Berdasarkan produk perancangan yang telah dipelajari pada perancangan lanskap Elderly Community Housing, terdapati
nilai tambah bagi BCI dalam menciptakan
produk, yaitu: 1.
Menciptakan tema tapak yang unik. 2.
Peduli terhadap lingkungan untuk mengupayakan keberlanjutan tapak. 3.
Memanfaatkan ruang lanskap dengan maksimal baik bagi ruang aktif maupun pasif.
4. Menyediakan ruang lanskap sesuai kebutuhan pengguna tapak.
6.2 Proses Perancangan Arsitek lanskap akan bekerja dalam serangkaian analisis dan pemikiran
kreatif untuk mencapai hasil integrasi yang sesuai antara elemen desain arsitektur
lanskap yang satu dengan yang lainnya, antara tapak dengan kebutuhan klien. Serangkaian analisis dan pemikiran ini disebut dengan “design process” proses
perancangan. Proses perancangan ini akan membantu arsitek lanskap sampai pada penyelesaian perancangan yang secara kolektif memanfaatkan semua elemen
desain untuk memenuhi kebutuhan proyek dengan cara yang efektif dan memuaskan secara estetik Booth, 1983.
Proses perancangan lanskap di BCI memiliki beberapa tahapan terstruktur yang menjadi standar bagi perusahaan BCI. Proses ini didapat melalui
pengalaman BCI selama bertahun-tahun dalam melakukan kegiatan perancangan. Proses perancangan secara berurutan dimulai dari proses mobilization, design
process, working drawing, implementation, hingga proses maintenance. Proses ini memiliki persamaan dengan proses yang dinyatakan oleh Booth 1983. Meskipun
pada pencapaian tiap proses berbeda-beda, namun secara garis besar alur dari proses perancangan lanskap memiliki persamaan. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Motloch 2001, setiap perancang memiliki cara yang berbeda dalam merancang, namun secara garis besar terdapat persamaan pada setiap tahap
perancangan yang berupa sekuens yang berulang. Pada proyek Elderly Community Housing, proses perancangan dilaksanaan
dengan beberapa penyederhanan dari proses standar yang dimiliki BCI. Penyederhanaan proses ini sebagai strategi penghematan waktu dan biaya bagi
klien. Proses yang dilewati oleh BCI terdiri dari proses tender dan proses pemeliharaan. Proses tender tidak dilaksanakan karena proyek merupakan
penunjukkan langsung. BCI juga tidak melaksanakan proses pemeliharaan awal dikarenakan pembagian lingkup kerja oleh konsultan lanskap Hong Kong, KNA
yang bertindak sebagai lead consultant. Pemeliharaan awal akan dilaksanakan oleh konsultan lokal KNA sebagai strategi penghematan waktu dan biaya.
Proses yang dilewati oleh BCI sebenarnya dilaksanakan oleh konsultan KNA, sehingga dengan pembagian spesialisasi pekerjaan, dapat dikatakan proses
yang dilakukan pada perancangan lanskap proyek ini telah lengkap. Dengan adanya dua konsultan lanskap yang terlibat dalam proyek menghasilkan proses
perancangan lanskap yang lebih baik. KNA juga memberikan masukkan review terhadap proses perancangan yang dilakukan BCI. Dengan demikian proses
perancangan yang dilakukan masing-masing konsultan memberikan pekerjaan yang efektif, dalam hal waktu dan tanaga menjadi lebih ringan, serta produk
perancangan lebih maksimal. Selain KNA dan BCI, proyek ini juga melibatkan konsultan arsitek
bangunan, yaitu AGC dan WATG. AGC dan KNA berperan sebagai lead consultant, sedangkan BCI dan WATG berperan sebagai sub-consultant. Pada
proyek ini lead consultant memiliki hubungan langsung dengan klien. Spesialisasi pekerjaan lead consultant lebih banyak berperan dalam survey dan analisis tapak
serta pembuatan masterplan, sedangkan sub-konsultan mengerjakan proses perancangan studio. Proses perancangan studio oleh BCI dan WATG sebagai sub-
consultant dilakukan secara bersamaan, sehingga menghasilkan proses perancangan terintegrasi antara bangunan dan lanskapnya. Hasil dari perancangan
ini di selalu dikomunikasikan kepada lead consultant untuk mendapatkan masukan, hal ini memberikan keuntungan bagi sub-consultant yang tidak perlu
membuat alternatif desain. Setelah perancangan studio selesai, lead consultant akan mengajukan presentasi kepada klien.
