Perancangan Lanskap TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan Lanskap

Lanskap terdiri dari fitur yang dapat dilihat dan dirasa pada suatu lahan. Fitur-fitur tersebut dapat berupa elemen fisik dari bentang alam landforms, yaitu badan air seperti sungai, danau dan lautan, elemen-elemen hidup yang ada pada penutupan lahan seperti vegetasi, tumbuhan, tanaman, elemen buatan manusia seperti penggunaan lahan land uses, bangunan dan struktur serta elemen yang bersifat sementara seperti cahaya dan cuaca Wikipedia, 2010. Sedangkan Simonds 1983 mengatakan bahwa lanskap terdiri dari elemen mayor dan elemen minor. Elemen mayor berupa bentuk, fitur, dan kekuatan lanskap alami dominan yang tidak dapat diubah, terdiri dari bentuk topografi seperti pegunungan, lembah sungai, dataran pantai, fitur presipitasi, es, kabut air, dan suhu musiman, dan kekuatan angin, laut, udara, proses pertumbuhan. Elemen minor berupa elemen yang masih dapat dirubah seperti bukit, belukar, dan aliran sungai. Perancangan adalah proses pemecahan masalah yang disertai dengan pemikiran kreatif guna mencapai hasil yang optimal. Sebagai kata kerja, “desain” berarti “proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru. Sedangkan pada kata benda. “desain” berarti hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud proposal, rencana, ataupun berbentuk obyek nyata Wikipedia, 2010. Echols dan Sadhily 2005 mengatakan, perancangan, atau dalam bahasa inggris, “design” mempunyai arti “to plan and manage everything to be better”, merencanakan atau mengatur segala sesuatu agar menjadi lebih baik. Hakim dan Utomo 2004 menjelaskan, perancangan lanskap merupakan usaha penanganan tapak secara optimal melalui proses keterpaduan penganalisisan dari suatu tapak dan kebutuhan program penggunaan tapak, menjadi suatu sintesa yang kreatif. Laurie 1986 menerangkan, perancangan lanskap merupakan pengembangan lebih lanjut dari perencanaan tapak, yang lebih dititikberatkan pada pemilihan komponen dan bahan perancangan, serta tanaman dan kombinasinya, untuk memecahkan masalah perencanaan tapak yang ditujukan pada pertalian visual. Motloch 1991 mengatakan, setiap desainer memiliki proses perancangan yang berbeda-beda, namun perancangan tersebut memiliki karakteristik yang sama. Booth 1983, menyatakan proses perancangan lanskap sering didefenisikan seb agai “proses pemecahan masalah”, berupa sebuah seri dari langkah-langkah yang biasanya diikuti secara berurutan. Secara umum definisi dari langkah- langkah perancangan ini dipakai oleh arsitek, perancang alat-alat industri, insinyur, maupun para ilmuan untuk memecahkan masalah. Proses perancangan lanskap secara umum terdiri dari langkah-langkah berikut: 1. Penerimaan Proyek 2. Riset dan Analisis termasuk kunjungan tapak a. Persiapan rencana dasar b. Inventarisasi tapak pengumpulan data dan analisis evaluasi c. Wawancara klien d. Pengembangan program 3. Desain a. Diagram fungsi ideal b. Diagram fungsi keterkaitan tapak c. Rencana konsep d. Studi komposisi dan bentuk e. Desain awal f. Skematik desain g. Master plan h. Pengembangan desain 4. Gambar Konstruksi a. Layout plan rencana tata ruang b. Grading plan rencana pembentukan ruang c. Rencana penanaman d. Detail konstruksi 5. Implementasi 6. Evaluasi setelah Konstruksi 7. Pemeliharaan Langkah-langkah proses desain tersebut merupakan sekuens yang ideal pada suatu kasus perancangan. Namun, kenyataannya langkah-langkah tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan. Proses ini sering kali tumpang tindih satu dan lainnya. Beberapa tahap dari proses tersebut juga sering dipakai secara bersamaan Booth, 1983.

2.2 Perancangan Lanskap Perumahan Lansia