Ventilasi Rumah Tingkat Sirkulasi Oksigen

Dalam Al- Qur‟an dan Tafsirannya 2011, pada kosakata Al-Mufsiriin yaitu berasal dari kata asrafa-yusrifu yang dapat di artikan dengan melampaui batas atau berlebih-lebihan. Seseorang yang mengerjakan sesuatu atau menggunakan sesuatu dengan sikap yang tidak wajar dan melebihi batas yang normal, dapat dikatakan ia telah bersikap isra’f, demikian Allah swt. membolehkan manusia untuk melakukan sesuatu sesuai dengan ukurannya dan kemudian diikuti dengan celaan terhadap orang yang melakukan sesuatu secara berlebihan. Hal ini tentu disesuaikan dengan kondisi masing-masing orang, karena kadar tertentu. Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa kata tersebut isra’f mengajarkan sikap proporsional dalam semua aspek perbuatan.

6.3.2 Ventilasi Rumah

Ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta mengurangi kelembaban, keringat manusia juga mempengaruhi kelembaban. Semakin banyak manusia dalam satu ruangan kelembaban semakin tinggi, khususnya karena uap air baik dari pernafasan maupun dari keringat. Kelembaban dalam ruangan tertutup dimana banyak terdapat manusia didalamnya lebih tinggi kelembabannya dibanding di luar ruangan. Ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara, juga mengencerkan konsentrasi kuman TBC dan kuman lain, dimana kuman tersebut akan terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet. Oleh karena itu apabila konstruksi rumah menggunakan genteng kaca, maka hali ini merupakan kombinasi yang baik Whardana, 2006. Ventilasi rumah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas ventilasi yang meliputi luas lubang angin yang dapat masuk kedalam rumah dibagi dengan luas lantai yang dikelompokan atas dua kategorik yaitu tidak memenuhi syarat dan memenuhi syarat. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki ventilasi rumah memenuhi syarat lebih banyak 64,6 dibandingkan dengan responden yang memiliki ventilasi rumah tidak memenuhi syarat 35,4. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara kondisi ventilasi rumah dengan kejadian TB paru dapat diketahui bahwa kejadian TB paru lebih banyak dialami oleh responden yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 56,5. Sementara itu kejadian TB paru hanya dialami oleh 23,8 responden yang memiliki ventilasi rumah memenuhi syarat. Hasil uji statistik menunjukkan p value sebesar 0,014 yang artinya ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian TB paru. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Darwel 2012 di sumatera yang menyatakan adanya hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian TB paru, penelitian ini mendapatkan risiko untuk terkena TB Paru 1.314 kali pada penghuni yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat dibandingkan dengan responden yang berventilasi memenuhi syarat kesehatan. Sejalam dengan Adrial 2005 menyatakan bahwa luas yang tidak memenuhi syarat kesehatan memiliki risiko untuk terkena TB Paru sebesar 4.55 kali dibandingkan dengan luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan. Menurut Silviana 2006 orang dengan ventilasi rumah yang kurang atau sama dengan 10 berisiko 18.11 kali lebih besar untuk menderita TB Paru dibandingkan orang dengan ventilasi rumah lebih dari 10 luas lantai. Penelitian Budiyanti 2003 juga menyatakan adanya hubungan antara ventilasi kamar tidur dengan kejadian TB Paru dimana disimpulkan bahwa orang yang tinggal dengan ventilasi kamar tidur yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko terkena TB Paru sebesar 2.58 kali dibandingkan dengan yang memenuhi syarat. Adanya hubungan yang signifikan antara ventilasi dengan TB Paru karena ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta mengurangi kelembaban sehingga bisa mengencerkan konsentrasi kuman TBC dan kuman lain yang akan terbawa keluar dan mati terkena sinar matahari Whardana, 2006. Perjalanan Kuman TB paru setelah dikeluarkan penderita melalui batuk akan terhirup oleh orang disekitarnya dan sampai ke paru-paru. Dengan adanya ventilasi yang baik maka akan menjamin terjadinya pertukaran udara sehingga konsentrasi droplet dapat dikurangi sehingga dapat mengurangi kemungkinan seseorang akan terinfeksi kuman TB paru Depkes, 2002. Ventilasi yang memenuhi syarat memungkinkan adanya pergantian udara dalam kamar sehingga dapat mengurangi kemungkinan penularan pada orang lain seiring dengan menurunnya konsentrasi kuman. Kamar dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat menyebabkan kuman selalu dalam konsentrasi tinggi sehingga memperbesar kemungkinan penularan kepada orang lain. Ventilasi rumah yang tidak cukup menyebabkan aliran udara tidak terjaga sehingga kelembaban udara didalam ruangan naik dan kondisi ini menjadi media yang baik bagi perkembangan kuman patogen. Untuk memungkinkan pergantian udara secara lancar diperlukan minimum luas lubang ventilasi tetap 10 dari luas lantai Simbolon, 2007.

6.3.3 Suhu

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Individu, Sanitasi Lingkungan Rumah dan Perilaku terhadap Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

2 70 160

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 6 129

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGELOLA PROGRAM TB PUSKESMAS DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB Hubungan Antara Karakteristik Individu Pengelola Program Tb Puskesmas Dengan Penemuan Kasus Tb Di Kabupaten Boyolali.

1 3 16

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU (STUDI PADA PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS TAMBAK AJI SEMARANG 2008-2010) - UDiNus Repository

0 0 2

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 3 16

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 4 2

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

4 7 9

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

3 10 23

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 1 3

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 31