Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
                                                                                5
Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa Zoya Fashion berada di  peringkat  2  setelah  Rabbani  dengan  nilai  28,9,  untuk meraih  Top  Brand
Award,  dalam  pengukurannya,  Top  Brand  Award  diukur  dengan menggunakan  tiga  parameter  yaitu  top  of  mind  share,  top  of    market  share,
dan  top  of  commitment  share  yang  menghasilkan  top  brand  award Efita,2015.
Untuk memenuhi
permintaan Zoyalovers,
kini Zoya
telah mengembangkan  bisnisnya  dengan  membuka  beberapa  cabang  diberbagai
kota besar di Indonesia. Dan hingga tahun 2015 Zoya Fashion telah memiliki 140  toko  di  seluruh  Indonesia.  Salah  satunya  adalah  kota  Jakarta  dengan  13
Cabang Zoya Fashion yang tersebar di seluruh Jakarta. Selain Jakarta sebagai kota  metropolitan,  Jakarta  juga  salah  satu  kota  yang  banyak  terdapat  cabang
Zoya  Fashion  dibandingkan  kota  lain.  Hal  ini  memungkinkan  karena  minat konsumen    terhadap  Zoya  Fashion  dan  potensi  kota  Jakarta  cukup
besar.Namun  tak  bisa  dipungkiri  pula,  di  kota  Jakarta  juga  banyak  merek- merek  terkenal  yang    mengusung  hijab  dan  fashion  muslim  sebagai  jualan
utaman  mereka,  seperti  Rabbani,  Elzatta,  Dauky  dan  Mezora,  menjadikan peluang dalam merebut perhatian konsumen sehingga konsumen memutuskan
untuk  membeli  di  Zoya  Fashion  cukup  sulit.  Oleh  karena  itu,  diperlukan strategi  yang  tepat  untuk    Zoya  Fashion  dalam    mengukuhkan  perusahaan
mereka dari kompetitornya. Hal  yang  mendasar  yang  perlu  dilakukan  perusahaan  untuk  merancang
strategi  yang  tepat  dan  efektif  bagi  perusahaan  adalah  dengan  mempelajari
6
perilaku konsumen
atau consumer
behavior.Solomon 2011:33,
mendefinisikan  perilaku  konsumen  sebagai  studi  tentang  proses  yang melibatkan  pilihan  individu  atau  kelompok,  pembelian,  menggunakan  atau
membuang  produk,  jasa,  ide-ide  dan  pengalaman  untuk  memuaskan kebutuhan  dan  keinginan.  Dilihat  dari  kebutuhannya,  kebutuhan  yang
dirasakan  bisa    berupa  kebutuhan  utilitarian  utilitarian  needs,  yang mendorong  konsumen  membeli  produk  karena  manfaat  fungsional  dan
karakteristik  objektif  dari  produk  tersebut.  Yang  kedua  adalah  kebutuhan ekspresif atau hedonik expresive needs atau hedonic needs, yaitu kebutuhan
yang  bersifat  psikologis  seperti  rasa  puas,  gengsi,  emosi  dan  perasaan subjektif lainnya Sumarwan, 2011:25.
Kecenderungan  konsumen  yang  bersifat  hedonis,  berkaitan  erat  dengan motif  atau  dorongan  konsumen  untuk  memenuhi  kebutuhan  dan  pengalaman
menyenangkan.  Kegiatan  belanja  yang  awalnya  untuk  memenuhi  kebutuhan fungsional  terkadang  di  dalamnya  terselip  akan  kebutuhan  hedonis.  Manfaat
utilitarian  dan  hedonis  biasanya  berjalan  serentak  dalam  sebuah  keputusan pembelian Sangadji dan Sopiah, 2013: 156.
Menurut  Mowen  dan  Minor  2002:85  produk  hedonis  merupakan produk-produk  yang  dapat  menyenangkan,  menarik,  menggembirakan,
mempesona  dan  menggairahkan.  Dalam  literatur  yang  relevan  dapat  dilihat bahwa  preferensi  konsumen  dalam  memilih  alternatif  produk  yang  mereka
konsumsi  jatuh  ke  dalam  dua  kelompok  :  kemewahan  dan  kebutuhan,  atau hedonis  dan  praktis  Dhar  dan  Wertenbroch  dalam  Koca  dkk.,  2013:55.
