Konsep Pengelolaan Dinamika Pengelolaan Agroforest

23 • Dapat menghasilkan penghasilan tahunan dan bulanan yang berkelanjutan dari berbagai macam tanaman. • Memiliki kepastian hukum untuk dapat memanen hasil walau dalam waktu yang lama sekalipun. Huma sekarang masih dapat dijumpai di lahan hutan milik dinas kehutanan atau perhutani yang dikelola oleh masyarakat sebagai hak guna pakai. Huma ini dibuat pada keadaan kelerengan yang terjal sekalipun. Selain huma di lahan hutan milik dinas kehutanan ini berbagai jenis tanaman musiman dapat dijumpai seperti cabe, pepaya, dan sebagainya. Pada alasan yang keempat, hal ini terjadi karena agroforest berada di lahan milik berbeda dengan petani yang mengelola lahannya di hutan lindung atau di lahan milik perhutani. Petani yang mengelola lahan di hutan lindung atau di lahan milik perhutani ini diberikan hak guna pakai oleh KPH Perhutani Cianjur yang diberikan setelah hutan ditebang sehingga lahannya cukup terbuka untuk dijadikan lahan pertanian intensif. Hak guna pakai ini diberikan agar pohon yang ditanam kembali oleh Perhutani dapat dirawat oleh petani sebagai kompensasi petani yang diberikan hak guna pakai di lahan tersebut. Karena petani tidak memiliki kepastian hukum untuk mendapatkan hasil dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga mereka tidak menanam pohon seperti durian sengon atau pohon buah lain yang lazim ditanam petani lain dilahan milik.

4.4.1. Konsep Pengelolaan

Berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan, tidak ditemukan adanya aturan khusus tentang pengelolaan agroforest dalam aturan adat atau dalam aturan informal lain yang diakui masyarakat. Agroforest di daerah ini terus berkembang dalam hal bentuk dan pengelolaannya yang sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial, desakan ekonomi, permintaan pasar dan keadaan alam, dan lingkungan biofisiknya. Perkembangan ini selalu menuju bentuk pengelolaan paling efektif dan efisien serta menghasilkan keuntungan yang optimal. Masing-masing pengelola memiliki kebebasan dalam mengelola agroforestnya sehingga memunculkan banyak penggagas baru dalam hal pengelolaan yang paling efektif secara sosial dan ekonomi sehingga dapat ditiru 24 oleh petani lainnya. Pengalaman dan percobaan merupakan suatu hal yang tidak dapat lepas dari pengelolaan agroforest tersebut.

4.4.2. Dinamika Pengelolaan Agroforest

Daerah perbukitan di gunung ini secara status belum pernah mengalami perubahan. Dari dulu status lahan di daerah perbukitan Gunung Mananggel ini dibagi dua yaitu yang pertama adalah hutan rakyat dan yang kedua adalah hutan milik negara yang saling berbatasan satu sama lain. Kedua jenis status lahan ini hampir membagi dua kawasan perbukitan daerah kawasan ini. Di kawasan lindung sebagian besar telah dibuka menjadi hutan miskin tegakan dan sebagian lagi menjadi lahan pertanian intensif seperti padi lahan kering, pepaya, dan agroforest pisang. Petani sekitar diberi hak guna lahan kawasan lindung ini untuk menggarap lahan tersebut dengan tanaman-tanaman berumur pendek namun petani diberi kewajiban untuk merawat pohon-pohon hutan yang ditanam kembali untuk menghijaukan kawasan tersebut. Di kawasan yang dikelola oleh masyarakat meskipun dalam hal status, daerah ini tidak mengalami perubahan tidak demikian dalam hal pengelolaannya sehingga membuat struktur dan komposisi yang berbeda. Agroforest di daerah ini memang sejak dari dulu penghasil buah durian. Namun perbedaannya adalah dulu pohon durian tidak mendominasi seperti saat ini, pohon durian pada waktu itu tidak banyak, hanya satu dari banyak pohon buah yang dipanen satu tahun sekali pada saat musimnya tiba. Menurut responden yang sudah sejak lama berkebun di Gunung Mananggel ini menyebutkan struktur dan komposisi agroforest dahulu memiliki tajuk yang sangat rapat sehingga tumbuhan bawah tidak dapat hidup dan petani tidak perlu ngored sunda : menyiangi tumbuhan lain yang tidak diinginkan 6 bulan sekali seperti saat ini. Pada saat itu diameter pohon besar-besar dan masih banyak jenis pohon-pohon hutan yang hidup di lahan hutan rakyat tersebut. Jenis pohon-pohon hutan tersebut hidup secara liar dan petani biasanya membiarkan hidup jika terlalu besar karena memerlukan biaya untuk menebangnya terlebih jika terlihat tidak terlalu mengganggu pohon pokok. Struktur agroforest di Gunung Mananggel dahulu berdasarkan wawancara masih banyak pohon berkayu, rasamala Altingia excelsa salah satu jenis yanag 25 paling banyak ditemui serta pohon-pohon hutan lainnya. Perubahan ini lebih diakibatkan kepada semakin mahalnya harga kayu yang keuntungannya banyak serta dapat menutupi biaya penebangan dan penyaradannya. Sedangkan dulu, hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat untung jika dijual karena tidak dapat menutupi ongkos penyaradan dan penebangannya. Desakan ekonomi yang semakin meningkat disertai kebutuhan-kebutuhan yang mendesak membuat petani semakin tergiur untuk menjual pohon-pohon berkayunya dan menyisakan pohon durian dan buah-buahan lain yang dalam jangka waktu tidak lama terus menghasilkan keuntungan setiap panennya. Tahun 90-an pemerintah mulai memperkenalkan karet dengan membagikan bibit pohon karet kepada petani di daerah dan memberi uang pemeliharaannya secara rutin hingga karet dewasa dan tumbuh dengan baik. Namun, walaupun demikian karet tidak banyak di jumpai di daerah ini petani banyak yang masih mempertahankan agroforestnya dan petani yang memiliki lahan yang luas hanya menanami sebagian saja lahannya dengan karet karena berbagai alasan.

4.4.3. Bentuk Keberlanjutan dalam Pengelolaan Agroforest