Tujuan Sejarah Ekstraksi Sumberdaya Hutan

2 alam berbukit sehingga memiliki peran ekologi yang sangat penting selain sebagai penjaga sistem tata air juga sebagai kantung habitat satwa liar. Penelitian ini merupakan suatu pendekatan sosial, ekonomi, dan ekologi dalam mempelajari pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan oleh masyarakat sekitar serta manfaat kawasan tersebut dalam aspek konservasi sumberdaya alam. Untuk lebih jauhnya penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan kebijakan dalam pengelolaan agroforest demi tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui pola pengelolaan agroforest masyarakat sekitar Gunung Mananggel. 2. Mengetahui nilai manfaat agroforestri yang dipraktikan serta apa yang membuat masyarakat mempertahankan pola tersebut. 3. Mengetahui manfaat agroforestri dalam aspek konservasi sumberdaya alam di lokasi penelitian. 3 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Ekstraksi Sumberdaya Hutan

Sejarah ekstraksi sumberdaya hutan telah berumur sama tuanya dengan usia peradaban umat manusia. Keberadaan sumberdaya hutan beserta seluruh isinya baik dalam bentuk flora, fauna serta potensi abiotik lainnya hampir tidak pernah dapat dipisahkan dari siklus hidup dan kehidupan seluruh kelompok komunitas di setiap bagian ekosistem di muka bumi. Tahapan perkembangan kehidupan umat manusia mulai dari yang paling primitif, berburu-meramu hunter gatherer, berladang berpindah shifting cultivation, bertani menetap peasant community hingga mencapai kemajuan sebagai masyarakat industrial modern modern community tidak pernah terlepas dari peran dan keberadaan sumberdaya hutan. Pendek kata, sumberdaya telah menjadi salah satu penopang sistem ekonomi, ekologi, dan sosial bahkan religiusitas bagi kelangsungan hidup umat manusia secara lintas generasi Nugraha, et.al, 2007. Ketika Kompeni mendarat di Jayakarta pada tahun 1602 dan mencari sumber-sumber alam yang dapat mereka perdagangkan, mereka menemukan hutan yang dikelola masyarakat di Bacasie Bekasi sekitar Jayakarta yang mempergunakan kayu bakar untuk menjalankan industri yang memproduksi gula, arak, tong kayu, dan lain-lain. Mereka juga menemukan kayu jati di sepanjang pantai Karawang, Purwakarta ke timur, kemudian memperluas cakupan kekuasaannya ke Jawa Tengah dan Timur dan mencari untuk digunakan sebagai bahan bangunan, bahan membuat kapal dan untuk diperdagangkan ke Eropa Djajapertjunda, 2000 . Di dalam buku sejarah digambarkan bahwa hutan-hutan di pulau Jawa sudah sejak berabad-abad berperan penting bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saja, tapi juga sebagai sumberdaya alam yang mengandung nilai ekonomi yang cukup tinggi. Keadaan ini ternyata telah dapat digali dan dinikmati oleh kompeni dengan penebangan kayu yang berlebihan tanpa ada usaha penanaman baru. Karena itu kondisi hutan di pulau Jawa terutama di Jawa Barat telah mencapai tingkat kerusakan yang cukup parah, sehingga pemerintah Hindia-Belanda mencoba memperbaiki keadaan dengan dua kali melarang 4 penebangan kayu di Jawa Barat, yaitu pada tahun 1722 dan tahun 1786, yang hasilnya tidak memuaskan Djajapertjunda, 2000.

2.2. Hutan Rakyat