7
Pilihan  alternatif  ini  diberlakukan  sebagai  dua  aspek  dari  nilai  belanja  dan keduanya memainkan peranan penting dalam keputusan pembelin Koca dkk.,
2013:55. Lebih  lanjut  Koca  dkk.,  2013:54  menemukan  bahwa  persepsi
pelanggan  dan  preferensi  saat  berbelanja  untuk  pakaian  termasuk  ke  dalam unsur  kesenangan  dan  kepraktisan.  Hal  itu  juga  termasuk  karakter  demografi
juga  sebagai  faktor  dalam  kesenangan  berbelanja  pakaian  dan  bahwa perempuan  lebih  cendrung  senang  berbelanja  pakaian  dibandingkan  pria,
dimana  30  wanita  menganggap  belanja  pakaian  merupakan  cara  untuk menghibur diri mereka.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Profesor  Psikologi  Karen  Pine  dari Universitas  Hertfordshire,  Inggris,  menemukan  bahwa  79  wanita
mengatakan  bahwa  belanja  dapat  menghibur  diri  mereka  Sachiko,  2014. Kusuma  dkk.,2013:  241  menemukan  bahwa  nilai  emosional  seperti
meningkatkan  suasana  hati,  kesenangan  belanja  untuk  menyenangkan  orang lain,  menikmati  kebersamaan  dengan  keluarga  dan  teman-teman  memiliki
pengaruh positif pada kecenderungan pembelian. Sesuatu yang dapat menyenangkan, menarik dan sesuai dengan karakter
diri  konsumen,  akan  membuat  suasana  hati  dan  emosi  konsumen  positif sehingga memungkinkan konsumen terdorong untuk lebih terlibat atau involve
dalam  pencarian  informasi  mengenai  produk.  Mowen  dan  Minor  2002:84 mengungkapkan bahwa involvement memiliki multidimensi dan setiap faktor-
faktor berikut
dimaksudkan untuk
meningkatkan tingkat
8
involvementkonsumen  terhadap  pembelian,  seperti;  ekspresi  diri  self- expressive importance, relevansi diri, hedonisme dan produk memiliki resiko
tinggi. Involvement  merupakan  relevansi  yang  dirasakan  seseorang  dari  objek
berdasarkan  kebutuhan  yang  melekat  pada  mereka,  nilai  dan  kepentingan Solomon,  2011:163.  Sedangkan  fashion  involvement  mengacu  pada  tingkat
keterlibatan  dengan  kategori  produk  fashion .  O’Cass  menemukan  bahwa
fashion  involvement  pada  pakaian  berhubungan  sangat  erat  dengan karakteristik  pribadi  dan  pengetahuan  fashion  yang  akan  mempengaruhi
kepercayaan  konsumen  dalam  membuat  keputusan  pembelian    Park  dkk., 2006:436.
Umumnya  keterlibatan  konsumen  meningkat  apabila  produk  dan  jasa yang  dipertimbangkan  lebih  mahal,  diterima  secara  sosial,  memiliki  risiko
pembelian  dan  situasi  dimana  pembelian  dilakukan  juga  mempengaruhi keterlibatan  Sangadji  dan  Sopiah,  2013:58.  Keterlibatan  dapat  timbul  dari
rangsangan,  salah  satunya  adalah  rangsangan  pemasaran.  Menurut  Sangadji dan  Sopiah  2013:56  seseorang  mungkin  dapat  terlibat  dalam  suatu
lingkungan  pemasar  dan  kegiatan  yang  berkaitan  dengan  pemasaran  seperti belanja  pakaian.  Oleh  karena  itu,  pemasar  perlu  menciptakan  ketelibatan
dalam  belanja  pada  saat  konsumen  mengunjungi  mal,  baik  dengan  potongan harga, kupon diskon dan membuat display toko yang unik dan menarik untuk
dikunjungi. Salah  satu  strategi  yang  dapat  pemasar  lakukan  untuk  membuat
lingkungan  toko  yang  menarik  adalah  dengan  menggunakan  visual
9
merchandising.  Ritel  fashion  tidak  bisa  bergantung  pada  produk,  harga, promosi,  dantempat  untuk  memenangkan  persaingan  di  antara  ritel
fashion.Kesamaan  barang dagangan yang  memaksa  parapemasar untuk  fokus pada visual merchandising untuk meningkatkan keinginan produk Lanjewar,
2014: 24. Kaur  dkk.  2013:247  mendefinisikan  visual  merchandising  sebagai
segala  sesuatu  yang  dilihat  konsumen,  baik  eksterior  maupun  interior  yang menciptakan  image  positif  dari  bisnis  dan  menghasilkan  perhatian,  minat,
keinginan  dan  tindakan  konsumen,  hal  ini  dapat  memberikan  keunggulan dalam  persaingan.  Visual  merchandise  dapat  mempertahankan  image  toko
melalui desain grafis yang efektif dan seni visual yang menarik dengan tujuan untuk menarik, terlibat dan memotivasi pelanggan melakukan pembelian.
Oleh  karena  itu,  Pengaruh  Hedonic  Consumption  Tendency,  Fashion Involvement  dan  Visual  Merchandising  pada  Zoya  fashion    adalah  hal  yang
sangat penting untuk diperhatikan karena terkait dengan keputusan pembelian konsumen.  Berdasarkan  latar  belakang  yang  penulis  sampaikan,  penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Analisis  Pengaruh  Hedonic  Consumption  Tendency,  Fashion Involvement  terhadap  Consumer  Buying  Decisions  Process  pada  Zoya
Fashion Studi Kasus pada Konsumen Zoya Fashion Jakarta ”
                