Proses perancangan studio yang dilakukan BCI tidak terlepas dari data tertulis yang diperoleh dari konsultan terkait, terdiri dari data vegetasi yang
didapat dari KNA, peta dasar dan level yang didapat dari AGC, serta pemodelan 3D dan perancangan skematik didapat dari WATG. Dengan data tersebut
mempermudah BCI melakukan perancangan lanskap. BCI sebagai sub-consultant tidak melaksanakan analisis tapak biofisik dan sosial, karena telah dihasilkan oleh
lead consultant. Analisis yang dilakukan oleh BCI merupakan studi ruang eksterior terhadap gambar perancangan yang dihasilkan arsitek WATG. Studi ini
fungsinya sebagai dasar dari pengembangan perancangan lanskap. Analisis terdiri dari studi ruang terbukalanskap, studi sirkulasiaksesibilitas dan studi peletakkan
furnitur eksterior. Setelah kegiatan analisis selesai, ditentukan tema dan karakter tapak yang akan dirancang. Tema ini dihasilkan dari kesepakatan antara klien dan
seluruh konsultan. Tema tapak yang didapat adalah “modern tropical resort” yang akan mempersatukan rancangan lanskap dan bangunan yang terintegrasi.
Kemudian dilakukan penetapan dan tujuan fungsional lanskap yang akan di rancang oleh BCI. Ketiga komponen, yaitu data, analisis, serta konsep yang telah
didapat di kembangkan kedalam gambar sketsa perancangan awal preliminary concept design.
Perancangan arsitektur pada proyek ini sangat berpengaruh terhadap kondisi lanskap yang akan dirancang. Pemahaman tapak oleh pihak arsitek AGC sebagai
lead consultant perlu mengetahui pentingnya kawasan lanskap bagi pengguna tapak. Pada pekerjaan masterplan, perancangan bangunan perlu memperhatikan
kondisi lanskap yang akan disediakan. Dalam proyek ini, perancangan bangunan yang dilakukan arsitek AGC telah memperhatikan penyediaan ruang lanskap,
sehingga memudahkan arsitek lanskap dalam merancang kawasan lanskapnya. Tipikal bangunan yang dirancang oleh arsitek berbentuk cluster bangunan dengan
huruf “U” sebagai pembentuk ruang lanskap.
Keuntungan dalam mendesain bangunan dengan cluster bentuk U adalah menciptakan ruang lanskap semi-private atau ruang lanskap khusus bagi penghuni
cluster. Hal ini membentuk ruang ketetanggaan antar penghuni, sehingga terjadi interaksi sosial yang baik. Cluster juga di arahkan ke timur laut tapak sehingga
memberikan fokus pandangan kearah good view ruang terbuka hijau. Gambar 67 menunjukkan bentuk perancangan cluster
bangunan dengan huruf “U”.
Gambar 67. Cluster Bangunan Berbentuk U pada Area Domestik McCahon 1986 mengatakan cluster unit yang dikelompokkan secara
bersama-sama mendorong keramah-tamahan antar tetangga. Bentuk cluster sabit, U, atau L akan membentuk ketetanggan yang lebih kecil dalam satu lingkup
perumahan dan mendefinisikan secara jelas lingkungan bersama pada grup ketetanggan. Ketetanggan yang terbentuk ini menjadi tahu satu sama lain dan
berbagi rasa kebersamaan dan tanggungjawab atas kelompok rumah mereka. Booth 1983 mengatakan bentuk cluster bangunan terbuka pada salah satu
sisi akan membentuk ruang terbuka dan memberikan keuntungan fokus, arah yang kuat dan orientasi menghadap kepada fitur menonjol pada lanskap terluar.
Gambar 66. Bentuk Cluster U Sumber: McCahon, 1986
Gambar 67. Cluster U pada Bangunan Menciptakan Pandangan Fokus Booth, 1983
6.3 Pencapaian Kegiatan Magang