17
4.2.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Mande
Kecamatan Mande memiliki luasan 105,20 km² dan memiliki jumlah penduduk 66.959 sehingga kepadatan penduduknya 636,5 orangkm². Kecamatan
ini terbagi ke dalam 12 desakelurahan.
4.2.1.4. Kondisi Iklim
Suhu rata-rata di kawasan ini adalah 27˚C dan memiliki curah hujan sebesar 3200 mm sehingga dapat diklasifikasikan sebagai tipe iklim A menurut
klasifikasi Schmidt dan Ferguson.
4.2.2. Karakteristik Umum Vegetasi Agroforest
Daerah Gunung Mananggel ini terkenal sebagai daerah penghasil durian di daerah Cianjur dan sekitarnya. Agroforest durian mendominasi luasan daerah
perbukitan Gunung Mananggel. Petani lebih menyukai agroforest ini karena pemeliharaannya tidak banyak, petani cukup mengunjungi daerah ini pada saat
musim panen saja setelah itu petani mengambil keputusan bahwa hasil panennya diborongkan atau dipanen dan dijual sendiri.
Selain dijual di Cianjur sendiri durian di daerah ini dibawa juga ke Bandung dan Sukabumi untuk memenuhi permintaan konsumen di daerah itu
pada saat musim durian. Menurut beberapa petani, pohon durian memang ada di sini sejak awal mereka mengenal dan melihat daerah ini. Namun perbedaannya
adalah dulu durian tidak mendominasi seperti sekarang ini. Pohon yang ditanam sangat beragam dan sangat rapat sehingga petani tidak harus menyiangi bagian
bawah tegakan dari tumbuhan-tumbuhan yang tidak diinginkan. Diameter tegakan relatif sangat besar sehingga menyerupai hutan walaupun pohon-pohon yang ada
kebanyakan adalah pohon buah. Berdasarkan komposisinya agroforest durian di daerah ini dapat dibagi lagi
menjadi dua jenis meskipun keduanya tidak dapat dipisahkan secara tegas serta ada peralihan diantara keduanya. Kedua jenis tersebut adalah agroforest durian-
pisang dan durian campuran. Agroforest durian-pisang merupakan perpaduan antara pohon durian yang
mendominasi dan diselingi dengan tanaman pisang. Agroforest jenis ini hanya memiliki dua tajuk utama yaitu tajuk durian yang terletak di paling atas dan tajuk
18
pisang dibagian bawahnya. Menurut Foresta dan Michon 1997 dalam Foresta et al
2000 kategori agroforest seperti ini termasuk ke dalam sistem agroforestri sederhana di mana pohon utama yang mendominasi dipadukan dengan tanaman
semusim. Namun kadang satu petani memiliki lebih dari satu jenis agroforest misalnya agroforest durian-pisang, durian campuran, dan agroforest karet yang
batas antara masing-masing jenis tersebut tidak nampak jelas. Hanya terdapat sebagian kecil saja berupa agroforest durian-pisang ini dimana petani
memaksimalkan ruang untuk pohon komersil ini dan di tajuk bagian bawahnya ditanami tanaman pisang. Pohon durian merupakan sumber pendapatan petani
yang dirasakan satu tahun sekali sehingga pendapatan bulanannya diperoleh dari tanaman pisang yang dipanen satu bulan dua kali.
Agroforest durian campuran merupakan perpaduan antara pohon durian dan pohon-pohon lain seperti pohon buah dan sengon. Agroforest jenis ini merupakan
agroforest yang paling tinggi keanekaragaman jenisnya karena banyak sekali jenis pohon buah yang ditanam. Di agroforest jenis ini juga kadang masih dapat
dijumpai tumbuhan pisang namun jarang karena biasanya di agroforest jenis ini keadaan tajuknya sangat rapat. Tajuk agroforest ini terdiri lebih dari dua lapisan
tajuk. Yang paling tinggi adalah tajuk durian pada ketinggian 15 hingga 25 meter baru pohon-pohon lain seperti menteng, kupa dan sebagainya yang membentuk
dua tajuk sendiri atau lebih. Petani agroforest karet di Gunung Mananggel ini tampaknya tidak
mencampur karet dengan pohon-pohon lain sehingga agroforest karet ini membentuk vegetasi yang homogen. Meskipun demikian kadang masih dapat di
jumpai satu atau dua pohon lain yang masih di pertahankan petani di areal agroforest karet tersebut. Agroforest karet di Gunung Mananggel ini dapat di
jumpai di berbagai macam kelerengan dari datar hingga sangat curam meskipun demikian letaknya terpisah-pisah dipisahkan oleh jenis agroforest yang lain dan
jumlahnyapun tidak banyak. Penyiangan rutin dilakukan sehingga jarang terlihat tumbuhan yang tidak
diinginkan di bawah tegakan karet ini. Tidak adanya tumbuhan bawah di tegakan karet membuat struktur vegetasi karet hanya terdiri dari satu strata tajuk saja.
Karet ditanam oleh petani dengan jarak antar pohon yang diatur secara seragam.
19
Tegakan karet ini mulai ditanam di Gunung Mananggel pada sekitar tahun 1992 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto sehingga diameter pohonnya belum
ada yang besar karena umurnya kurang dari 20 tahun. Karet diperkenalkan oleh pemerintah kepada petani di daerah ini dengan membagikan bibit karet beserta
biaya pemeliharaanya secara rutin. Seperti tegakan karet, petani ada yang menanam tegakan sengon secara
homogen sehingga strata tajuk yang terbentuk hanya satu dan jarak tanam yang diatur seragam. Karena pohon sengon membutuhkan cahaya yang cukup petani
biasanya menebang pohon-pohon lain untuk menanam pohon sengon ini. Selain ditanam secara homogen banyak juga petani yang menanam pohon ini di sela-sela
tegakan lain. Biasanya petani menanam pohon ini di tempat-tempat yang terang yang tidak ternaungi pohon lain atau di tempat dimana pohon lain baru ditebang.
Untuk lebih mengefektifkan lahan agroforestnya. Biasanya pohon sengon ditebang pada umur sekitar lima tahun atau ketika diameter pohonnya sudah
dirasa cukup untuk ditebang.
4.3. Struktur dan Komposisi Vegetasi Agroforest