11
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di agroforest milik masyarakat di sekitar kawasan Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat.
Mulai Oktober 2009 hingga November 2010. 3.2. Obyek Penelitian
Obyek yang diteliti adalah masyarakat dan agroforest di kawasan Gunung
Mananggel. 3.3. Batasan Penelitian
Beberapa batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Lokasi penelitian terbatas pada kawasan agroforest milik masyarakat di Gunung Mananggel yang terletak Desa Leuwikoja, Kecamatan Mande,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 2.
Hasil hutan adalah benda-benda hayati yang dimanfaatkan masyarakat desa sekitar hutan Gunung Mananggel, Cianjur.
3. Interaksi secara langsung antara masyarakat dengan hutan meliputi hal yang
mempengaruhi, bentuk, derajat, sebab, serta waktu terjadinya interaksi.
3.4. Pengumpulan Data 3.4.1.
Jenis Data
Jenis data yang diperlukan terdiri dari dua, sebagai berikut : 1.
Data Utama a.
Pengelolaan agroforest meliputi : 1.
Karakteristik agroforest meliputi : pola tanam, diagram profil pohon, dan jenis-jenis pohonnya.
2. Jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
3. Jumlah hasil hutan yang dimanfaatkan selama satu tahun
4. Pendapatan total dari hasil hutan
5. Luas lahan yang dikelola dan pola penggunaannya
12
6. Jarak lokasi pemanfaatan hasil hutan
b. Pengamatan satwa liar avifauna
2. Data Penunjang berupa
a. Peta kawasan hutan rakyat Gunung Mananggel
b. Kondisi sosial ekonomi penduduk di Kecamatan Mande
c. Keadaan umum Kecamatan Mande
3.4.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara : a.
Studi literatur untuk mengumpulkan data sekunder dalam wilayah penelitian. b.
Pengamatan berperan serta dengan petani dan pemilik agroforest c.
Wawancara dengan tokoh masyarakat, petani dan pemilik agroforest di kawasan Gunung Mananggel.
d. Analisis vegetasi
Data tentang struktur dan komposisi vegetasi agroforest dikumpulkan melalui analisis vegetasi kuantitatif menggunakan metode petak tunggal dan
pembuatan diagram profil. Data yang dicatat dalam analisis vegetasi meliputi nama lokal, jumlah
individu dan diameter khusus untuk tumbuhan berkayu dengan dbh 5 cm. Diagram profil dibuat dengan bantuan plot berukuran 60 m x 10 m yang
ditempatkan pada bagian talun yang struktur dan komposisinya paling mewakili. Seluruh tumbuhan berkayu dengan dbh 2 cm dalam plot tersebut
dicatat nama lokal, diameter, tinggi total, tinggi bebas cabang, proyeksi tajuk, dan posisinya dari batas panjang dan lebar plot dalam bentuk absis dan
ordinat. e.
Pengamatan satwa liar avifauna Pengamatan satwa liar dalam hal ini adalah burung dengan menggunakan
metode Daftar Mackinnon. Pengamat membuat daftar jenis dengan mencatat setiap jenis yang baru
sampai jumlah jenis yang ditentukan sebelumnya tercapai. Satu jenis hanya boleh dicatat satu kali pada setiap daftar tetapi bisa dicatat pada daftar
selanjutnya. Panjang daftar yang baik bervariasi antara 8 sampai 20 jenis;
13
semakin besar kemungkinan total jumlah jenis di suatu lokasi semakin panjang pula daftar yang dipilih. Perbandingan antar survei hanya dapat
dilakukan jika panjang daftar yang dipilih sama. Survei diulang-ulang sampai minimal 10 daftar atau lebih baik lebih dari 15 daftar untuk setiap lokasi. Saat
pencatatan data pengamat bebas mencari burung dengan cara yang se-efisien mungkin, menggunakan teknik pencarian apapun yang cocok bagi lokasi
tersebut. Akan tetapi, pengamat harus berusaha keras untuk menjelajahi kawasan yang berbeda setidaknya dari satu daftar ke daftar lainnya untuk
menghindari pencatatan individu sama pada daftar ulangan.
14
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Istilah dan Batasan Agroforest
Kebon bahasa Sunda, yang berarti kebun adalah istilah yang umum
dikenal oleh masyarakat untuk menunjukkan sebidang tanah atau lahan hak milik yang ditanami oleh berbagai jenis tumbuhan seperti, pohon penghasil kayu, pohon
buah-buahan danatau tumbuhan lain seperti pisang. Agroforest berarti suatu lahan yang dikelola menurut sistem agroforestri.
Kebun dapat berarti agroforest ketika pengelolaannya menggunakan sistem agroforestri. Penulis menggunakan dua istilah yaitu kebun dan agroforest ketika
menunjukkan objek penelitian. Penulis menggunakan kata kebun ketika ingin lebih menekankan kepada kepemilikan lahan begitu juga agroforest, penulis
menggunakan kata ini ketika ingin lebih menekankan kepada sistem pengelolaannya.
Karena letaknya di daerah perbukitan di mana tidak ada permukiman manusia kecuali saung Sd: tempatrumah sementara maka tempat ini juga lazim
disebut pasir Sd: bukit. Pasir dalam percakapan berarti tempat berbukit dan tidak bisa dikategorikan sebagai gunung karena ketinggiannya yang kurang
memadai. Pasir juga dapat berarti leuweung Sd: hutan, baik merujuk kepada lahan berpohon yang dimiliki oleh negara ataupun kebon yang dimiliki dan
dikelola secara pribadi. Namun, kini karena leuweung di daerah tersebut dapat dikatakan tidak ada karena sudah semuanya dibuka dan digarap menjadi kebon
atau huma kata pasir dapat berarti sepenuhnya kebun. Talun
adalah bentuk dari agroforest di daerah Banten Selatan. Jika dihubungkan dengan Talun, bentuk budidaya serupa yang dikenal seperti salah
satunya di Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten Triana, 2004. Di daerah ini tidak dikenal istilah seperti itu meskipun bahasa
yang digunakan masih sama yaitu bahasa sunda.
15
4.2. Karakteristik Agroforest 4.2.1. Karakteristik Umum Lokasi Agroforest