pengobatan lengakap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
3. Pindahan Pindahan adalah penderita TB paru yang sedang mendapatkan
pengobatan dari tempat lain, kemudian pindah berobat ke tempat tertentu. Penderita tersebut harus membawa surat rujukanpindahan
Form TB 09. 4. Kasus berobat setelah lalai pengobatan setelah defaultdrop-out
Adalah penderita TB paru yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA + setelah putus berobat 2 bulan atau
lebih. 5. Gagal
a. Adalah penderita BTA + yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih.
b. Adalah penderita BTA - rontgen positif yang menjadi BTA+ pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
6. Lain-lain Semua penderitang lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut
diatas. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik penderita yang masih BTA + setelah menyelesaikan pengobatan
ulang dengan kategori 2.
2.1.9. Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Paru
Epidemiologi penyakit tuberkulosis paru adalah ilmu yang mempelajari
interaksi antara
kuman agent
Mycobacterium
tuberculosis, manusia host dan lingkungan environment. Disamping itu
mencakup distribusi
dari penyakit,
perkembangan dan
penyebarannya, termasuk didalamnya juga mencakup prevalensi dan insidensi penyakit tersebut yang timbul dari populasi yang tertular.
Pada penyakit tuberkulosis paru sumber infeksi adalah manusia yang mengeluarkan basil tuberkel dari saluran pernafasan. Kontak yang
rapat misalnya dalam keluarga menyebabkan banyak kemungkinan penularan melalui droplet.
Kerentanan penderita
tuberkulosis paru
meliputi risiko
memperoleh infeksi dan konsekuensi timbulnya penyakit setelah terjadi infeksi, sehingga bagi orang dengan uji tuberkulin negatif risiko
memperoleh basil tuberkel bergantung pada kontak dengan sumber- sumber kuman penyebab infeksi terutama dari penderita tuberkulosis
dengan BTA positif. Konsekuensi ini sebanding dengan angka infeksi aktif penduduk, tingkat kepadatan penduduk, keadaan social ekonomi
yang merugikan dan perawatan kesehatan yang tidak memadai. Berkembangnya penyakit secara klinik setelah infeksi di
mungkinkan adannya faktor komponen genetik yang terbukti pada hewan dan diduga terjadi pada manusia, hal ini dipengaruhi oleh umur,
kekurangan gizi dan kenyataan status immunologik serta penyakit yang menyertainya Ruswanto, 2010.
Epidemiologi tuberkulosis paru mempelajari tiga proses khusus yang terjadi pada penyakit ini, yaitu;
a. Penyebaran atau penularan dari kuman tuberkulosis.
b. Perkembangan dari kuman tuberkulosis paru yang mampu menularkan pada orang lain setelah orang tersebut terinfeksi dengan
kuman tuberkulosis. c. Perkembangan lanjut dari kuman tuberkulosis sampai penderita
sembuh atau meninggal karena penyakit ini.
2.1.10. Patologi Penyakit Tuberkulosis Paru
1. Infeksi Primer Pada penyakit tuberkulosis paru sumber infeksi adalah
manusia yang mengeluarkan basil tuberkel dari saluran pernapasan, kontak yang rapat misalnya dalam keluarga menyebabkan banyak
kemungkinan penularan melalui inti droplet. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman tuberkulosis,
droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan
sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman tuberkulosis paru berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan didalam paru, saluran linfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai
komplek primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan
setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon
daya tahan
tubuh tersebut
dapat menghentikan
perkembangan kuman tuberkulosis. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persistent atau
dormant tidur, kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa
bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis paru. Masa inkubasinya yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit diperkirakan selama 6 bulan.12 2. Tuberkulosis Paru Pasca Primer Post Primary Tuberculosis
Paru : Tuberkulosis paru pasca primer biasanya terjadi setelah
beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi
yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis paru pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi
pleura. 3. Komplikasi pada penderita tuberkulosis paru
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut : a. Hemoptisis berat Perdarahan dari saluran napas bawah yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksibronchial. c. Bronkiektasis Pelebaran bronkus setempat dan fibrosis
pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif pada paru.
d. Pneumothorak Adanya udara di dalam rongga pleura spontan, kolap spontan karena kerusakan jaringan.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan sebagainya.
f. Insufisiensi Kardio
Pulmoner Cardio
Pulmonary Insufficiency.
2.1.11. Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru