adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis dan ditularkan melalui udara pada saat pasien TB batuk atau bersin Depkes RI, 2006.
Pada penelitian ini, hasil uji univariat menunjukkan bahwa sebanyak 35,4 dari responden mengalami kejadian TB paru yaitu sebesar 23 orang dari 65 orang responden.
Penelitian ini dilakukan pada responden yang berusia produktif yaitu usia 15-64 tahun yang tercatat pada data rekam medis Puskesmas Pondok Pucung pada bulan april- juni
2013. Temuan ini sejalan dengan beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan
oleh Musadad 2006 yang menemukan sekitar 90,2 penderita TB paru terjadi pada kelompok usia produktif. Selanjutnya penelitian Sutiningsih 2012 menyebutkan bahwa
proporsi responden pada usia produktif cenderung lebih banyak 76,7 terhadap kejadian TB paru. Serta penelitian Putranto Perdana 2008 di Jakarta Timur yang menyatakan
bahwa usia produktif berisiko besar terhadap penularan penyakit TB Paru daripada pada usia yang tidak produktif. Umur produktif sangat berbahaya terhadap tingkat penularan
karena pasien mudah berinteraksi dengan orang lain, mobilitas yang tinggi dan memungkinkan untuk menular ke orang lain serta lingkungan sekitar tempat tinggal.
6.3 Karakteristik Individu
6.3.1 Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian variabel jenis kelamin diperoleh proporsi kejadian TB Paru tinggi pada jenis kelamin perempuan 38,5 dibandingkan pada jenis
kelamin laki-laki 30,8. Hal ini disebabkan karena responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak jumlah nya 60 dibandingkan dengan
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40. Dalam pengambilan sampel penelitian ini diambil secara acak sehingga jumlah responden perempuan
yang menjadi responden sedikit lebih banyak dibandingkan responden laki-laki. Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kejadian TB Paru p value = 0.602. Menurut peneliti, tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB Paru dikarenakan
proporsi antara responden laki-laki dan perempuan yang ikut dalam penelitian ini lebih didominasi oleh perempuan. Berdasarkan hal tersebut sehingga jumlah
responden perempuan menjadi lebih banyak yang mengalami kejadian TB Paru dibandingkan laki-laki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
retnaningsih dkk 2010 yang menyebutkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB Paru dimana proporsi responden perempuan lebih
banyak yaitu 58 responden dibandingkan laki-laki yang hanya 42 responden dengan angka kejadian TB Paru pada perempuan 81 lebih tinggi dibanding
pada laki laki yang hanya 78,6. Selain itu peneliti berpendapat bahwa jumlah responden perempuan lebih
banyak yang mengalami kejadian TB Paru dibandingkan laki-laki dikarenakan di puskesmas pondok pucung jumlah kunjungan pasien per april-juni lebih banyak
di dominasi oleh perempuan dibandingkan laki-laki hal tersebut dikarenakan laki-laki malas untuk pergi ke puskesmas kalau belum benar-benar sakit parah
dengan alasan masalah pekerjaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh zuliana 2009 bahwa perempuan 80 lebih patuh untuk pergi ke pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 20. Ini dapat diasumsikan
bahwa perempuan dengan mobilitas yang rendah memiliki banyak waktu untuk memperhatikan kesehatannya sehingga lebih disiplin untuk melakukan
pemeriksaanpengobatan ke pelayanan kesehatan di bandingkan dengan laki-laki yang lebih banyak mobilitas diluar.
6.3.2 Pendidikan