25
paling banyak ditemui serta pohon-pohon hutan lainnya. Perubahan ini lebih diakibatkan kepada semakin mahalnya harga kayu yang keuntungannya banyak
serta dapat menutupi biaya penebangan dan penyaradannya. Sedangkan dulu, hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat untung jika dijual karena tidak dapat
menutupi ongkos penyaradan dan penebangannya. Desakan ekonomi yang semakin meningkat disertai kebutuhan-kebutuhan yang mendesak membuat petani
semakin tergiur untuk menjual pohon-pohon berkayunya dan menyisakan pohon durian dan buah-buahan lain yang dalam jangka waktu tidak lama terus
menghasilkan keuntungan setiap panennya. Tahun 90-an pemerintah mulai memperkenalkan karet dengan membagikan
bibit pohon karet kepada petani di daerah dan memberi uang pemeliharaannya secara rutin hingga karet dewasa dan tumbuh dengan baik. Namun, walaupun
demikian karet tidak banyak di jumpai di daerah ini petani banyak yang masih mempertahankan agroforestnya dan petani yang memiliki lahan yang luas hanya
menanami sebagian saja lahannya dengan karet karena berbagai alasan.
4.4.3. Bentuk Keberlanjutan dalam Pengelolaan Agroforest
Petani tidak menggantungkan pemenuhan kebutuhan ekonominya pada satu komoditas saja, dalam hal ini durian. Petani juga menanam tanaman lain yang
secara ekologis maupun ekonomis saling terkait. Dalam satu lahan agroforest seluas 1 ha saja umumnya didalamnya
terdapat durian sebagai komoditas utama yang dipanen tahunan, berbagai jenis pisang yang dapat dipanen bulanan, karet yang setiap minggu dapat menghasilkan
sadapan serta buah-buahan dan tanaman lain yang jika waktunya tiba dapat dipanen sebagai konsumsi rumah tangga maupun dijual.
Beranekaragamnya komoditas di agroforest merupakan jaminan keamanan dari resiko merosotnya satu komoditas. Sehingga turunnya satu komoditas tertentu
tidak dapat mengganggu petak agroforest. Petani dapat membiarkan tanaman tersebut hingga suatu saat harganya akan naik kembali seperti yang sempat terjadi
pada harga karet sekitar 10 tahun yang lalu. Sementara itu petani juga dapat memperkenalkan spesies baru yang prospektif.
26
Sebaliknya naiknya nilai komersil suatu spesies dapat terjadi dan menguntungkan petani. Seperti yang terjadi pada harga durian sehingga menjadi
spesies yang paling komersil. Ketika hutan lindung yang terletak berbatasan dengan agroforest-
agroforest milik masyarakat sudah habis, agroforest-agroforest milik masyarakat ini masih merupakan lahan berpohon yang memiliki nilai ekologis. Kepemilikan
merupakan suatu faktor yang bisa mempertahankan.
4.4.4. Aset Ekonomi Baru dari Agroforest
Di masyarakat sekitar Gunung Mananggel agroforest memiliki peranan penting dalam pertukaran arus uang di antara mereka. Agroforest merupkan aset
yang dapat berbentuk lahan, pohon, dan hasil agroforest yang semuanya dapat dipertukarkan dan menjadi dasar transaksi uang.
4.4.5. Urusan Uang yang Berkaitan dengan Agroforest
Harga tanah rata-rata di Gunung Mananggel adalah Rp. 3000 hingga 3500m² namun lahan yang sudah banyak pohon produktifnya terutama pohon
durian harganya akan lebih mahal. Kebanyakan petani tidak memiliki sertifikat tanah, mereka hanya memiliki akta jual beli tanah atau hanya kuitansi jual-belinya
saja. Aturan pewarisan agroforest sesuai dengan hukum kepemilikan tanah yang
diatur berdasarkan hukum Islam. Di Gunung Mananggel tidak ada tradisi yang menyebutkan agroforest tak dapat dipindahtangankan atau pewarisan agroforest
hanya boleh memanfaatkan hasilnya saja tetapi tak dapat menjual pohon atau tanahnya seperti dalam tradisi pengelolaan agroforest di Cibitung, Bogor
Michon, G dalam Foresta et al, 2000. Disini agroforest dapat dipindahtangankan dengan menjual atau diwariskan, pemilik selanjutnya dapat menebang pohon dan
atau mengkonversinya menjadi bentuk lain. Gadai merupakan bentuk transaksi yang umum terjadi pada agroforest di
Gunung Mananggel. Gadai ialah memberikan pinjaman sejumlah uang kepada pemilik agroforest selama waktu yang tidak dibatasi. Selama masa gadai itu
pemberi pinjaman dapat menikmati hasil panen agroforest itu namun tidak boleh menebang atau menjual batangnya. Perjanjian ini berakhir setelah pemilik
27
agroforest membayar semua hutangnya. Siapapun yang memiliki uang dapat menjadi pegadai.
Selain gadai dikenal juga istilah morod yaitu menyewa suatu lahan agroforest selama satu musim panen. Panen yang dihasilkan pada masa morod
menjadi hak penyewa. Namun, dalam morod jika panen yang dihasilkan itu kurang atau tidak seperti biasanya maka penyewa diberi hak lagi untuk memanen
agroforest pada musim berikutnya. Morod terjadi hanya pada agroforest durian.
4.5. Klasifikasi Pengelolaan Agroforest 4.5.1. Agroforest Durian