Pengaturan Komponen Agroforest Fungsi Ekonomi Agroforestri

9

2.3.2.2. Tanaman Tahunan

Jenis tanaman keras ini hanya mencakup pohon-pohon yang memerlukan pemeliharaan dan pemanenan secara teratur. Agroforest campuran biasanya memiliki enam jenis pepohonan yang umumnya dibudidayakan. Salah satunya adalah Pohon durian, Durio zibethinus Bombacaceae. Pohonnya besar dengan ketinggian sampai 40 m, merupakan komponen kanopi agroforest campuran dan spesies paling utama di Maninjau. Spesies ini berasal dari hutan-hutan alam di bagian barat Indonesia. Durian berbuah pada bulan Juli-Agustus sejak berumur tujuh sampai lebih dari 100 tahun. Buahnya dijual kepada pedagang setempat dan juga dimakan sendiri; pada puncak musimnya, konsumsi durian dapat melebihi jumlah konsumsi beras. Durian dibiakkan dari biji yang dikumpulkan dari buah paling besar dan enak, dan ditanam di tempat yang terpilih di dalam agroforest. Pohon ini tidak memerlukan pemeliharaan khusus, tetapi sebelum musim buah vegetasi lapisan terbawah perlu dibersihkan untuk memudahkan pengumpulan buah yang jatuh. Pohon-pohon durian tua dibiarkan mati secara alami dan seringkali tumbang sewaktu ada angin kencang dan kayunya diambil untuk bangunan. Pohon durian menghasilkan kayu berwarna merah yang baik sebagai dinding rumah. Arifin et.al, 2003

2.3.3. Pengaturan Komponen Agroforest

Salah satu ciri menonjol agroforest pepohonan campuran adalah keanekaragaman spesies, tidak ada satupun pohon yang mendominasi. Faktor- faktor yang mempengaruhi komposisi dan arsitektur agroforest mencakup ukuran petak agroforest dalam hubungannya dengan petak sawah yang dikelola oleh sebuah keluarga, tingkat penyiangan dalam pemeliharaannya, kebutuhan uang dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi keluarga, dan lokasi agroforest dalam hal ketinggian maupun lokasinya di daerah kawah. Tetapi secara keseluruhan terdapat ciri pengaturan yang erat antara spesies lapisan atas dan lapisan bawah, yang dapat dianalisa dengan bahasa ekosistem hutan karena struktur dan arsitektur vegetasi memiliki ciri khas yaitu lapisan berbeda-beda pada pohon yang sudah berproduksi yang disebut sebagai ‘paduan struktur’ atau ‘paduan produksi’ Michon, 1983. 10

2.3.4 Fungsi Ekonomi Agroforestri

Agroforest mempunyai fungsi ekonomi penting bagi masyarakat setempat. Peran utama agroforest bukanlah produksi bahan pangan melainkan sebagai sumber penghasil pemasukan uang dan modal. Seringkali agroforest menjadi satu- satunya sumber uang tunai keluarga petani. Agroforest memasok 50-80 persen pemasukan dari pertanian di pedesaan melalui produksi langsung dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengumpulan, pemrosesan, dan pemasaran hasilnya. Keunikan konsep pertanian komersil agroforest adalah karena bertumpu pada keragaman struktur dan unsur-unsurnya, tidak berkonsentrasi pada satu spesies saja. Produksi komersil ternyata sejalan dengan produksi dan fungsi lain yang lebih luas. Hal ini menimbulkan beberapa konsekuensi menarik bagi petani De Foresta et al, 2000. 2.4. Keanekaragaman burung terkait dengan populasi manusia dan penggunaan lahan sekarang Pulau Jawa dan Bali merupakan wilayah yang penduduknya terpadat di dunia, yaitu 96 juta jiwa penduduk dengan kepadatan 800 jiwakm². Jumlah ini populasinya masih terus bertambah 2 persentahun. Tentunya tidak mengherankan jika hutan tinggal sedikit dan tekanan terhadap habitat burung sangat tinggi. Kurang dari 10 persen luas total masih tertutup hutan alami, tetapi banyak diantaranya telah dipengaruhi manusia. Sisa hutan ini ditemukan di lereng pegunungan yang lebih tinggi atau tempat-tempat yang tidak subur dan terpencil. Hanya kantung-kantung kecil dari hutan dataran rendah yang masih tersisa di Cagar Alam dan Taman Nasional. Tanah yang sudah ditebang habis dipenuhi oleh lahan persawahan di daerah yang rata, lahan pertanian kering di pedalaman, serta peragroforestan jati, pinus dan damar agathis di lahan kehutanan. Kebanyakan desa mempunyai hutan rakyat, yang ditumbuhi durian, rambutan, mangga, aren, dan bambu, yang memberikan tempat berteduh bagi berbagai jenis burung di daerah pedesaaan Mackinnon et al, 2010. 11 III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di agroforest milik masyarakat di sekitar kawasan Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Mulai Oktober 2009 hingga November 2010. 3.2. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti adalah masyarakat dan agroforest di kawasan Gunung Mananggel. 3.3. Batasan Penelitian Beberapa batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Lokasi penelitian terbatas pada kawasan agroforest milik masyarakat di Gunung Mananggel yang terletak Desa Leuwikoja, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 2. Hasil hutan adalah benda-benda hayati yang dimanfaatkan masyarakat desa sekitar hutan Gunung Mananggel, Cianjur. 3. Interaksi secara langsung antara masyarakat dengan hutan meliputi hal yang mempengaruhi, bentuk, derajat, sebab, serta waktu terjadinya interaksi. 3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data Jenis data yang diperlukan terdiri dari dua, sebagai berikut : 1. Data Utama a. Pengelolaan agroforest meliputi : 1. Karakteristik agroforest meliputi : pola tanam, diagram profil pohon, dan jenis-jenis pohonnya. 2. Jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat 3. Jumlah hasil hutan yang dimanfaatkan selama satu tahun 4. Pendapatan total dari hasil hutan 5. Luas lahan yang dikelola dan pola penggunaannya