Agroforest Campuran Klasifikasi Pengelolaan Agroforest 1. Agroforest Durian

33 Beberapa faktor yang nampaknya menjadi penyebab perbedaan kepadatan pohon perhektarnya ini diantaranya adalah keterbatasan ruang. Di Gunung Mananggel yang terletak dekat dengan pusat kota Cianjur, Jawa barat jauh lebih padat daripada di Jambi dan Sumatera Selatan sehingga lahan yang tersedia sangat sempit. Hal ini terbukti dengan lahan kepemilikan di daerah terpencil di Jambi rata-rata petani memiliki lahan sedikitnya 5 ha dan petani di daerah paling padat di Sumatera Selatan rata-rata memiliki lahan seluas 2,5-3 ha Gouyon A, et al , 1993. Sedangkan, hasil wawancara di Gunung Mananggel kebanyakan petani memiliki lahan kurang dari 1 ha hingga 1 ha. Keterbatasan ruang ini yang memicu petani memaksimalkan produksinya dengan cara menanam lebih rapat walaupun masih diselingi dengan pohon buah-buahan lain. Meskipun petani Gunung Mananggel ini harus mengeluarkan tenaga banyak dengan merawat agroforest karetnya lebih intensif dan penyiangan dilakukan secara rutin tapi hanya dengan cara inilah petani dapat mendapatkan keuntungan yang optimal.

4.5.3. Agroforest Campuran

Agroforest buah campuran terdiri dari pohon buah-buahan yang biasanya berpadu dengan durian, karet atau pohon lain penghasil kayu seperti sengon dan mahoni yang tumbuh sangat baik di Gunung Mananggel ini. Dalam agroforest campuran ini tegakan tidak terlalu didominasi oleh durian. Umur agroforest campuran ini lebih muda dari pada agroforest durian karena ukuran diameternya yang relatif lebih kecil dibandingkan agroforest durian. Buah-buahan yang biasa ditanam dan di jual-belikan di daerah ini antara lain rambutan, pisitan, menteng, petai dan jengkol. Selain itu yang ditanam tidak banyak sehingga tidak biasa diperjual-belikan atau dikonsumsi sendiri seperti campoleh, sirsak, alpukat, mangga, campedak, nangka, sawo, picung, jeruk, kupa, dukuh, dan sebagainya. Selain buah-buahan banyak juga petani yang menanam sengon untuk dimanfaatkan kayunya. Sengon ditanam di antara pohon durian atau karet sebagaimana pohon buah-buahan. Di Gunung Mananggel ini petani lokal pada umumnya tidak mengkhususkan lahannya untuk ditanam sengon secara monokultur, sengon ditanam untuk mengisi ruang-ruang kosong di antara tegakan lainnya untuk memaksimalkan keuntungan. 34 Ada satu pengusaha dari luar kota yang membeli lahan di Gunung Mananggel ini seluas 25 ha untuk dijadikan tegakan sengon. Namun, dinilai rugi atau tidak efektif oleh petani lokal karena menebang semua pohon durian yang sudah pasti panen setiap tahunnya dan menghasilkan keuntungan selain itu tanaman sengon yang ditanampun kurang perawatan sehingga pertumbuhannya lambat dan banyak tanamannya yang mati. 4.6. Pola Pengelolaan Agroforest Dikawasan Gunung Mananggel Sebagai Kawasan Agroforest Milik Masyarakat Sebagaimana lahan agroforest lain, agroforest di kawasan Gunung Mananggel ini pada umumnya memiliki siklus seperti diatas. Siklus ini terdiri dari berbagai jenis agroforest sehingga membentuk mozaik-mozaik vegetasi yang terhampar pada kawasan pegunungan ini. Berawal dari hutan alam yang ditebang hingga menjadi lahan yang terbuka, lalu lahan tersebut ditanami tanaman palawija terutama jenis padi huma, padi yang bisa ditanam pada lahan kering. Padi ini ditanam dua hingga empat kali panen atau hingga lahannya tidak subur lagi bagi padi karena biasanya petani tidak menggunakan pupuk buatan untuk padinya tersebut. Setelah beberapa kali panen petani menanam pisang dan pohon-pohon buah yang tidak membutuhkan naungan disela-selanya seperti durian dan pohon lain yang banyak ditanam seperti sengon Paraserianthes falcataria. Ketika petani tidak menanam padi lagi pisang-pisang yang semula ditanam disela-sela padi sudah tumbuh besar dan dapat dipanen. Pada masa ini penghasilan petani berubah yang semula padi kini menjadi pisang. Petani tetap menanam pisang walaupun pohon sengon dan pohon-pohon buah lain sudah mulai berbuah. Penanaman jenis pohon lain tetap dilakukan hingga terbentuk agroforest campuran. Setelah diperkenalkannya karet ke kawasan mananggel ini sebagian petani mencoba menanam karet dengan membuka kembali agroforestnya dan menanaminya dengan palawija yang diselingi dengan karet. Petani tetap menanami palawija ini agar lahannya tetap menghasilkan karena memerlukan waktu beberapa tahun untuk mendapatkan penghasilan dari karet yang 35 ditanamnya. Penanaman karet dilakukan dengan rapih dan sejajar sehingga membentuk agroforest homogen. Ada juga petani yang mencoba menanam karet tanpa menebang sebagian atau seluruh luasan agroforestnya. Petani tersebut menanam karet pada tempat- tempat terbuka di penjuru agroforestnya sehingga membentuk agroforest campuran yang ditambah karet. Gambar 10. Siklus pengelolaan Tipe agroforest durian-pisang merupakan hasil seleksi dari agroforest durian campuran yang sudah tua. Petani mempertahankan jenis tanaman yang paling bernilai ekonomi yaitu durian dan menebang pohon lain guna memperkecil kompetisi dalam memperebutkan ruang hidup. Namun petani tetap mempertahankan pisang untuk tetap mengisi lapisan tajuk bagian bawah. 4.7. Teknik Budidaya 4.7.1. Penyiapan Lahan dan Penanaman Penyiapan lahan dimulai dengan menebang pohon dan membersihkan semak-semak dan tumbuhan lainnya yang tidak diinginkan. Setelah dibersihkan tanah yang hendak ditanami digemburkan dengan dicangkul. Penebangan bertujuan selain untuk menerangi lahan yang akan ditanami juga merupakan