dyni Raafiah, “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Brunout Guru Sekolah Luar Biasa
,” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012, h. 29.
36
Amalia Yuliati, dkk “Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia The Different of Quality of Life Among the Elderly who
Living at Community and Social Services,” Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 Januari 2014: h. 88.
serta kemampuan untuk dapat berfungsi dalam tugas kehidupan biasa. Sadli menyebutkan bahwa kualitas hidup terdiri dari penelian subjektif seseorang
mengenai sejauh mana berbagai dimensi, seperti lingkungan, kondisi fisik, ikatan sosial dan kondisi psikologis dirasakan memenuhi kebutuhannya.
Kualitas Hidup merupakan konsep yang kompleks, yang terkait dengan kepuasan individu terhadap seluruh aspek hidupnya mulai dari fisik hingga
sosial dan psikologi. Banyak hal dapat mempengaruhi kualitas hidup, termasuk penghasilan, lingkungan sosial dan fisik, hubungan antar pribadi,
dan kesehatan.
37
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka pengertian kualitas hidup bisa diartikan dengan kepuasan hidup yang dapat dilihat dari kondisi
fisik, psikologis, dan kondisi sosial yang dirasakan oleh individu tersebut.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Kualitas hidup lanjut usia seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini, yaitu:
38
a. Hubungan sosial yang baik dengan keluarga, teman dan tetangga. b. Standar harapan dalam hidup
c. Keterlibatan dalam kegiatan sosial dan kegiatan amal d. Kegiatan hobi dan kesukaan
e. Kesehatan yang baik dan kemampuan fungsional f. Rumah dan lingkungan yang baik serta perasaan aman
g. Kepercayaan atau nilai diri positif
37
Penney Upton, Psikologi Perkembangan Jakarta: Erlangga, 2012, h. 260.
38
Surbakti, Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut Jakarta: Praninta Aksara, 2013, h. 91.