18
f. Value shopping Sebagian besar konsumen beranggapan bahwa belanja merupakan
suatu permainan, yaitu pada saat tawar-menawar harga atau pada saat konsumen mencari tempat pembelanjaan yang menawarkan diskon,
obral, ataupun yang menawarkan harga murah
.
C. Fashion Involvement 1. Pengertian Fashion Involvement
Solomon 2011:163 mendefinisikan keterlibatan atau involvement sebagai relevansi yang dirasakan seseorang dari objek berdasarkan
kebutuhan yang melekat pada mereka, nilai dan kepentingan. Objek disini merujuk pada produk atau merek, iklan, dan situasi pembelian.
Menurut Mowen dan Minor 2002:83, keterlibatan konsumen adalah pribadi yang dirasakan penting dan minat konsumen terhadap perolehan,
konsumsi, dan disposisi barang, jasa atau ide. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang lebih besar
untuk memperhatikan, memahami, dan mengelaborasi informasi tentang pembelian.
Menurut Sangadji dan Sopiah 2013:52 keterlibatan konsumen mengacu pada tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan hasrat
terhadap rangsangan yang muncul. Sedangkan O’Cass dalam Park dkk 2006:436, mengartikan involvement sebagai minat atau bagian
motivasional yang ditimbulkan oleh stimulus atau situasi tertentu dan ditunjukan melalui cara penampilan.
19
Dalam pemasaran fashion, fashion atau mode merupakan jenis produk atau cara berperilaku yang di adaptasi sementara oleh sejumlah besar
konsumen. Fashion memberikan kesempatan bagi konsumen untuk mengekspresikan citra diri dan perasaan mereka. Fashion juga dapat
digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain Levy dan Weitz, 2001:162.
Fashion dalam kaitannya dengan keterlibatan atau involvement, dapat diartikan sebagai tingkat ketertarikan dengan kategori produk fashion
Park dkk., 2006:436. Lebih lanjut, O’Cass menemukan bahwa fashion
involvementpada pakaian berhubungan sangat erat dengan karakteristik pribadi yaitu wanita dan kaum muda dan pengetahuan fashion, yang
mana pada gilirannya mempengaruhi kepercayaan konsumen di dalam membuat keputusan pembelian Park dkk., 2006:436.
2. Pengukuran Fashion Involvement
Untuk mengukur fashion involvement, akan digunakan model pengukuran yang dilakukan oleh Park dkk., 2006:439 dan Kim dalam
Japarianto dan Sugiharto 2011:34, sebagai berikut: a. Mempunyai satu atau lebih pakaian dengan model terbaru.
b. Fashion adalah satu hal penting yang mendukung aktivitas. c. Lebih suka apabila model pakaian yang digunakan berbeda dengan
yang lain. d. Pakaian menunjukan karakteristik.
e. Mengetahui adanya fashion terbaru dibandingkan dengan orang lain.
20
f. Mencoba produk fashion terlebih dahulu sebelum membelinya. g. Tertarik belanja di butik atau toko-toko fashion khusus dari pada
departement store.
D. Visual Merchandising 1. Pengertian Visual Merchandising
Dalam toko ritel khususnya ritel fashion, desain ritel dan visual merchandisingmemainkan peranan penting dalam menciptakan perbedaan.
Merchandising dapat meningkatkan produk, membantu menghidupkan merek, meningkatkanpenjualan, menambah rangsangan visual dengan cara
strategi lokasi dan ciri khas toko, menjelaskan dan mengiklankan keseluruhan image diri Kouchekin dan Gharibpoor, 2012:268
Menurut Krishnakumar 2014:37 visual merchandise merupakan seni menampilkan hal-hal dengan cara yang menarik sehingga hal tersebut bisa
menarik perhatian
pelanggan dan
membujuk mereka
untuk membeliproduk. Fokus utama visual merchandise adalah menempatkan
secara strategis produk-produk di toko sebagai fitur dan manfaat berkomunikasi dari barang dagangan.
Kaur dkk. 2013:247 mendefinisikan visual merchandising sebagai segala sesuatu yang dilihat konsumen, baik eksterior maupun interior yang
menciptakan image positif dari bisnis dan menghasilkan perhatian, minat, keinginan dan tindakan konsumen, hal ini dapat memberikan keunggulan
dalam persaingan.